Kamis, Maret 26, 2009

Sale?

Facebook, sebuah situs pertemanan di dunia maya. Dominasi Facebook mengalahkan Friendster dengan fitur2 asik dan menarik untuk dipakai. Seluruh dunia mulai terjangkit demam Facebook, bahkan Presiden AS terpilih, Barrack Obama, menggunakan Facebook untuk kampanye-nya menuju kursi kepemimpinan. Kemudian trend promosi gratis melalui Facebook mulai muncul. Banyak acara2 yang dipromosikan disana, mulai dari acara musik, tempat dugem, seminar, dan mungkin sunatan massal.

Salah satu promosi yang sampe di halaman Home Facebook gue adalah NIKE WAREHOUSE SALE, yang bertempat di Grand Indonesia. Awal ngeliat promosi itu, gue langsung penasaran pengen dateng. Khan lumayan kalo bisa dapet barang2 Nike yang biasanya berharga tinggi dengan harga yang pendek. Kebetulan gue juga lagi pengen nyari sepatu futsal buat berenang. Hehee.

Gue mulai dakwah ke temen2 gue di kampus, mempengaruhi mereka biar mau kesana juga. Terkumpullah 3 orang, yaitu Apis, Aan, dan Nitya. Kita ber-4 sepakat berangkat dari kampus, hari rabu 25 Maret 2009 jam 2 siang. Tapi berhubung cuaca berubah ekstrim dari panas kayak disetrika di atas kompor menjadi ujan deres tanpa ampun, rencana kita molor. Kita terjebak di kantin kampus sampe jam 5 sore, pada jam itu ujan udah (cukup) reda. Kita memutuskan untuk berangkat. Sebelum berangkat Aan minta dua kantong plastik kresek wana item ke abang2 kantin, "Buat sepatu, biar gak kotor..." kata dia saat ditanya apa fungsi plastik itu.

Kita ber-4 ke parkiran motor. Gue naik motor bareng Apis dan Aan-Nitya , yang notabene adalah sepasang kekasih, tentu aja satu motor. Di parkiran, gue menunggu Aan ngelepas sepatunya untuk ditaro ke kantong kresek dan menggantinya dengan sendal jepit, sendal biasa, sendal jerami, bakiak, atau apapun alas kaki yang siap dikotorin seperti apa yang akan dilakukan orang normal kalo meminta kantong kresek biar sepatunya gak kotor. Sayang sekali, Itu tidak terjadi.

Yang terjadi adalah, dia masukkin sepatu sebelah kanan yang masih nempel di kakinya itu ke dalem kantong plastik. Kemudian sepatu sebelah kirinya juga dibungkus sama kantong plastik. Lalu dengan susah payah dia ngiket kantong plastik biar ngebungkus sepatunya dengan sempurna. Dia sukses merubah sepatu Puma yang berharga itu menjadi Sepatu Kantong Kresek, Pimp My Shoes, Xzibit bisa menangis ngeliat ini. Gue spontan ngomong, "An... Lo terlihat seperti orang idiot..." dan langsung ketawa kebahak2 sama Apis atas ketololan dia. Dia langsung melepaskan kantong plastik-nya dengan alasan, "Susah ngiketnya, plastiknya kekecilan...".

Efek dibatalkannya modifikasi alas kaki yang sangat kreatif itu adalah, setiap lewat genangan aer kaki dia nangkring ke atas kayak anak bocah naek kuda2an maenan di TimeZone. Mungkin kalau trik ini didalami, dia bisa jadi pemotor akrobatik jalanan pertama di Indonesia. Itu semua dilakukan agar seonggok sepatu tidak tenodai oleh lumpur2 nakal. Seenggaknya cara ini masih terlihat normal dibandingin Sepatu Kantong Kresek.

****

Perjalanan menuju dari Depok - Grand Indonesia ternyata amat sangat jauh, dan kita semua baru menyadari itu saat udah sampe di daerah Semanggi. Kalo menyadari dari awal, mungkin kita gak berangkat. Tapi berhubung udah 3/4 jalan, kita lanjut. Jam setengah 8 malem, kita sampe di Grand Indonesia tercinta. +/- 2,5 jam di motor sukses membuat risiko kita terkena ambeien meningkat 80% dan terasa kayak abis ditendang di selangkangan, kebas. Hehee.

Kelar ngerapiin parkir, kita langsung menuju lt. 5. Masuk ke tempat sale kayak mau masuk ke tempat razia banci, gelap dan cuma diterangin sama lampu sorot. Padahal untuk tau harga sepatu disana gue musti ngeliat kode warna yang ditempel. Penerangan minim ditambah buta warna parsial yang gue derita bikin gue kebingungan nentuin harga sepatu. Gue nemu sepatu keren dan ukurannya pas. Kode warna-nya entah berwarna apa, pokoknya pas diliat di daftar gue bisa menyimpulkan kalo harganya cukup terjangkau oleh kantong gue yaitu 250 rb.

Dengan riang gembira dan gegap gempita gue bawa ke temen gue dan mamerin hasil temuan gue. Jawaban yang gue dapet adalah, "Goblok... ini khan warna coklat, harganya 850rb...". Sejak saat itu, tangan gue gak berani nyentuh sepatu itu.

PRANGGGGGGGGGGGGG.......!!!!!!

Tiba kedengeran suara keras kayak panci kebanting di seantero ruangan, gue kira ini beneran tempat razia banci dan polisi udah mulai dateng. Pas gue udah mau siap2 kabur, ternyata itu bukan polisi dateng. Di bawah ada pertunjukkan air mancur menari, dan kalo kelar emang suka bikin suara panci kebanting. Setelah itu lampunya nyala. Dan terlihat lah semua muka2 orang dan barang2 yang ada disana.

Next item, baju. Harganya rata2 100-200rb. Yang bikin gue gak nafsu beli adalah harganya yang menurut gue mahal untuk ukuran seoongok baju dan cuma ditumpuk di dalem kardus untuk diaur-aurin (di acak-acak). Suatu keadaan yang mengingatkan gue akan tempat yang bernama Tenda Biru Pasar Senen. Ngapain juga gue beli pakean yang harganya 100rb/200rb dengan cara mendapatkannya sama kayak pakean yang harganya 10rb tiga? Bedanya disini gak ada tereakan, "10rb tigaa..!! Sekali liat jatuh cinta..!!".

Ciaoo...
mari kita lanjut...

Kamis, Maret 19, 2009

Berdiri Di Tengah Arus

Semester ini gue merasakan perbedaan yang amat sangat besar antara gue dan temen2 seangkatan pada umumnya. Di saat yang lain sibuk dengan skripsi, kapan sidang outline, dan bagaimana ketemu pembimbing, gue tetep aja menjalani rutinitas standar dari awal semester sampe detik ini. Gue menjalani UTS. Di saat yang lain sibuk ngetik revisi dan bingung dengan tema, teori, variabel, pengumpulan data, dsb., gue sibuk mencari fotokopian keliling kampus. Mencari secarik kertas bertuliskan bahan2 yang berguna untuk ujian gue nanti.

Menjadi mahasiswa teladan lama emang nyiksa. Pertanyaan, "Hi Mirzal, apa kabar? Gimana skripsi?" terdengar sarkasme buat gue. Pertanyaan, "Hi Mirzal, apa kabar? Kapan lulus?" membuat gue berpikir tentang masa depan, dan pertanyaan, "Hi Mirzal, kok kamu pake kancut di kepala?" membuat gue berpikir apakah gue masih waras apa gak. Hehee.

Untungnya gue gak sendiri, masih ada kaum minoritas lainnya yang sepakat bersatu padu membuat Paguyuban Mahasiswa Sabar (PMS). Kenapa nama kita begitu, karena kita tak mau buru2 keluar dan masih menikmati status mahasiswa kita. Sebuah justifikasi umum yang dipakai oleh banyak orang seperti kita.

Seperti biasa, dalam ujian kita selalu diberi 2 jenis kertas dengan jenis dan fungsi berbeda. Yang satu berukuran A4 dan mengandung banyak pertanyaan. Kertas itu banyak bertanya seperti Yahudi. Kertas kedua folio bergaris, di kertas ini kita bebas melakukan apa aja. Mau nulis karangan bebas? Boleh. Menulis kembali soal? sah2 aja. Menggambar muka dosen dengan tulisan MANTRI SUNAT di bawahnya dan tulisan WANTED di atasnya? Boleh juga, kalo mau lulus cepet dengan status DO.

Pada hari Senin ( 17 Maret 2009), gue menjalani 3 ujian. Mau tau gimana rasanya? Rasanya kayak dikebiri (ada yang udah pernah coba...? Jangan deh, gue aja blom... masih ORI 100%, hehe). Ronde pertama Akuntansi Biaya. Dapat dilewati dengan mudah dan lancar tanpa hambatan. Ronde kedua Agama Islam. Karena semua daya dan pikiran udah gue curahkan untuk belajar Akuntansi Biaya waktu dini hari, gue cuma ngafalin definisi2 penting ajah.

Soal dibagikan... Gue diem sebentar, dan menyimpulkan kalo soal2 ini bisa dipecahkan dengan metode MENGARANG BEBAS. Sebuah metode unggulan yang telah dipake saat Bill Gates masih di Harvard (Status : Lulus DO). Inti dari jawaban gue adalah yang baik2 dan yang bener2, gak ada yang jelek2. Kelar ngarang bebas, gue punya waktu rehat 1 jam untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian selanjutnya.

Waktu 1 jam itu gue manfaatkan dengan baik untuk membaca bahan yang sama sekali tidak bisa gue mengerti. Bahasanya campuran Jawa Kuno dan Belanda Tulungagung. Gue cuma bisa tersenyum dan berharap ini semua tidak real. Gue mencoba menutup mata dan berharap saat gue buka mata bumi diserang Alien ganas bermake-up tebal, berpakaian norak, dan suka tampil di sinetron Indosiar. Tapi itu tidak terjadi, ini semua nyata dan gue harus tegar menghadapinya.

Masuk ke ruangan, pengawasnya dateng. Pengawasnya bernama Suparman (nama dirahasiakan demi kredibilitas). Soal dan lembar jawaban dibagikan. Pertanyaan pertama gak ngerti... kedua gak ngerti... ketiga mulai timbul keringat di jidat... keempat pandangan mata mulai kabur... kelima gue kolaps. Kelima soalnya abstrak dan gak jelas. Gue dan temen gue yang terletak di sebelah kanan ketawa ngakak (ketawa pasrah lebih tepatnya). Dalam hati gue mengagumi sang pembuat soal, yang bisa membuat soal ber-genre komedi.

Gue pun fokus dan berpikir, mencoba mengeluarkan apa yang udah gue pelajarin tadi. Untungnya common sense gue jalan dan bisa menjadi dasar karangan bebas gue. Gue pun menulis dengan lancar dan banyak. Saat gue lagi asik nulis, gue ngeliat orang di sebelah kiri gue nengok lembar jawaban gue dan langsung memasang muka lemes. Mungkin gue terlihat seperti orang jenius di mata dia. Padahal apa yang gue lakukan adalah menulis sebelum berpikir - "Sebuah Metode Menulis Asal".

Gak beberapa lama, dia nunduk dan bersimpuh di jempolnya. Karena gue blom ngelirik ke dia, gue berpikir kalo dia lagi berkonsentrasi maksimal untuk mengeluarkan seluruh pikiran dan menumpahkannya di lembar jawaban. Mungkin dia termotivasi ngeliat anak imbisil bisa nulis jawaban segitu banyaknya. Kenyataanya, pas gue nengok gue baru tau apa yang dia lakukan. Dia sukses tidur pules, seperti bayi tidak berdosa, saat ujian berlangsung. Gue pengen banget ngucapin terima kasih atas penemuan dia untuk menambah teori gue yang berjudul "Hal-hal Yang Bisa Dilakukan Untuk Menghabiskan Waktu Ujian".

Setelah itu tiba2 pengawasnya dateng, "Mana FRS (Formulir Rencana Studi) kamu?". Gue langsung mengambil kertas yang dimaksud di kolong bangku. Saat mata gue kembali ke dia, ternyata dia sedang melakukan kegiatan "Menggaruk Meriam Si Jagur dan Bemper Belakang", kegiatan itu dilanjutkan dengan "Mengorek Kuping Dengan Kelingking", dan "Meresapi Bau Melalui Idung". Kelar ritual, tangan multifungsi itu mengambil FRS gue dan mulai saat itu FRS gue tercemar bakteri.

Ciaoo...
mari kita lanjut...

Minggu, Maret 15, 2009

Sabtu Pembawa Petaka

Semua dimulai pada hari Sabtu, 14 Maret 2009. Gue dan temen gue ,Jarot, menghabiskan malam minggu nonton Peterpan di atrium Mall Kelapa Gading 3. Peterpan manggung di lantai dasar pada jam 20.15 dan Mall Kelapa Gading membludak pada saat itu. Sebelum mereka dateng, orang2 udah pada nungguin di depan pintu masuk ruang artis. Biasa, nungguin Ariel dateng. Penjagaan ketat, jalan aman dibuat dan barikade dipasang. Manusia2 mendesak barikade itu. Para petugas keamanan berjaga2 dan saling berkomunikasi dengan walkie talkie-nya. Nyamuk2 infotainment langsung mengusung kameranya. Keadaan ramai, riuh, dan kacau.

Dan…

Gak ada yang menuju ruang artis. Adanya yang keluar. Ternyata itu semua dilakukan untuk Delon. Semua orang langsung bubar, para nyamuk langsung menurunkan kameranya. Manusia2 yang berharap itu untuk Ariel kecewa. Keadaan berubah jadi tenang dan damai. Bahkan ada yang tereak, “JAELAHHH… DELON..!!!!”. Sungguh kasian menjadi Delon.

Melihat sebelum Peterpannya dateng aja lantai dasar udah penuh, apalagi pas mulai main. Mau nyari spot enak biar nontonnya asik udah jadi harapan doang. Kita bergerak ke lantai 2 dan muterin satu lantai itu. Ternyata sama aja. Orang2 yang nemplok di rail udah banyak banget dan rapet. Gak ada tempat bagi kita untuk nyempil, apalagi ngupil. Tanpa kenal menyerah kita ke lantai 3. Muter2 disana ternyata gak dapet spot juga. Sial, rame banget. Tanpa pilihan lain kita ke lantai 4, lantai paling mentok di Mall Kelapa Gading. Edannya disini juga udah rame.

Berbekal pemikiran cerdas dan kemampuan untuk membaca situasi dengan baik. Kita memiliki cara yang cukup keren untuk dicoba. Yaitu nyari orang pendek dan desek2 dia. Kita menemukan dua korban. Strategi pun diterapkan. Pertama gue di belakangnya. Sok2 ngelongok. Dan gue secara konstan ngelongok. Mungkin orang di depan gue udah ampir mati kedesek badan berat gue dan gue terlihat sebagai maniak yang mau memperkosa orang di Mall. Akhirnya pada lagu ke-3 dia menyerah. Dan gue dengan senang hati nemplok di dia… Ups, salah… di rail. Hehee.

Gue baru sampe rumah jam setengah 12 malem, dan gue gak sendiri. Ada Jarot yang mampir ke rumah nenek gue di Kramat, nungguin temen gue yang satunya lagi bernama Gilang dateng dan jemput dia. Gilang sampe di rumah gue jam 1 malem dan kita ngobrol2 dulu di teras rumah gue. Ngobrol ngalor ngidul menyebabkan perputaran waktu terasa begitu cepat. Gak berasa udah jam setengah 4 pagi. Kita pun bubar. Dan gue baru bisa tidur jam setengah 5 pagi.

Permasalahan muncul saat gue musti nganter sodara gue ke Grogol jam 10 pagi dan kembali pulang ke Cimanggis nun jauh disana. Mata udah sepet, berat, dan perih. Perjalanan dari Kramat-Grogol berlangsung normal. Gue masih sedikit terjaga. Dari Grogol gue masuk ke Tol Dalam Kota. Di dalem tol gue nyupir dengan azas lurus. Dimana gue lurus terus menerus tanpa melihat sekitar. Efek dari menganut azas ini ditambah ngantuk luar biasa yang gue derita adalah : Gue gak ngeliat tanda <- Bogor, dan gue masuk ke -> Bekasi, Cikampek, Bandung.

Gue sukses nyasar lagi, apalagi pengetahuan gue tentang Bekasi ibarat bayi belajar rumus Integral Matematika. Gak ngerti sama sekali. Gue pun mengkhianati azas yang gue anut, gue nengok sekitar. Gue liat ada Universitas Borobudur. Memori gue mundur ke belakang, gue dulu sering ngelewatin Universitas ini. Adanya di daerah Kalimalang dan deket situ ada daerah bernama Pangkalan Jati yang bisa menuju Pondok Kelapa. Bener aja, di sebelah kiri ada pintu keluar bertulisan PONDOK KELAPA. Daerah pinggir kali tempat pembuangan mayat. For the record, gue pernah ngeliat orang2 rame ngusung jenazah di pinggir jalan. Gue kira mau dikuburin, gak taunya dibuang ke kali. Orang sana punya kebiasaan ngubur jenazah di kali. Hehe. Oke, itu semua tidak real.

Gue pun keluar menuju Pangkalan Jati dan gue gak tau mau kemana. Otak cerdas gue yang tersembunyi di bagian terbawah otak gila gue berucap, “Telepon Bimo..!!”. Gue keinget temen gue yang tinggal di daerah sini bernama Bimo. Berkat petunjuk dia gue sukses mendapat petuah berharga dan berhasil masuk kembali kea rah yang benar : BOGOR. Ternyata untuk bisa sampe ke tol Bogor gue musti lewat daerah Halim dulu.

Di Halim, gue perhatiin secara detil petunjuk2 yang ada disana. Gue berhasil menemukan petunjuk kalo untuk masuk ke Tol Bogor gue musti belok kiri. Disana terpampang jelas, ada 4 jalan : Lurus, kanan, kiri, dan mundur. Dan gue musti ngambil kiri, tulisannya BOGOR-CILILITAN. Gue bergumam, “kiri..kiri..kiri..”. Sesampainya di belokan gue dengan nafsu birahi tinggi belok ke kiri.

Jalannya sempit, cuma buat dua mobil. Udah gitu jalan gue terhenti oleh bis. Bis situ berhenti total, gak jalan. Oh, ada apalagi ini? Di depan gue bis Maju Jaya. Dan gue pun berniat nelepon manajemen bis itu, nyuruh dia ganti nama jadi BERHENTI JAYA. Tapi karena gue gak ngeliat ada nomer telepon di badan bis, gue gak jadi. Depan gue ada bis, di belakang juga ada bis namanya AGRA MAS. Mungkin ini bisa jadi judul film, Depan Bis Belakang Bis - “Sebuah film tentang bis”. Kembali ke dunia nyata… Setelah gue perhatikan dan analisa dengan cermat, tegas, dan lugas, gue mendapat kesimpulan kalo gue (kembali) nyasar.

Kali ini gue masuk ke terminal bis antar kota.

Gue satu2nya mobil normal yang kecil mungil diantara raksasa2 berkapasitas 40 orang. Gue plongo disana dan sempet berpikiran untuk narik penumpang juga buat tambahan duit jajan. Berhubung ini mobil nyokap, gue mengurungkan niat itu. Setelah ngantri lama di jalan sempit itu dan sempet ngeliat dangdutan di pinggir jalan (ada kawinan di pinggir jalan), gue menemukan titik terang. Di ujung jalan terdapat jalan besar dan ada plang bertuliskan : BOGOR (Lewat tol). Gue berucap syukur kembali ditunjukkan jalan yang benar.

Bodohnya gue, seharusnya untuk masuk tol itu gue gak harus belok patah ke kiri dan masuk ke terminal brengsek itu. Gue ditipu petunjuk jalan yang tadi. Seharusnya gue nyerong ke kiri, bukan belok kiri. Dan gue pun membenci pembuat petunjuk jalan itu.

Pesan moral : Jangan percaya petunjuk jalan, itu bisa menyesatkan. Hehe.

Ciaoo…

mari kita lanjut...

Jumat, Maret 13, 2009

Kecewa

Senyumnya mengembang di depan.
Sesampainya di belakang, berubah jadi sungutan.
Segala bagus menjadi jelek.
Di tanah maya dia berucap butuh.
Di tanah real dia berubah total.
Kecewa tidak terbayang.
Baik yang ada menjadi percuma.



ciaoo...
mari kita lanjut...

Rabu, Maret 04, 2009

We Are The Broterhood Of Material

Material, suatu kata yang bisa berarti bahan baku dalam pelajaran Akuntansi Biaya yang menyusahkan itu. Tapi kalau hal itu ditanyakan kepada panitia SIMAK-UI, hal itu bisa berarti : Sekumpulan anak muda bermuka beringas yang mempunyai tugas mengantar soal dan Lembar Jawaban ke lokasi ujian dan membuat Berita Acara atas setiap kejadian di lokasi. Selama bulan Februari, gue bertugas jadi petugas Material. Gue termasuk dalam sekumpulan anak muda bermuka beringas itu. Bedanya muka gue bukan beringas, tapi berminyak.

Syarat untuk masuk ke dalam kelompok ini gampang, nurut dan manut. Kita berkumpulnya di UI Salemba, tepatnya di Balai Mahasiswa, setiap jam 2 siang. Kapanpun kita dipanggil, kapanpun kita dibutuhkan, kita harus datang ke tempat suci itu. Dalam ruangan tersebut, terdapat Trinitas kepemimpinan.

Maksud dari trinitas disini adalah : perkataan, perintah, dan perbuatan yang benar hanya berasal dari 3 orang saja yang bernama Meson, Aji,dan Imo. Perkataan, perintah, dan perbuatan yang dilakukan oleh orang lain di dalam ruangan gak bisa dianggep sama sekali. Meson dan Imo adalah dua petinggi yang isengnya gak ketulungan. Ada kisah dimana dulu mereka pernah ngerjain anak2 yang baru masuk jadi tim dengan cara menempelkan duit seribu ke jidat untuk kemudian dinamakan “Pasukan Secengan”. Aji adalah petinggi baru yang berparas tampan, berada di sebelah dia menyebabkan rasa minder gue naik 2x lipat.

Kita juga punya ritual keagamaan sebelum memulai kegiatan. Pertama-tama kita membuat 11 baris, dimana setiap baris berisi 6 manusia. Kemudian ada 6 orang maju ke depan yang bertindak sebagai pemandu upacara. Setelah selesai berbaris, tangan kanan ditaro di dada dan dengan muka serius dan bersungguh-sungguh kita mengucapkan SAPTA PRASETYA BROTERHOOD MATERIAL :

1.MELAKSANAKAN TUGAS DENGAN BERDISIPLIN,BERTANGGUNG JAWAB, DAN TIDAK MEMBANTAH.


2. BERSIKAP KRITIS, DAN
BERANI MENGEMUKAKAN PENDAPATSECARA ILMIAH.

3. SELALU GEMBIRA, TERTAWA,DAN TIDAK BERSEDIH (LA TAHZAN).

4. KREATIF,NGOCOL,DAN NORAK.

5.SALING MENGENAL SATU SAMA LAIN,DAN TIDAK BOLEH MARAH, DAN DENDAM

6. SALING BERBAGI RIZKI DENGAN TEMAN

7.SETIA KAWAN DAN TIDAK EGOIS

8.PUNYA RASA HUMOR YANG TINGGI

9.MENJAGA KEBERSIHAN DAN KESEHATAN

10. MENJUNJUNG TINGGI SENIORITAS

11. MENJUNJUNG TINGGI NILAI-NILAI BUDAYA,YANG ILMIAH,VALID,RELIABEL,POSITIF,DAN KONSISTEN.

Sapta Prasetya ini ibaratnya Pancasila-nya Indonesia. Filosofi dasar kita dalam berkegiatan. Dan jangan pernah berani nanya kenapa namanya Sapta padahal ada 11 janji. Karena seperti yang gue bilang di awal, Prasetya ini bersumber dari 3 Trinitas itu dan apapun yang bersumber dari sana tidak bisa dibantah dan diingkari. Apa sanksi-nya? Disuruh berdiri di depan khalayak ramai dan dipermalukan.

Setelah seleasi menyebut Prasetya suci itu, ada ritual keagamaan lain yang mesti dilakukan. Kita menarik napas, pandangan mata lurus ke depan, mata memandang jauh ke masa depan, badan tegap, kaki lurus menghujam tanah, dan tangan tetap di dada. Kita bernyani GENDERANG UI. Setelah selesai menjalankan ritual keagamaan itu, tugas kita adalah... duduk... duduk... diabsen... dan dikerjain sama 3 Trinitas kekuasaan tersebut. Ketawa-tawa dan menyampah adalah rutinitas dasar dalam ruangan itu. Pernah suatu hari kita disuruh dateng jauh2 ke UI Salemba Cuma buat diabsen dan kalo misalnya ada nama yang aneh, dikata2in sama salah satu pemimpin bernama Meson. “Hahahaa.. ntar pas pulang lo tanya sama bapak lo apa arti namanya.. nama lo aneh!!”.

Setelah itu... kita pulang... Ongkos... 8 rebu..

Seiring berjalannya waktu, gue pun mulai ditempatkan di suatu lokasi. Gue bertugas di SMKN 27 Pasar baru. Permasalahannya mulai muncul saat gue mengetahui kalo... gue gak tau tempatnya dimana. Solusinya adalah : Nanya Polisi. Hehe. Bisa2 gue ditilang. Yang bener gue survey kesana, dan saat survey gue mengalami kejadian sial. Motor yang gue tumpangi nyenggol mobil. Dan yang lebih disayangkan lagi, kesalahan terdapat di motor yang gue ditumpangi yang dikendarai oleh temen gue bernama Apis. Apis emang mempunyai style nyetir melayang menyerupai abang Bajaj. Yang mengetahui kemana sang motor mengarah cuma Tuhan dan dirinya sendiri.

Sang Bapak pengendara mobil untungnya seorang bapak teladan yang baik hati. Kerusakan yang kita buatdimobilnya dianggap angin lalu aja, karena mau diminta ganti rugi pun paling mentok kita ngasih cat aer buat nambel cat yang udah soak itu. Kelar konflik, kita pun langsung ke SMKN 27 buat melapor ke pengurus sekolah. Saat gue lagi asik2 bernegosiasi, dari pintu gerbang depan gue liat mobil Honda Civic berwarna biru. Pikiran gue berucap, “Sepertinya gue kenal mobil itu...”. Saat dia selesai muterin sekolah, kaca pengemudi dibuka. Dari dalam terlihat sang bapak yang mobilnya gue senggol. Dengan muka bengis dia ngeliatin gue yang sedang negosiasi. Dan gue pun nengok ke arah sebaliknya... Oh, tidak…

N1, N2, N3, N4, AJ1, J1, J2, J3, J4, J5, dan J6. Kode2 Berita Acara itu udah terkontaminasi ke otak gue selama sebulan.

Pada hari H, hari dimana SIMAK UI berlangsung. Gue berkewajiban memberikan briefing kepada pengawas2 yang ada tentang Berita Acara tersebut. Dengan santai mereka bilang, “Gampangg... tinggal isi Berita Acara... kita mah udah sering kayak begini...”.

Kemudian saat pengumpulan tiba...

Dari 15 ruangan yang gue kasih berita acara, hanya 3 ruangan aja yang ngisi dengan baik dan benar.

OMG... Gue kelimpungan... Masalahnya kalo ada satu TTD yang miss gak keisi, gue bakal disuruh ngejar orang yang seharusnya TTD sampai kemanapun dia berada. Nge-rekap Berita Acara yang gak beres itu butuh waktu lama, sedangkan ujian jam ke-2 dimulai 1 jam kemudian. Saking hectic-nya keadaan, akhirnya gue sukses... mimisan di pantat.

Untungnya jam ke-2 gak segitu parahnya. Setelah ngurusin printil-printilan yang ada setelah jam ke-2. Secara resmi gue dinyatakan berhasil melakukan tugas dengan baik dan benar. Gue balik lagi ke Salemba UI jam 5 sore. Untuk kemudian balik ke rumah jam 10 malem.

Terakhir kali gue tidur? Setengah 7 malem, malem sebelumnya.


24 jam gak tidur + gak mandi = tepar dan bau badan



Ciaoo...

mari kita lanjut...