Kamis, Desember 31, 2009

Di Akhir Tahun

2009 udah mentutup matanya, diganti oleh 2010 yang sudah menanti di depan. Di penghujung tahun ini, Indonesia kembali kehilangan satu tokoh besarnya. Beliau bernama Abdurrahman Wahid, atau lebih akrab dipanggil Gus Dur. Semoga arwah beliau diterima di sisi-Nya, di tempat terbaik. Amin. Selama setahun ini, gue masih berusaha untuk menyelesaikan kuliah gue untuk keluar secepatnya dari UI. Gue juga udah merasakan magang di konsultan pajak dan merasakan iklim kerja sebenarnya di kantor yang sedikit gokil. Pernah suatu hari gue lagi ngerjain kerjaan di Excel, tiba-tiba dateng senior gue ke ruangan.

"Jal, ada INDONESIA gak?"

Heh? Apa itu yang dimaksud Indonesia? Gue tau itu sebuah negara kesatuan yang mempunyai semboyan Bhinneka Tunggal Ika, tapi apakah jawaban itu yang diperlukan?

"Indonesia apaan mas?", kata gue mencoba memperjelas situasi yang sedikit membingungkan itu.

"Alah, pake belagak gak tau. Pelm Indonesia, 3 GP!!"

Oalah. Dia minta pornografi. Untungnya gue banyak contact dan relasi yang memungkinkan gue untuk memenuhi permintaan senior gue itu. Tadinya gue gak mau ngasih, tapi liciknya dia mengancam nilai. Terpaksa gue penuhi nafsu bejatnya itu (Mmmm... Terdengar seperti pengakuan korban perkosaan). Gue bilang, "Ini lagi ada kerjaan mas, deadline besok". Eh dia malah, "Kerjaannya sape sih? Toni (bukan nama sebenarnya) ye? TOOONNN!! ITU MASIH LAMA KHAN!!?" Gak beberapa lama, dateng senior gue yang ngasih kerjaan. Disusul senior-senior lainnya.

"Cina atau Jepang ada kagak?"

"Arab sama India tuh, jarang, cakep..."

"Yang ituu aja.. yang amatir gitu, yang video rumahan"

"Baik-baik, semua sabar. Antri yaa...", gue hanya bisa pasrah. Gue bisa dijerat UU Pornografi karena mendistribusikan barang haram tersebut ke satu kantor. Tapi gak masalah, asal nilai bisa aman dan terkendali.

Selain itu, skripsi gue udah rampung setengahnya, ditandai dengan selesainya prosesi sidang outline gue. Prosesi sidang itu sendiri berjalan lancar aja. Tadinya gue sempet ngerasa takut karena yang jadi ketua sidang gue adalah dosen yang kemeja-nya belum gue balikin. Bukan karena gue maling kemeja atau gue minjem kemeja dia untuk ngelamar kerja, lebih-lebih kemeja fettish, ogah. Kalo pun gue fettish , pasti sama hal yang lebih okeh.

Ceritanya gue dikasih kepercayaan untuk bikin 31 kemeja lapangan pengajar untuk mata kuliah Metode Penelitian Sosial ke Kuningan, Jawa Barat, bukan deket Gatot Subroto. Berhubung dikasih waktu cuma 1 minggu untuk produksi kemeja, terjadilah kesalahan teknis. Ukuran yang dikasih di awal gak sesuai dengan hasil akhir. Jadinya, kemeja tersebut gak muat dan gue suruh revisi itu kemeja. Damn. Gue bikin mentok sementok-mentoknya, tapi gue tetep gak yakin bakal muat. Pengen rasanya nambahin kain perca warna merah polkadot. Tapi itu akan membuat dia terlihat seperti badut. Kasihan.

Kalau dia terkenal baik sih gue santai-santai aja. Sayangnya dia terkenal sebagai dosen jutek yang suka sinis sama mahasiswanya. Oleh karena itu, gue sidang sambil bawa itu kemeja. Rencananya kalo gue didesek, ditanya-tanya sampe gue bingung, gue bakal ngangkat kemeja ke atas sambil dengan korek di bawahnya.

"SEKALI LAGI ANDA BERTANYA, KEMEJA INI SAYA BAKARRR!!! SAYA SERIUS!!!"

Untungnya pada hari itu dia menjadi orang paling baik di dunia. Gue juga takjub dengan perubahan yang ada. Dia menjadi penyabar, tutur katanya lembut, dan bisa mengayomi. Cocok untuk jadi istri yang baik. Kalo dia cewek gue nikahin kali. Skripsi gue gak banyak direvisi oleh dia sebagai ketua sidang, penguji ahli, dan pembimbing gue. Alhamdulillah. Sekarang tinggal melanjutkan apa yang udah ada. Gue harus sembuh dari outline syndrome. Sejak outline tanggal 14 Desember sampe sekarang, 31 Desember, itu skripsi belum gue sentuh lagi. Berasa udah lulus kali ya, tinggal bikin toga-nya aja. Dibuat dari kaen poster film panas bioskop murahan.

Tahun 2009 ini gue bener-bener sendiri tanpa ada yang menemani sejak 4 tahun belakangan. Well, gue cukup menikmati kesendirian (atau kebebasan, tergantung dari sudut mana memandang) ini. Terkadang saat ngeliat temen-temen gue yang berpasangan saling berselisih paham karena hal-hal sepele kayak "Kok ada suara cewek di telepon? Siapa itu?" atau menjadi tahanan kota karena gak keluar surat jalan dari pasangannya, gue merasa bersyukur sendiri karena bisa bebas bergerak mengarungi lautan. Tapi saat gue butuh seseorang untuk berbagi, cerita, atau sekedar pembicaraan ngalor-ngidul tanpa arah, gue berasa banget gak punya sosok itu.

Enough for the past. Untuk ke depannya, pastinya gue berencana untuk nyelesain skripsi gue yang setengah terbengkalai itu dan lulus dari kampus FISIP UI. Memakai toga dan sebagainya. Mendapatkan satu kertas A4 bertuliskan IJAZAH, satu kertas kecil yang bisa dengan mudah hancur terkena air. Refleksi lembaran 5 tahun hidup gue di kampus.

Gue juga mau mencoba merintis usaha untuk menghasilkan uang. Gue bosan dengan asupan. Malu sama umur yang belum bisa mencari uang secara konstan. Semoga apa yang akan gue rintis nanti akan berhasil ke depannya. Amin. Apa usahanya? Gue berencana untuk mengurangi tingkat gembel yang cukup tinggi di Jakarta. Dimana gue punya ide untuk mendaur ulang gembel menjadi plastik Alfa Mart. Menurut penelitian yang dilakukan Dr. Ekky, seorang mahasiswa Kesejahteraan Sosial, kulit gembel alot dan memiliki zat kimia berbahaya. Oleh karena itu gak bisa dikubur di dalem tanah. Solusinya, ya itu. Dibikin plastik Alfa Mart. Niscaya akan menjadi plastik yang sangat kuat. Seperti sifat gembel yang diusir balik lagi, plastik ini kalo robek atau hancur akan kembali seperti semula.

Hehee.

Gak lah, emang gue Hitler. Pokoknya gue mau memulai suatu usaha lah.

Apa lagi ya? Mungkin juga mencari pasangan baru, tapi itu gak terlalu diniatin. Seperti teori BAB (Buang Air Besar) yang gue temukan, yang akan gue patenkan untuk menjatuhkan teori gravitasi Isaac Newton. Inti teori BAB adalah let it flow. Analoginya seperti ini, coba lah BAB dipaksakan. Dia gak akan mau keluar bukan? Seberapa kerasnya kita ngeden sampe mengeluarkan berbagai bebunyian aneh, tetep aja itu muatan gak bisa keluar. Malah bisa jadi ambeien. Sama dengan nyari pasangan, jangan terburu-buru. Kalau kata Dewa "Beri sedikit waktu biar cinta terbiasa". Kalau kata gue "Cinta jangan dipaksa, nanti bisa ambeien". Harus pelan-pelan, sabar. Coba diiringi dengan nyanyi-nyanyi kecil atau membaca buku. Kalau perlu dirayu, "Ayo donkk.. keluarr... keluaar...". Pertamanya memang dia akan keluar malu-malu. Tapi pada akhirnya semua rasa yang ada akan keluar. Pada akhirnya, kita akan merasa lega.

Walaupun teori itu jijik, gue tetap bangga menelurkan teori BAB. Hehee.

Oiya, gue juga mempunyai resolusi untuk menaikkan level ibadah gue, yang seperti gue bilang di postingan sebelumnya, ada di lantai basement paling bawah. karena setiap usaha yang gue lakuin itu gak bisa berhasil tanpa izin dari-Nya. Gue juga mau mengungkapkan rasa syukur atas apa yang udah gue dapet selama ini.


Well, let's hope for a better year and a better life.
Tommorow is a mistery, yesterday is a done.


Cherioo...!!



-=M=-
mari kita lanjut...

Minggu, Desember 27, 2009

Malu Bertanya Gak Dapet Diskonan

Bangun tidur di pagi hari sungguh menyejukkan hati. Actually, gue bo'ong. Bangun pagi-pagi bikin kepala puyeng, mata sepet, belekan, dan pikiran masih antara alam mimpi dan kenyataan. Terutama kalo sebelumnya gue baru tidur jam 3 pagi dan dibangunin jam 6 pagi. Disuruh sholat subuh sama nyokap yang selalu setia berteriak dengan nada tinggi setiap pagi. Teriakannya begitu tinggi sampai-sampai gue takut gelas-gelas di rumah mulai pecah dan burung-burung berhenti berkiacauan, lupa akan suara kicauan mereka. Kalah sama tereakan nyokap.

Sejak nyokap gue pensiun dari kerjaan, pagi gue selalu meriah dengan prosesi bangun pagi itu. Seringkali gue cuma menggumam, "Iya...iyaa..." sambil kembali narik selimut dan meluk bantal guling, kemudian kembali bermimpi punya rumah di Monas. Kalau hal ini terjadi, akan ada percikan air yang dingin mendarat di muka gue. Mata gue mau gak mau membuka untuk ngeliat apa yang terjadi di tempat tidur gue. Itu bukan tsunami atau bocoran aer ujan dari genteng. Seiring dengan membaiknya indra penglihatan gue saat membuka mata, gue bisa ngeliat nyokap gue lagi nenteng gayung dan nyiprat-nyipratin aer bak mandi gue. Persis kayak dukun ngusir setan.

"SHOLATTTT!!", begitu beliau memulai percakapan satu arah.

Terpaksa gue bangun. Dan tentu saja mengerjakan sholat subuh. Kemudian makan. Sampai akhirnya gak bisa tidur lagi. Damn. Gue adalah tipe orang yang gak bakal bisa tidur lagi kalo dibangunin. Buruknya, kantuk itu bakal balik lagi di saat-saat yang tidak tepat. Kalo lagi kuliah ngantuk gue muncul saat dosen melakukan atraksi monolog. Kalo lagi ngantor ngantuk muncul saat berkutat dengan ratusan tabel Microsoft Excel. Sekarang, kantuk gue muncul saat gue sampai di Grand Indonesia. Kempinsky nama kerennya.

Gue sampe di GI jam 10 pagi, sama nyokap dan abang gue. Niatan kita jauh-jauh kesana dari Depok adalah demi bisa menikmati diskon buku 35%. di Gramedia. Jam 10 pagi masih terlalu dini untuk GI, Gramedia-nya belum buka, masih disapu sama mas-mas nya. Kita aja yang kerajinan dateng pagi-pagi. Maksudnya sih biar parkirannya masih gampang dan bayarnya gak ngantri panjang. Antisipasi dari rumor yang beredar kalo pengunjungnya sangat membludak, menciptakan antrian panjang untuk membayar, bahkan sampe makan waktu 1 jam untuk bayar.

Untuk membunuh waktu, kita keliling-keliling GI dulu. Ngeliat barang-barang yang belum bisa gue jangkau untuk saat ini dan terperangah ngeliat celana rombeng dengan tambelan sana-sini berharga 1,5 juta. Kemungkinan celana itu bekas dipake sama legenda dunia. Didi Kempot contohnya. Sempet juga ngeliat TKP bunuh diri yang waktu itu sempat menghebohkan ranah Indonesia dan memunculkan tren bunuh diri di tempat-tempat ber-AC.

#That's stupid, to give up your life just like that.#
#Life is much more meaningful to be ended... meaningless.#

Selesai tour de mall, kita kembali ke tempat tujuan awal : Gramedia. Pada awalnya, gue gak percaya itu adalah Gramedia. Lebih mirip daerah pasca-perang atau rumah yang baru aja dibobol maling saat ditinggal pemiliknya pulang kampung ke Tegalrejo. Buku bertebaran di lantai tak teratur dan buku yang di dalam lemari udah gak jelas lagi. Gue bisa nemuin Jakarta Undervocer di bagian BUKU ANAK dan buku AYO MENGGAMBAR di bagian NOVEL DEWASA, sederetan sama I Only Sleep With Supermodel. Sesaat disana membuat kepala gue pusing. Gue gak tahan ngeliat keadaan yang sangat berantakan. Apalagi yang bikin berantakan itu orang lain, bukan gue.


Tapi kepala nyut-nyutan itu gak mengalahkan gesitnya badan gue untuk bergerak dinamis menyusuri sudut demi sudut Gramedia, gue kalap nyari-nyari buku untuk dibeli. "Mumpung lagi diskon ", gue membatin. Abang gue bahkan ngambil buku NAGABUMI yang jauh lebih tebel dari Al-Qur'an dan bisa ngebuat pala orang orang bocor kalo dikeprokin ke kepala. Nyokap gue juga kalap, dia beli sekitar 5 atau 6 buku. Salah satu bukunya berukuran A3 kayak buku menggambar. Gue sempet berpikir, ini buku apa tempayan? Gue sendiri gak menemukan buku yang membuat gue tertarik, maunya sih Perahu Kertas tapi ternyata udah abis. Pada akhirnya pilihan gue jatuh ke buku kaumemanggilkumalaikat dan majalah Cinemagz.

Buku-buku yang udah dimasukkin ke kantong belanja itu dibawa ke kasir, dengan arogan gue amprokin isi-isinya ke meja kasir dan nyerahin kartu Debit BNI. Mau nagih diskon 35%.

"Kartu BCA-nya ada mas?", kata mbak-mbak kasir ke gue.

"Lah, bukannya pake BNI diskon 35% mbak?"

"Maaf mas, udah gak diskon lagi. Terakhir kemaren"

Mata gue terpaku ke mbak-mbak kasir.

"Udah enggak mbak?", kata gue gak percaya dan berharap mbak-mbak itu sedang becanda dan bilang, "Boong kali mas, saya bercanda". Kemudian dia tersipu malu seperti gadis desa yang digoda sama komandan polisi yang masih muda. Dengan genit mengerlingkan matanya ke arah gue dan berkata, "Jangan mas, banyak orang...". Kemudian gue berkata, "HALAH! Tidak apa-apa lah... orang-orang itu tidak melihat!". STOP. Gue kebanyakan nonton film panas jaman dulu nih.

"Iya mas, udah abis...", ternyata hanya itu jawaban yang muncul dari mbak kasir.

Sompret. Pengorbanan dateng pagi-pagi, ngalahin Cleaning Service GI terbuang percuma. Diskonnya cuma sampe tanggal 25 Desember sedangkan gue dateng tanggal 26 Desember. Pantes aja udah jam 12 siang Gramedia masih keliatan sepi, gak terbukti teori-teori keramaian yang membludak. Gue kira karena orang-orang udah pada berangkat liburan ke luar kota, bosen ke Gramedia, atau alasan apapun yang bikin mereka gak mau ke sini. Ternyata tak lain tak bukan karena masa diskonnya udah abis.

Setelah gue pulih dari kebengongan akut tingkat tinggi, gue sadar kalo gue harus melakukan sesuatu. Mencari solusi. Karena di belakang gue udah ada beberapa orang yang ngantri dengan wajah ditekuk dan bersungut seperti bulldog. Terlihat tidak ramah.

"Dikurangin aja yah mbak..", kata gue memecahkan masalah yang ada dan keadaan pun menjadi terbalik. Seharusnya gue arogan karena beli banyak, malah jadi tengsin karena ketauan banget ngincer diskonan. Orang-orang di belakang gue pun berubah wajahnya. Dari seram, gelap, dan mengancam jadi ceria, senang, dan mengejek. Bahasa ilmiahnya adalah ngenyek. Tangannya ditaro di muka, memalingkan muka, dan menahan tawa. Asem. Gue seperti badut yang sedang beratraksi.

Selesai milih buku-buku yang emang harus dibeli, kita langsung cabut menyingkir dari situ. Wajah masih terlihat syok dan tidak percaya. Berasa nyesel telat sehari, karena menyebabkan selisih 150 rebu. Tapi itulah yang namanya gak rejeki, mau gimana juga gak bisa gue sesalin lagi. Seenggaknya setelah kejadian ini, gue bisa menarik pesan moral : Malu Bertanya Gak Dapet Diskonan.


Cheerioo...!!



-=M=-
mari kita lanjut...

Jumat, Desember 18, 2009

The Weirdest Trip

Hari ini tepat tanggal satu Muharram, alias tahun baru Islam 1431 H .Jalanan terlihat lenggang sejak siang. Mungkin ini efek dari long weekend Jum'at-Sabtu-Minggu atau orang-orang lebih memilih menyepi di rumah untuk evaluasi nilai ibadah mereka di tahun kemarin. Semoga pilihan kedua yang menang. Gue sendiri mempunyai resolusi untuk memperbaiki tingkat ibadah gue yang masih ada di lantai basement. Semoga itu bukan hanya jadi resolusi.

Reportase tentang jalanan itu bisa gue berikan karena pada tanggal satu Muharram tersebut gue ngiderin jalan dari Depok-Salemba-Kramat-Tebet-Kemang-Fatmawati-Pasar Rebo. Sebuah perjalanan panjang untuk bersenang-senang bersama teman-teman sampai malam hari. Tepatnya pukul 21.30, gue berada di dalam Bis Mini Artha menuju Bogor untuk pulang ke Cimanggis. Belum terlalu malam, memang, tapi entah kenapa perjalanan gue pulang kali ini dari Pasar Rebo - Cimanggis berisi hal-hal aneh dan sedikit menyeramkan.

Bangku tempat gue duduk berada 45 derajat dari pintu depan bis. Di bangku depan gue, bangku yang tepat berada di depan pintu depan bis, ada seorang bapak-bapak gondrong dengat rambut diikat, brewokan, dan bertopi putih lagi senderan di kaca sambil pegangan di reel yang menempel di sepanjang kaca. Bapak-bapak itu terlihat menggigil, tapi bukan seperti menggigil kedinginan, lebih ke menggigil sakaw. Mata-nya menatap tajam ke luar, ke jembatan layang dan jalanan yang dihias lampu malam. Gue membatin, "Ada yang aneh dari bapak satu ini".

Setelah menunggu beberapa lama, bis yang gue tumpangi bergerak maju. Saat bis yang gue tumpangi tersebut mulai bergerak, kenek bis pun ikutan bergerak jalan di dalam bis untuk minta ongkos ke masing-masing penumpang. Penumpang demi penumpang berhasil dia ambil ongkosnya, sampai pada akhirnya dia sampai ke bangku bapak sakaw itu. Bapak sakaw ngerogoh kantong jaketnya sebentar dan ngeluarin duit 2 rebu.

"Mau ke mana pak?", kata kenek untuk menyesuaikan ongkos yang seharusnya dibayar.

"Cibinong", jawab bapak sakaw.

"Kurang nih, 4 ribu!"

Bapak sakaw kemudian mengambil duit yang ditolak kenek. Setelah itu dia diam. Bengong ajah gitukayak gak ada apa-apa. Diem kayak anak patung. Kenek jadi kesel.

"PAK! Ongkosnya!

"Tadi khan udah..."

"Lah! Khan diambil lagi!", kenek makin kesel dibuatnya. Berasa dikerjain lagi. Apalagi pas disodok-sodok tete-nya buat minta ongkos, bapak sakaw cuma diem aja bergeming. Gak tau cuek apa menikmati. Untung aja bapak sakaw gak nelp 112 untuk bikin pengaduan kasus pelecehan seksual. Bisa dicegat tuh bis gue sama polisi.

"3 rebu!", akhirya kenek memberikan diskon kepada bapak sakaw.

Dengan gerakan tanpa suara, bapak sakaw kembali merogoh sakunya untuk ngambil 2 rebu yang dikasih sebelumnya ke kenek. Setelah itu dia kembali diam. Seolah gak terjadi apa-apa. Seolah-olah dia lagi sibuk dengan pikirannya, tamasya dengan imajinasi. Udah gila kali nih bapak. Tanpa ampun kenek itu pun langsung nyodok-nyodok tete bapak sakaw. Mungkin kalo diliat, tete bapak sakaw udah memar. Sodokan itu berhasil, bapak sakaw bereaksi. Lagi-lagi dengan gerakan tanpa suara, bapak sakaw merogoh lagi kantong jaketnya dan ngasih duit seribu. Kenek langsung cabut begitu dapet apa yang dia pengen.

***

Bis yang gue tumpangi sampai di jalan Pekapuran - Cimanggis, gue pun langsung turun dan naik ojek. Saat naik ojek itu, gue mencoba membuka pembicaraan sama tukang ojek itu, kebetulan gue juga lagi butuh informasi tersebut.

"Pak, pabrik Ebara itu hasilin apa ya?", kata gue begitu motor melewati pabrik bernama Ebara. Udah sekian lama gue lewatin itu pabrik, sampe sekarang gak tau itu buat apa.

Motor ngerem kenceng, kemudian kembali berjalan.

"Gang Musholla kan? Itu mah setelah Dongkal! Masih disana", kata abang tukang ojek sambil nunjuk-nunjuk ke depan.

Heh? Gue nanya itu pabrik, malah dijawab apa. Penasan, gue bertanya lagi. Siapa tau dia gak denger, maklum kalo ngobrol di atas motor suka bikin kuping budek karena bercampur sama angin dan suara mesin.

"Iya pak Musholla... Kalo Ebara hasilin apa?"

"Saya gak tau! Bener! Saya gak tau! Musholla kan!? Kalo Ebara mah bukan pabrik! Gak tau apaan!", sahut abang tukang ojek. Intonasi abang tukang ojek udah kayak orang dituduh nyolong sendal jepit presiden. Gue pun menyadari kalau ada sesuatu yang aneh juga dengan abang ini.

Setelah pertanyaan terakhir yang gue tanyain, gue gak ngomong atau nanya apapun lagi. Anehnya, abang tukang ojek terus ngoceh gak jelas dengan bahasa apa. Entah bahasa Indonesia, Jawa, atau Zulu. Seperti dukun merapal mantra, dia terus aja ngoceh gak jelas. Gue juga gak ngerti dia ngomong apa. Pada awalnya gue mengira dia lagi ngomong sama gue, makanya gue respon dengan "He-eh", ngangguk, dan senyum gak jelas. Lambat laun gue makin yakin kalo dia emang lagi ngomong sendiri. Karena sesekali dia ngomong berbisik, seperti ada orang lain selain gue di motor itu.

"ARGGHHHH!!!", tiba-tiba ojek dukun itu tereak. Setelah itu dia ngoceh-ngoceh lagi.

Gue langsung kaget. Anjrit. Jangan-jangan ini seperti kisah-kisah dimana orang berasa naik kendaraan, padahal kalo diliat sama orang dijalanan dia lagi digendong sama makhluk halus. Bulu kuduk gue merinding. Apalagi sesekali tercium bau harum bunga entah dari mana asalnya. Gue pun ngeliat orang-orang di pinggir jalan, ngeliat apa reaksi mereka begitu ngeliat gue. Ternyata mereka gak kaget. Hal itu menjadi pembenaran bahwa ojek yang gue naikin ini masih ojek manusia.

"HA...HA...HA...HA...", kali ini dia ketawa. Nada ketawanya seperti ketawa jahat khas tokoh antagonis begitu ngeliat tokoh protagonis menderita. Contohnya : sembelit 3 tahun. Alamak. Padahal gue diem aja sejak pertanyaan terakhir tersebut, sama sekali gak ngajak ngomong. Atau jangan-jangan gue lagi disirep, dibawa ke rumah dia dan diperkosa sama Robot Boneka Barney (Kenapa Boneka Barney? Karena mukanya paling cocok buat penjahat seksual homo.)? Atau mungkin berbicara dengan gue bisa menyebabkan kegilaan terhadap lawan bicaranya?

Perjalanan terus berlanjut diiringi ocehan ojek dukun yang semakin gak jelas. Kadang berbisik, kadang kayak orang marah-marah, dan kadang kayak lagi ngomong sama temen. Ojek akhirnya memasuki gang Musholla tempat rumah gue berada. Di tempat yang semakin seram ini, dimana terdapat pohon pisang dan kebun-kebun gelap di sekelilingnya, perbuatan ojek dukun semakin aneh. Kali ini dia mencondongkan badan ke depan. Bukan seperti pembalap MOTO GP yang merunduk, tapi seperti orang yang lagi push-up di stang motor. Sompret. Gue makin paranoid. Gue semakin curiga kalo tukang ojek ini merangkap setan atau apapun itu. Takutnya saat dia nengok ternyata mukanya rata atau melepuh-melepuh bekas kebakar gitu, kemudian dia bilang :

"TAU GAK!? SETRIKA GAK BISA DIPAKE BUAT NGELURUSIN KERIPUT!! GAK BISA!!!"

Setelah pengalaman aneh tersebut, ojek dukun gue suruh berhenti di depan rumah dan gue ngebayar ongkos yang udah gue sepakatin. Saat ojek dukun itu pergi menjauh, gue masih ngeliatin dia. Memastikan kembali kalau dia gak bakal ilang tiba-tiba atau berubah jadi makhluk menyeramkan kayak bencong gagal operasi plastik. Ternyata sampai di kejauhan pun, dia tetaplah sebuah motor dengan manusia di atasnya. Tapi tetep aja gue bingung. Kenapa dia ngoceh-ngoceh sendiri terus sepanjang jalan?

Mungkin dia dukun.


Cheerioo...!!!



-=M=-
mari kita lanjut...

Kamis, Desember 17, 2009

Tidak Penting Dibuat Penting

Hari ini, Kamis 17 Desember 2009, batas akhir pengumpulan skripsi. Sedangkan gue, skripsi belum selesai sampai detik ini dan terdampar di gedung E melihat kegiatan kampus yang terus berjalan seperti biasanya. Hey, untungnya gue gak sendiri disini. Gue bersama temen gue bernama Apis, baru selesai UAS Ekonomi Manajerial yang membuat senyum menjadi kering dan otak pusing. Bingung gak ada kegiatan, gue mengadakan battle deskripsi. Dimana gue dan Apis saling menggambarkan hal-hal gak penting yang dikemas dengan kata-kata bagus, sehingga terlihat penting. Apakah hal-hal gak penting itu? Silahkan tebak dan intrepretasi sendiri.

Apis
di tengah pagi sebelum siang. , ku merana bagai lembayung senja,, terpatung meratapi ocehan orang ditempat berkumpulnya para dedengkot yang kini semakin sepi, , hanyalah tinggal kisah beberapa yan lain, dan kini tinggalah beberapa sisa dari mereka yang masih berjuang demi terciptanya keriangan di seriusnya tatapan mata , ,

Mirzal
Mengapa mereka mengoceh tanpa alasan yang konkrit. Seperti ucapan kosong yang tak pantas keluar, ungkapan hampa tak jelas, dan kata-kata seperti mengomel. Hanya berdasar emosi tanpa logika. Terlihat satu kurcaci menjadi pemimpin diantara para raksasa yang sedang berada di batas tertawa atau serius. Terpancar ruang tak berisi dari mata mereka, tapi mereka tetap bertahan apa adanya.

Apis
itukah pandanganmu tentang kumpulan daging, , mreka jauh lebih baik dalam kaleng, jauh lebih terlihat berguna daripada duduk dengan membebani punggung mereka dengan sesuatu yang tak pernah mereka mengerti tapi terus mereka cari tahu, meski tanpa hasil, meski mereka menata bagai badai lanina di tengah musim gugur, , haha .. itu absurd dan ku hanya menatap sudut sudut yang saling berjauhan, ,tapi tetap mereka jaga dengan sekumpulan benang, dan kawat yang di bentuk

Mirzal
Saat dua kubu dekat saling bertentangan, tak ada indah yang terbentuk. Mereka akan bergoyang tanpa arah, menuju bawah, dan gelisah. Apakah itu yang kau mau? Sebaik apapun kau menyokongnya, menjadi percuma. Bahkan beberapa menjadi pisau tajam yang siap menusuk badan. Dua kubu bertentangan, jalan ke arah yang berbeda, sering membuat manusia menjadi kecewa. Karena begitu kau mendapatkannya, tak bisa kau makan buahnya. Semua akan percuma, hancur dibalik sehelai benang.

Apis
tapi terlalu sepat untuk ku bayangkan, , aku hanya bisa berharap membasuh buahnya dengan kelembutan kulitku, ,dan kini ku tambahkan beban pikiranku,dengan apa mau ku, hanya berharap, tapi kosong, , hanya membuatku merasakan adanya sayap yang terbentang tak berujung ,tapi tetap tak bisa terbang sitinggi khayalan, begitu keras sanggahannya, tapi begitu lembut ketika kau menyingkirkannya, akhhhh. . terserah mereka menyebutnya apa, ,

Mirzal
Sang pemilik kebun berpolah pesanan. Tak bisa dia bertindak sesuka hati. Seyumnya mengembang, entah apa di dalam. Apakah dia benar-benar senang? Sedih? Jijik? Atau merasa muak? Entahlah. Untung saja dia membeli topeng kesenangan, jadi semua rasa terkubur hilang di dalam. Si kebun terus meminta hal-hal leyeh. Hal yang menurut dia penting dan sukar dikabulkan. "Sebagai syarat", begitu katanya. Sang pemilik pun terlihat bodoh dibuatnya. Apa esensi jadi manusia kalau tidak bisa berbuat sekehendaknya? Hanya terpaku di satu pilihan. Menyedihkan, tampaknya.

Apis
hanya berawal dari mimpi, dan bermodal apa yang mereka sebut moral, akankah kau terus sembunyikan hasilmu dari para kaum adam, kenapa kau bersikap seperti itu dari sesuatu yang sebenarnya kau banggakan , kau selalu merawatnya tapi kenapa kau sembunyikan, kenapa kay takut dari apa yang kau banggakan, kenapa kau terus marah, , padahal kau sangat merawatnya, dan menawarkan pada ku dengan sedikit belahan, akhhhhhhhhhh............... tabiatmu bagai desing peluru dari laras panjang sang jendral di pikiranku

Begitulah kegiatan dua orang mahasiswa tingkat akhir yang di kampus, gak ada kerjaan. Mencoba menimbulkan kreativitas dengan penggambaran unik khas masing-masing, sambil menyusun rencana apa yang akan dilakukan nanti. Otak harus dimanfaatkan, walaupun untuk hal gak penting. Setidaknya bisa sedikit mengasah otak, walaupun dengan batu asahan yang lembut.

Cheerioo...!!


-=M=-
mari kita lanjut...

Jumat, Desember 11, 2009

Why We Write

Menulis merupakan suatu alat untuk mengingat setiap kejadian yang sudah kita alami, baik atau buruk, pahit atau manis, asem, asin, ramai rasanya. Sebuah tulisan jauh lebih bisa diingat dibandingkan gambar atau pun video. Karena melalui sebuah tulisan setiap orang bisa mempunyai penggambaran sendiri, tidak hanya dari sudut pandang sang pencerita. Beda dengan video atau gambar yang harus mengikuti penggambaran yang telah disediakan. Contohnya mobil terbang di Harry Potter, kita bisa saja membayangkan kalau mobil terbang itu sebuah Lamborighini seri terbaru atau Nissan Skyline yang bentuknya seksi, mengundang birahi tinggi. Dalam film, mobil itu hanyalah sebuah mobil tua berwarna biru-putih. Mungkin bagi beberapa orang akan merasa kecewa karena penggambaran sutradara yang berbeda tersebut.

Tulisan adalah sebuah karya yang universal. Setiap orang bisa membuat figur sendiri, membayangkan bentuk seliar mungkin, dan bahkan menjadi tokoh di dalamnya. Tulisan membuat orang memakai imajinasi untuk menciptakan adegan demi adegan sesuai dengan keinginannya. Penulis hanya memberikan sedikit deskripsi yang dipakai sebagai dasar untuk pembaca merancang suatu adegan sesuai dengan kreatifitasnya masing-masing.

Untuk apa menulis? Apakah sebagai hobi, kesenangan, atau sekedar mencari popularitas?

Kalau menurut gue setiap orang memerlukan catatan sebagai pengingat kehidupannya. Otak manusia tentu tidak bisa mengingat semua kejadian secara detil dan menyeluruh. Padahal seluruh kejadian yang kita alami tersebut tidak akan terulang dan sayang untuk dilupakan begitu saja. Masalah tulisan itu bagus atau tidak, banyak dibaca orang atau tidak, disukai atau tidak, itu urusan belakangan. Kalau menurut Ndoro Kakung : Menulis dengan Hati. Kalau menurut gue : Menulis Untuk Mengingat.

Sebuah tulisan terkadang bisa mempengaruhi gaya hidup, perilaku, dan pemikiran orang. Das Kapital -nya Karl Marx berhasil menciptakan ideologi komunis yang dipakai oleh para diktator pada Perang Dunia ke II. Contohnya Adolf Hitler yang menterjemahkannya pada buku Mein Kampf. Selain itu, sebuah tulisan bisa digunakan untuk bisa digunakan untuk merancang dunia sesuai dengan keinginan sang penulis. J. R. R. Tolkien merancang sebuah dunia khayal yang terdiri dari pohon yang bisa berbicara, orang kecil bernama Hobbit, dan mata yang bisa berkuasa bernama Sauron. Apakah ada yang protes seperti, "HEY! DUNIAMU TERLALU BERANDAI-ANDAI!!". Nyatanya tidak. Pembaca justru senang diajak bertualang dalam dunia tersebut melalu kisah Lord Of The Rings. Selain itu, apakah kalian menyadari bahwa sejarah selalu ditulis oleh pihak yang menang?

Sekuat itulah sebuah karya berupa tulisan. Selain sebagai pengingat, bisa juga menjadi inspirasi bagi orang lain yang membacanya dan bahkan menjadi dasar pemikirannya. Tulislah apa yang ingin ditulis dan ungkapkan apa yang ada di dalam. Jangan dipendam terus sampai membusuk dan mengeluarkan bau tak sedap.

FYI, artikel ini bakal diikutin ke Kontes Menulis Motivasi Blogger Indonesia yang diadain samaIndonesia Menulis. Tentu aja kontes tersebut gak bakal terselenggara tanpa adanya sponsor-sponsor yang menopang. Berikut adalah daftar sponsor yang membantu penyelenggaraan kontes :

01. Sawa Sanganam
02. Mbak Diah
03. Bujang Rimbo
04. Ahmad Sofwan
05. WP Template Gratis
06. Khairuddin Syah
07. Reseller Indobilling
08. Ardy Pratama
09. Hangga Nuarta
10. Abdul Cholik
11. Herman Yudiono
12. Aldy M Aripin


Cheerioo...!!


-=M=-
mari kita lanjut...

Minggu, Desember 06, 2009

Empirik

Sekian lama duduk manis di perpustakaan dan berkali-kali menitipkan tas di tempat penitipan barang yang selalu dijaga oleh manusia-manusia jutek dengan pertanyaan template, "Mau kemana mas?" yang pada awalnya membuat gue bingung. Masalahnya gue nitipin tas niatnya mau ke perpustakaan, emangnya gue nitipin tas mau buat naik haji? Kenapa mereka suka pertanyaan retorika?

Duduk dan titip yang gue lakukan itu membuahkan hasil, tiket gue untuk keluar dari kampus udah jadi setengahnya. Skripsi yang gue ajuin akhirnya disetujuin sama pembimbing gue dan membuka pintu gerbang selanjutnya menuju sidang outline, sidang rancangan skripsi. Pada akhirnya gue gak bisa keluar semester ini diakibatkan telatnya gue mencapai setengah perjalanan ini. Semua karena pergantian tema dan proses menemukan tema yang sangat sulit. Membutuhkan berjam-jam bengong di Pusat Studi Jepang (PSJ), perpustakaan, dan mencari wangsit sama beragam cerdik cendikia. Setelah menemukan tema, hampir sekitar 3 minggu gue habiskan untuk menggarap BAB I dan BAB II ditemani Samira kekasih hitam gue tercinta. Yang rela dipegang-pegang tubuhnya untuk menyelesaikan skripsi gue. Tapi, selama 3 minggu itu gue gak terus-terusan di perpustakaan sampe tumbuh jenggot di dengkul. Sesekali gue berjalan-jalan untuk rehat sejenak dari penatnya kampus.

Seperti pada suatu hari gue berjalan-jalan keliling mall antah berantah sama Apid, temen gue yang kentutnya silent. Perjalanan tersebut sangat nggak direncanain, awal kejadiannya karena kita cuma berdua aja di kampus dan merasa terasing. Well, jadi mahasiswa yang udah lama di kampus membuat gue kembali menjadi anak baru lagi. Kalo jalan planga-plongo gak ada yang kenal dan bingung mau ngapain. Bahkan kalau menurut gue, keadaan ini jauh lebih buruk dari anak yang baru masuk kuliah. Seenggaknya mereka masih punya semangat untuk mengikuti perkuliahan yang terlihat seperti sebuah permainan yang mengasyikkan dan memiliki banyak teman baru di sampingnya. Sedangkan gue, stok teman seangkatan menipis, banyak yang udah cabut dan pergi melanglang buana. Pada akhirnya gue menyadari kalau perkuliahan merupakan permainan yang sama sekali tidak menyenangkan. Seperti main monopoli dengan teman yang curang.

Bosen di kampus, kita berdua memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum pulang, kita mau ke daerah Cimanggis dulu untuk ngeliat lapangan futsal yang baru dibangun. Tempatnya bagus dan lapangannya banyak, sayangnya agak mahal. Terasa berat untuk ukuran kantong berdasar dangkal. Selesai ninjau lapangan, kita kembali ke rencana awal untuk pulang ke rumah. Sesampainya di jalan raya kepala gue memunculkan ide gila, "Ke Mall Cimanggis yuk". Untuk yang belom tahu, Mall Cimanggis adalah sebuah mall yang terletak di bilangan Cimanggis yang memiliki cat norak kayak baju badut. Campuran merah, oranye, hijau terang, dan biru. Kalau salah jangan salahin gue, saya parsial. Paduan warna tersebut akan membuat seorang Pablo Picasso menangis meraung-raung.

Selain warnanya yang unik, mall ini juga terkenal karena ketidak jelasannya. Bioskopnya yang bernama Smiling Theater mengganti filmnya 3 bulan sekali. Film yang diputar pun tidak jauh dari film sadis penuh tebasan, sayat, dan darah atau film Indonesia yang dibikin tanpa pertimbangan bakal laku atau enggak. Hal-hal seperti itulah yang membuat gue penasaran, kehidupan apakah yang ada di dalam Mall tersebut?

Setelah memarkir motor, kita berdua langsung masuk ke Mall ajaib tersebut. Lantai pertama isinya menjual baju-baju tak jelas, DVD bajakan, dan alat-alat yang diklaim sebagai "Terobosan Inovatif" seperti alat cebok otomatis tanpa tangan. Lantai ke-2 ada pasar swalayan, lantai 3 ada Pojok Busana yang bisa terlihat pojok-pojoknya, efek dari mall yang sempit, sangat tidak bagus untuk penderita Claustrophobia . Lanjut lantai 4, ada yang dagang-dagang hape. Para pedagangnya selalu aja nanyain, "Nyari apa mas?". Dalam hati gue menjawab, "Disini gue mencari pengalaman, nona!". Lantai 5 terdapatlah bioskop legendaris itu, jam menunjukkan pukul 12.30 dan gue liat di jadwal film ada film yang (seharusnya) main pukul 13.00. Anehnya, loket yang ditutupi kain kumuh berwarna merah marun tersebut masih tutup. Apa disini telah dikembangkan sistem pembelian tiket inden? Entahlah. Di lantai 6 ada arena bermain untuk anak kecil yang ingin terkena radang pernapasan akut karena menghirup debu dengan intensitas abnormal dan sebuah Cafe Dangdut - Billiard bernama SAYUWIWIT. Tempat itu pada awalnya menggantungkan tulisan TUTUP, begitu ngeliat gue, entah kenapa tulisan tersebut langsung berputar menjadi BUKA.

Selesai ketawa ngakak 6 tingkat, kita memutuskan untuk turun dan (lagi-lagi) kembali ke niat awal untuk pulang ke rumah. Sesampainya di lantai 3, ternyata ada sebuah toko kecil yang menjual barang-barang dengan satu harga. Oleh karena berdua adalah orang-orang kritis, selalu penasaran dengan hal-hal yang ada, kita langsung masuk ke toko untuk ngeliat barang apa aja yang dijual disana. Setelah masuk dan keliling-keliling, gue bisa membuat kesimpulan kalau toko ini seperti Diagon Alley yang menjual banyak alat-alat aneh. Sebilah kayu, sepotong ranting panjang, dan bahkan ada alat menyerupai ari-ari bayi yang menghitam dijual disini tanpa ada penjelasan fungsinya apa. Hey, apakah kalian pernah liat sumpit yang disambung sama selang infus? Di sini lah tempatnya. Seperti Indiana Jones, gue seperti menemukan artifak-artifak baru yang bisa digunakan untuk menguasai dunia.


Sumpit yang disambung selang infus

ada yang tau ini alat apa?

Selesai ekspedisi toko gaib, kita bergerak keluar menuju parkiran motor. Sempet ngeliat ada lapangan futsal yang terbuat dari beton disewain. Tentu aja lapangan itu kosong, mendingan maen di lapangan kampus atau sekolah. Gratis. Sampe ke motor, kita meneruskan perjalanan lewat Jalan Raya Bogor. Jalanan sangat bau , efek dari Idul Adha, bertebaran bau tai kambing, sapi, dicampur bau sungai yang kotor. Ide gue untuk iseng muncul lagi, kali ini menuju Mall Graha Cijantung.

Kali ini, tempatnya gak separah sebelumnya. Mall-nya masih luas dan banyak pengunjung. Kalo tempat sebelumnya emang sih masih ada pengunjung, tapi gue masih gak yakin apakah itu pengunjung atau zombie. Gue pun keliling-keliling gak jelas, ngeliatin pemuda pemudi yang bergaya masa kini, seperti di acara musik tivi setiap pagi. Sampai pada akhirnya gue di Gramedia, ngeliat buku SMS TEKA-TEKI GOKIL dan ketawa-ketawa kayak orang sarap sama lawakan garing nan jadul seperti "Bagaimana bunyi kentut Ade Rai?". Yang bikin gue geli sendiri adalah, gue menemukan seorang berwajah oriental, berbadan gendut, dan raut muka culun dengan gaya harajuku. Pake poni horizontal kayak potongan cetak mangkok di depan, ditambah dengan rambut yang menyisa di samping kanan-kiri berbentuk taring Drakula, dan jangan lupa rambut belakangnya yang cuma sedikit diikat sebagai pemanis. Saking terpananya gue sampe-sampe kartu penitipan tas gue sampe jatoh dari tangan. Anjrit. Udah kayak pandangan pertama.

kira-kira seperti ini lah bentuknya

Selesai dari situ sekitar jam 8 malem. Sungguh waktu yang lama untuk pulang ke rumah. Padahal gue berangkat dari kampus sekitar jam setengah 12 siang. Petualangan unik gue pada akhirnya ditutup dengan mampir ke "Jembatan Cinta". Sebuah jembatan fly over yang ada di daerah Pasar Rebo yang terkenal sering dipake buat orang pacaran, kumpul, dan wisata keluarga. Gue mencoba merasakan sensasi yang ada untuk ngeliat kenapa jembatan ini laku untuk dijadikan tempat kumpul-kumpul. 10 menit gue disana, kepala gue pusing karena bunyi ratusan kendaraan yang lewat, baik di jembatan maupun di bawahnya yang merupakan jalan berlalu lintas padat. Selain itu, asep knalpot membuat gue sesek napas dan keracunan gas CO. Heran, kenapa orang-orang itu pada betah lama-lama di jembatan ini. Bahkan sampe ada beberapa tukang jualan minuman atau kacang sekalipun.

Perjalanan ke jembatan cinta menutup petualangan gue hari itu. Sebuah petualangan unik untuk ngeliat keadaan sosial masyarakat, melihat apakah realita yang terjadi sesuai dengan teori yang sudah ada. Ini merupakan pembuktian secara empirik dan ilmiah atas suatu fenomena yang terjadi di struktur sosial suatu kebudayaan. PRET. Hahaa. Sok peneliti ah.


Cheerioo...!!


-=M=-
mari kita lanjut...