Minggu, April 26, 2009

Panturaaaa.......

Gue selalu excited kalo diajakin bertualang ke tempat baru yang belum gue kunjungi sebelumnya. Insting gue selalu pengennya jalan-jalan, walaupun insting itu terkadang harus dibatasi sama kondisi keuangan sulit. Udah selama sebulan temen-temen gue ngerencanain pada mau ke Cirebon, datengin kondangan temen gue disana. Awalnya gue males, soalnya gue pikir cuma ke Cirebon, kondangan, bengong, dan pulang ke Jakarta. Kagak ada kesempatan jalan-jalan dan terlalu terburu-buru.

H-2, Kamis 23 April 2009, inbox sms hape esia gue dimasuki sms yang isinya ajakan temen gue untuk ikut ke Cirebon. Namun yang ini skemanya beda, karena brangkatnya hari Jum'at ke Kuningan dulu, hari Sabtu-nya baru brangkat ke Cirebon buat kondangan. Tanpa pikir panjang gue langsung meng-iya kan ajakan itu. Niat pertama : Jalan-jalan, kedua : kondangan.

Jum'at, 24 April 2009 jam 14 : 00 gue berangkat dari Depok, destination : Kuningan. Perjalanan selama di tol Cikampek berjalan biasa saja, malah cenderung membosankan. Satu-satunya hiburan cuma ngeliat pantat-pantat truk bergambar wanita cantik dengan tulisan SI GADIS NAKAL. Gue nyampe di daerah Cikampek sekitar jam 5 sore, jalanannya kecil dan isinya truk semua. Ini membuat gue ngeri karena gue ada di samping truk yang berjalan limbung, salah-salah dikit truk-nya bisa nimpa dan mengkonversi gue jadi rempeyek ikan teri. Berada di samping truk segede bagong dengan kontur jalan bergelombang membuat gue lebih dekat dengan Allah SWT.

Lepas dari kemacetan dan ditengah kepungan truk, gue memasuki rute legendaris yang bernama Jalur Pantura. Jalur ini merupakan jalur persinggahan truk-truk yang melintas untuk sekedar makan nasi atau memuaskan nafsu birahi. Gue masuk ke jalur itu mulai dari jam 6 dan entah kenapa terasa lebih gelap dari biasanya. Penerangan di sepanjang jalur itu sungguh minim. Mungkin ada baiknya nama jalur diubah menjadi Jalur Temaram - "Tak Ada Gelap Yang Terlalu Terang". Pertama masuk gue dikasih pemandangan wanita-wanita berpakaian minim, berdandan menor, dan mempunyai gelambir bertingkat di samping pinggang sedang ngumpul di pinggir jalan. Bahkan ada yang cuma pake tank-top item dan handuk, jalan di pinggir jalan. Mungkin dia mau nyari mata air di sepanjang Jalur Pantura.

Pemandangan ini lazim ditemukan di sepanjang daerah yang biasa disebut Subang Atas ini. Di kanan-kiri jalan terdapat Karaoke Club. Tidak seperti NAV atau Happy Puppy yang bernama bonafid dan menjual, karaoke disini hanya menarik untuk supir truk kesepian yang bahkan tidak peduli lagi dengan nama tempatnya. Karaoke Kembar, Karaoke Nenenk, Karaoke Mawar, dan bahkan ada tempat karaoke yang menurut gue lebih cocok untuk nama pesantren. Namanya Nur Hasannah, dan tempat karaoke ini membuka cabang di seberangnya bernama Nur Hasannah 2. Ini berbahaya. Gue membayangkan anak bocah pake baju koko, peci, dan kaen sarung, minta ijin ke Ibu-nya,"Mak, Udin mau pergi ke Nur Hasannah dulu ya ada pengajian bareng...". Sungguh nama yang sangat Islami untuk tempat berbau pornografi.

Kelar melewati Jalur Temaram gue iseng-iseng minta temen gue yang (kebetulan) jadi sopir untuk nyetel radio, siapa tau aja ada siaran lokal yang bagus untuk didenger. Terdengar alunan suara DJ dengan logat Sunda yang kental.

"Selamat malam pendengar Radio MG, masih bersama wanita-wanita cantik ini di studio".

"Haiii...", terdengar suara wanita membalas pujian sang DJ kepada mereka.

Iseng-iseng gue pantengin siaran radio itu. Dari pembicaraan mereka gue mengetahui ada 3 wanita disana yang bernama Rena, Siska, dan Veti. Karena gue masih berada di Jalur Temaram, gue menyangka kalau tiga orang ini adalah jablay kelas atas profesional berhati baik yang suka berbagi dengan sesama. Soalnya mereka menjelaskan kalo mereka baru aja selesai melakukan kegiatan bakti sosial di suatu daerah.

"Oke, itulah wawancara kita dengan para anggota IWARI yang sengaja hadir di studio kita pada malam hari ini", kata sang DJ bersuara untuk kemudian diputarkan lagu Salju dengan vokal seperti orang keselek salju.

Pertanyaan yang muncul : Apakah itu IWARI...??
Hipotesis gue mengatakan kalo IWARI adalah singkatan dari Ikatan Wanita Rusak Indramayu, atau Ikatan Wanita Republik Indonesia.

"Masih bersama IWARI, Ikatan Waria Indramayu.... bla... bla... bla...", kata DJ membuka kembali sesi wawancara. OMG. Banci punya organisasi dan diwawancara di radio. Pantes aja daritadi didengerin suara mereka bertiga aneh bin ajaib. Sengau-sengau sok manis. Untuk pertama kalinya di hidup gue mendengarkan siaran radio dengan guest star sekumpulan banci yang disebut "wanita cantik"oleh DJ-nya. Ini nyata, ini ada, hanya di Jalur Pantura - "Banci Bisa Bersiar (BBB)".

Sang DJ kemudian kembali mengajukan pertanyaan kepada para bintang tamunya yang unik itu, "Kalian ini jabatannya apa di IWARI? Boleh tau gak?"

"Ohh.. kami ini pimpinannya lhoo.."

"Kami sering dikirim ke event-event tertentu untuk mewakili organisasi"

"Ibaratnya pasukan khusus... hihihihii...".

"Kita itu dijulukin SP"

"Apa itu SP?", kata sang DJ penasaran.

Dengan nada tersipu-sipu, tiga dara berjakun tersebut bilang, "SRIKANDI PANTURA...!!"

7 orang yang beradadi mobil hampir kolaps ketawa kebahak-bahak. Dilihat dari nama emang cocok, Srikandi itu adalah wanita yang kuat. Tapi sayang, Srikandi gak punya jakun, bulu dada,dan titit pada awalnya.

Dan gue pun menjadi bimbang,

Apakah yang gue lihat di awal itu murni wanita?

Entahlah...

Ciaoo...
mari kita lanjut...

Selasa, April 21, 2009

Sebuah Pencarian

Di jurusan gue, Administrasi Pajak, mempunyai satu mata kuliah unik yang wajib diikuti. Berbeda dengan mata kuliah biasanya yang mengharuskan kita duduk di kelas sambil membayangkan bagaimana jadinya kalau nikah dengan Asmirandah, mata kuliah ini mengharuskan gue mengaplikasikan segala macem teori2 yang disuapin ke kepala gue sampe mencret. Gue diharuskan magang ke perusahaan di divisi yang berkaitan dengan jurusan gue.

Untuk itu gue musti searching2 perusahaan yang bisa dan mau nerima gue kerja disana. Dengan bantuan temen gue yang udah malang melintang di tengah rel kereta *eh, salah... di dunia perpajakan*, gue mendapatkan list2 perusahaan dan konsultan yang ada. List-nya ada banyak banget dan bukan cuma di Jakarta aja, bahkan sampe Semarang dan Bali, lumayan juga sih kalo mau magang di Ubud ngitungin Pajak Monyet.

Eniwei, cara gue mengetahui apakah di masih2 tempat itu membuka lowongan magang adalah dengan metode yang ditemukan oleh Alexander Graham Bell. Dari banyak perusahaan yang gue tilpun, ada 2 tempat yang memberi tanggapan secara komedi. Tempat pertama, adanya di Kayumanis VIII, tempat maen gue kecil. Daerah yang udah sangat gue kenal dengan baik.

Gue : "Hallo mbak, dengan Konsultan & Kuasa Hukum Pajak Drs.H.Taufiq Rochman,BBA ?"
Mbak2 di ujung sana (MDUSA) : "Ya, ada apa..?"
Gue : "Kami mahasiswa.. bla.. bla.. bla.. disana ada buka lowongan magang gak?"
MDUSA : "Aduhh mass.. maaf mass.. saya gak ngerti, coba saya panggilin Ibu dulu"

Gue berpikir kalo mungkin yang ngangkat telp adalah resepsionis dan karena ada tilpun dari gue dia manggilin seorang Manajer HRD yang lebih mengetahui tentang sistem rekruitmen perusahaan tersebut. Kemudian gagang tilpun dialihkan kepada seorang Ibu2.

Ibu2 di ujung sana (IDUSA) : "Ya mas, ada apa?"
Gue : "Gini bu, kami mahasiswa... bla... bla... bla.. disana ada buka lowongan magang gak?"
IDUSA : "Kamu dapet nomer ini darimana ya? disini rumahnya, kantornya di Elnusa.."

Asem kunyit. Gue buang2 pulsa, pantes aja si MDUSA bingung, jabatan dia khan cuma Asisten Rumahan - Bahasa kerennya PRT -. Untung aja sang Ibu cepat tanggap, kalo gak bisa jadi gue disuruh interview di rumahnya untuk magang sebagai Asisten Rumahan dengan kemampuan spesial bisa nge-pel sambil tiduran dan nyapu sambil guling2.

Tempat kedua, gue baca di daftar alamat kalo tempatnya gampang dijangkau yaitu di Ratu Plaza. Dengan semangat pantang menyerah disertai birahi tinggi gue mencoba tilpun kesana.

Gue : "Hallo mbak, dengan Konsultan Pajak Liem Yung San & Rekan?"
MDUSA : "Hah!? Itu mah orang Korea mas..!!"

Apaan lagi nih? Jangan2 gue salah nelepon ke Kedubes Korea, atau gue salah sambung ke penggemar fanatik Winter Sonata yang berharap ditelepon Bae Yong-jun?

Gue : "........" (terdiam tanpa kata... berharap mbak2nya cuma bercanda)
MDUSA : "Disini mah toko furniture, bukan konsultan pajak..kalo mau mesen lemari mah bisaa.."
Gue : "....... thx" *sambil nutup tilpun*

Kali ini lebih parah. Gue sukses nilpun toko furniture. Hampir aja gue pengen mesen ranjang getar sama mbak2nya. Gimana caranya coba daftar konsultan pajak yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia per 31 Desember 2008 bisa bertransformasi menjadi toko furniture yang menjual tempat tidur, guci, dan lemari? It's Magic...

Untungnya tempat2 lain gak ada yang aneh2 kayak dua kantor itu. So, wish me luck ya!

Ciaoo...
mari kita lanjut...

Rabu, April 15, 2009

Pesta Demokrasi

Weww... Pesta demokrasi bernama Pemilu udah lewat hampir seminggu, gue baru bisa nulis tentang itu sekarang. Sebenernya udah pengen nulis dari sehari sesudahnya, tapi berhubung gue musti ngawal sodara2 gue dari luar kota keliling Jakarta Raya, keinginan itu gue tunda sesaat. So, here it goes...

Sehari setelah Jamiroquai, gue menjalani satu pesta lagi. Tapi kali ini gak ada hingar bingar musik dan kebyar lampu sorot. Yang ada pak RW nerima warganya satu2 dan hansip yang selalu mengawasi jalannya proses pemungutan suara dengan seksama. Pada awalnya sih gue berniat mau Golput. Mengingat kurang simpatiknya gue atas pergerakan partai politik, terutama caleg2nya, dan gue membenci mata kuliah Sistem Politik Indonesia. Tapi atas imbauan Jay Kay di atas panggung yang berucap, "You must vote tomorrow, not many people have this chance...", pikiran gue langsung berubah. Mungkin para politisi harus-nya mengundang artis mancanegara seperti Jamiroquai untuk kampanye, bukan artis dangdut kapiran yang cuma bisa goyang pantat dan dada dengan suara bercengkok seadanya.

Dengan mengenakan T-shirt putih bekas dipake tidur bergambar The Beatles, celana panjang agar terlihat rapi sedikit, dan jaket untuk menutupi belel-nya kaos, gue menuju ke TPS 48 pada jam 10.00. Setelah menunggu gak beberapa lama, gue dipanggil masuk menuju bilik suara. Gue diberikan tiga kertas suara.

Surat suara pertama untuk anggota DPD, membuka surat suara secara full aja membutuhkan perjuangan sendiri. Surat suaranya gede banget! Hampir aja gue jait dan dijadiin sarung buat sholat atau dibawa kerumah buat jadi selimut. Tapi berhubung gak boleh dibawa pulang, gue mengurungkan niatan itu, daripada dikeprok Hansip. Selain ada gambar2 parpol, dibawahnya ada nama2 entah siapa. Gue bingung, sebenernya itu surat suara apa daftar absen SD 05 PAGI?

Surat suara kedua untuk DPRD, gedenya sama kayak yang pertama. Ngebukanya juga susah, nutupnya apalagi. Surat suara ketiga untuk anggota DPR, disini gue lebih bingung lagi. Cuma ada foto2 orang-entah-siapa-itu dan namanya masing2. Gue liatin satu2, mukanya gak ada yang gue kenal. Dan tipe wajah mereka sama, seakan pengen bilang ke gue "Pilih gue donkk... plisss....". Tapi ada satu nama yang gue inget, namanya aslinya entah siapa tapi ada nama panggilan di dalem kurung bertulisan DIBO PISS, dan jangan harap gue milih dia menjadi angota DPR dengan nama sekonyol itu. Mungkin gue akan berubah pikiran kalo nama dia dibuat lebih konyol lagi, contohnya PI PISS.

Pada akhirnya gue menuju pojok kiri bawah kertas suara dan menuliskan, "PERTAMAX GAN!!" untuk melambangkan ini adalah Pemilu pertama gue dan "Maaf mas, calonnya GAK ADA YANG DIKENAL". Mau milih juga males, kayak milih kucing dalem karung, tangan gue pasti abis dicakarin tuh kucing. Abis nulis2 gue langsung lipet2 surat suara dengan susah payah dan masukkin ke kotak pemungutan suara.

Kelar Pemilu, Pesta Demokrasi terbesar, termegah, dan termewah, berita2 di Televisi pada umumnya berisi hasil perolehan suara peserta Pemilu dan 2 jenis berita memalukan. Yang pertama, ada ribut2 dan berantem di TPS karena hal sepele. Contohnya karena petugas TPS nganterin nenek2 ke bilik suara ada yang tereak, "ITU TIDAK NETRALLL...!!!CURANGG...!!!". Oke, mungkin dia takut terjadi pemerkosaan di tempat umum. Yang kedua adalah banyak caleg yang depresi karena kalah dalam Pemilu, gue sebenarnya kasihan sama mereka karena udah bertaruh banyak materi untuk dipilih walaupun banyak yang tidak mau memilih. Yah, mungkin ini rezeki-nya para psikolog.

Yang pasti... kota menjadi bersih kembali...

Ciaoo...
mari kita lanjut...

Kamis, April 09, 2009

Virtual Insanity

Sentul, sebuah kota yang biasanya dikenal karena memiliki sebuah sirkuit balap. Tapi pada tanggal 8 April 2009, Sentul memiliki daya tarik yang lain. Daya tariknya ditunjukkan melalui poster berwarna biru dengan gambar seseorang bertanduk dan berpose seperti Iron Man waktu mau lepas landas dan di sebelahnya ada tulisan Jamiroquai – Yes It’s True.

Pada awalnya gue sama sekali gak mau nonton konser itu. Bukan karena gue gak suka, tapi hal paling mendasar yang bikin gue gak mau nonton adalah masalah HARGA TIKET. Harga minimal tiket 750 rb - paling mahal 2,5 jt dan bahkan ada kelas yang harganya bakal disebutin kalo kita nelepon nomor yang ada di poster (yang pasti bakal MAHAL BANGET). Gue udah desperado muram durjano. Harapan untuk nonton konser gue kubur dalem2.

Pada malam hari, 7 April 2009,saat gue buka Facebook tiba2 temen gue nawarin tiket konser yang harganya masih dalam jangkauan tangan gue. Tiket konser seharga 750rb ditawarin 300rb, gimana gue gak kegirangan. Otak bisnis gue pun berjalan. Mulai saat itu gue berprofesi jadi calo tiket. Singkat kata, keuntungan gue jual tiket mencukupi untuk harga 1 tiket dan jajan gue disana. Jay Kay... Gue dateng!!

-8 April 2009-

Gue sampe di venue sekitar jam setengah 8 bersama 3 orang temen gue, Ian dan Manto. Kita semua langsung masuk ke Row F, ternyata bentuk venuenya itu emang bener2 diatur untuk suatu pertunjukkan. Pake bangku dan bertingkat, dengan panggung besar di depannya. Dan lebih mengesalkan, barisan depan udah penuh semua. Setelah kita puter2, mentok2nya dapet di barisan paling atas. Opening performance ada Afgan dan kalopun gue make dua teropong digabung jadi satu, gue gak bakal bisa ngebedain titik item mana yang bernama Afgan. Gue terrmangu menghadapi kesialan ini. Nonton Jamiroquai bakal bikin minus gue nambah.

Tapi tiba2 dari lorong muncul sosok botak berkilap. Dia ngobrol dengan petugas keamanan yang jagain pembatas antara kaum 300rb dengan yang 1,5 jt. Temen gue, Ian,dah kasak kusuk. “Itu Peter F. Gontha, bentar lagi pembatas pasti dibuka...”. Kita pun siap2 mau lari.Bener aja, gak beberapa lama pembatas bener2 dibuka. Tanpa ampun kita lari kesetanan, inceran kita adalah di deretan belakang mixer. Oh Om Peter, kalo bisa gue bakal ciumin kepala botaknya dan gue semir pake Kiwi!!

Berkat gesitnya gerakan kita bertiga, kita dapet tempat yang diidam2kan. Beberapa deret di belakang mixer, suara stereo, bisa ngeliat Jamiroquai secara jelas, dan bangku yang kita dudukin sekarang berharga 1,5jt!! Senyum sumringah mengembang lebar di muka gue, selebar pantat kuali. Sedangkan di sebelah gue, sepasang pasutri tua, yang membayar uang sejumlah 1,5 juta untuk mendapatkan tempat itu, masang muka asem karena sederetan dengan kaum proletar yang hanya membayar 300rb-an untuk nonton Jamiroquai.

Spot ini bernilai 1,5 juta

Gak beberapa lama konser dimulai, gue bisa melihat dengan jelas Jay Kay dengan sederet personil lainnya bermain musik demi musik dengan maksimal dan keren abis. Track Seven Days In Sunny June membuat gue seakan pengen bergoyang selama 7 days one night bored (7 hari semalem suntuk), suara Jay Kay sangat powerful dan dahsyat. Little L yang magical itu membuat gue serasa melayang di dunia Jamiroquai. Black Capricorn Day merupakan lagu yang powerful,membuat gue meloncat sepanjang waktu.

Pada saat membawakan Cosmic Girl, terdapat suatu kejadian kosmik. Pembatas yang membatasi kelas berharga 1,5 jt dengan 2 jt, 2,5 jt, dan harga yang ngebayangin nilainya aja gue gak berani. Areal di depan panggung resmi dibuka. Tanpa pikir panjang, kita langsung meluncur kesana. Menyusup diantara lautan manusia yang berlari2an menuju sana. Kelas gue berubah... 1,5 jt... 2 jt... 2,5 jt... PRICELESS!!!. Gue mendapat tempat tepat di depan panggung, dibawah congornya Jay Kay. Tempat gue berdiri sekarang jauh di depan kelas VIP, yang ditempati oleh orang2penting seperti Marie Elka Pangestu – Menteri Perdagangan, harganya? Udah gak bisa diungkapkan melalui angka2.

Spot ini? Priceless...!!

Di tempat ini gue semakin menggila. Jamiroquai merespon ramainya panggung depan yang tadinya lowong layaknya artis yang maen di acara kawinan. Mereka membawakan Lovefoolosophy, sebuah lagu catchy yang membuat gue goyang seperti orang gila. Kemudian dilanjutkan dengan Space Cowboy dan Canned Heat. Canned heat merupakat salah satu lagu legendaris yang menjadi lagu wajib para pencinta Jamiroquai. Tenggorokan gue sampe sakit karena tereak, “DANCE...!!!” berkali2.

Setelah Canned Heat, mereka tanpa pamit dan bilang2 salam lekum langsung cabut ke belakang panggung. Sebuah trik lama yang membuat para penonton berteriak “WE WANT MORE...!!!”. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, gak beberapa lama mereka langsung balik ke pos-nya masing2. Pemain keyboard dan synthesizer mengeluarkan bebunyian aneh, bebunyian aneh yang sudah sangat dikenal. Sebuah intro dari lagu bombastik Jamiroquai yang berjudul... Deeper Underground.

Venue terasa bergetar hebat saat musik dimulai. Seluruh penonton meloncat2, merespon ajakan dari Jay Kay untuk berpesta di malam riuh ini. Kerongkongan gue makin kerasa sakit dan kering, tapi sebodo amat, yang penting gue bernyanyi terus menerus di lagu ini. Saat lagu selesai, performance juga selesai. Mayoritas penonton pada bengong, termasuk gue, knapa? Karena lagu legenda yang dijadiin tema iklan konser, Virtual Insanity, gak dibawain. Rasa puas karena ngerasain tempat yang super mahal berkurang berganti jadi rasa tidak puas karena Virtual Insanity gak dibawain.

Itulah nila setetes yang sama sekali gak bisa ngerusak susu sebelanga dari konser Jamiroquai. Untuk kita kaum proletar yang bayar tiket 300rb-an tapi dapet tempat yang harganya jutaan, malem ini tak terlupakan. Untuk kaum priyayi yang rela bayar tiket jutaan tapi tempatnya diserobot sama yang bayarnya 300rb-an, malam ini adalah malam dimana mereka pantas berucap,”Sial....!!!”.

Ciaoo...

mari kita lanjut...