Senin, November 15, 2010

Supergayus

Headline berita akhir-akhir ini selalu diisi oleh dua hal :
  • Update terbaru tentang bencana-bencana yang terjadi di Indonesia
  • Pria hitam dengan wajah mirip Tukul Arwana, bergaya rambut seperti Ariel Peterpan
Untuk berita yang pertama, berangsur-angsur muncul hal baik tentang bencana. Rehabilitasi, aktifitas Merapi yang cenderung berkurang, pembangunan di Mentawai, dan lain sebagainya. Semoga tidak ada lagi bencana yang menerpa bumi pertiwi kita tercinta ini. Amin.

Yang kedua, well, ini yang menarik. Belum lama gue ngeliat kasus video porno 'mirip artis'. Kenapa dibilang mirip? Karena sampai saat ini, yang bersangkutan menolak tuduhan bahwa dia ada di video porno tersebut. Video porno itu sendiri sempat membuat kehebohan dan salah urat pada bagian leher bagi orang-orang yang menontonnya. Sebuah kasus yang masih dalam proses. Entah kapan selesainya.

Baru-baru ini muncul lagi orang dengan model rambut sama, belah tengah, muncul secara visual di depan publik. Dia sedang nonton pertandingan tenis internasional di Bali yang dihadiri oleh salah satu diva dunia tenis, Ana Ivanovic. Duduk di tribun, di sebelah Ibu-ibu berjilbab, dia tampak tekun menonton pertandingan dengan tangan dilipat. Tak lupa dia mengabadikan gambar dengan smart phone yang dia pegang.

Dia adalah (terduga) Gayus. Seorang tersangka kasus pajak, mantan pegawai Direktorat Jendral Pajak yang sedang dalam proses pidana. Kasus ini sempat menjadi sorotan nasional dan membuat orang malas membayar pajak, karena melihat penyelewengan yang dibahas oleh barisan media yang ada di Indonsia. Gayus, sebagai pesakitan, tentu saja dia ditahan oleh pihak berwenang.

Dunia persilatan Indonesia langsung heboh begitu melihat (mirip, katanya) Gayus terlihat di Bali, bukan di tahanan Brimob Kelapa dua. Dia terlihat anteng nonton tenis di tribun. Nekat bener. Dia lupa kalo dulu sempet ditungguin satu Indonesia karena ngumpet di Singapura. So pasti semua orang tau gimana bentuk muka dia, mirip Tukul Arwana.

Well, dia bukannya tidak menyadari akan popularitas yang dia punya. Oleh karena itu dia merubah model rambut untuk menyamarkan wajahnya. Kalau biasanya model pendek dan botak, kali ini dia bermodel rambut belah tengah layaknya Ariel Peterpan saat baru muncul. Dia merasa seperti Superman, yang berhasil menyembunyikan jati dirinya hanya dengan menambahkan segaris rambut keriting di jidat dan melepas kacamatanya.

Sayang seribu sayang, Gayus bukan Clark Kent dan orang-orang di dunia nyata tidak sebodoh di dalam komik. Tanpa perlu penelitian yang komprehensif, semua orang tahu kalau dia adalah Gayus. Tersangka kasus penggelapan pajak dan suap menyuap antar pemeriksa pajak dengan perusahaan yang diperiksa. Kalau menurut gue, ketimbang merasa seperti Clark Kent, lebih baik dia jadi Peter Parker yang harus pake topeng lengkap dari kepala sampe kaki untuk menyembunyikan identitasnya sebagai Spiderman. Pake kostum apa kek, badut Ancol juga boleh. Sekalian bisa menghibur anak-anak di sekitar lapangan.

Menginap di hotel Westin yang mahalnya naujubillah himinjalik, Bapak belah tengah itu menyeret orang-orang yang dia suap agar bisa keluar penjara ke dalam masalah pelik. Dan secara tidak langsung, citra Kepolisian semakin tercoreng dengan adanya kasus ini. Bapak Gayus, kalau anda mau kabur tolong lah jangan ke event internasional seperti ini. Indonesia tidak bodoh, Indonesia bisa mengenali wajah anda yang kadung populer. Seberapa tegang pun urat leher anda untuk meyakinkan orang bahwa yang terlihat di Bali itu bukan anda, tetap saja anda tidak akan berhasil. Itu mungkin berhasil kalau saja Ariel Peterpan meng-klaim bahwa yang ada di Bali itu adalah dia dan yang main dalam video porno itu adalah anda. Tukar peran.

Pak Gayus, be as smart as your phone are...

Parade Gambar Gayus

Ini bisa jadi referensi samaran Gayus selanjutnya



Atau mungkin dia bisa berkelit bahwa yang di Bali itu bukan dia, tapi Afgan



Wajahnya terlihat polos


Beberapa orang yang bisa dijadikan sanggahan oleh Gayus



mari kita lanjut...

Rabu, November 10, 2010

Hari Pahlawan (Pahlawan Angkot)

- 10 November -

Tanggal itu mempunyai makna sebagai hari Pahlawan. Hari dimana kita dihimbau untuk mengingat pahlawan, merenungi, dan memaknai perjuangannya. Ah, tulisan awal gue sungguh cocok untuk ditaro di buku PPkn. Dipelajari oleh anak-anak SD. Siapa tau yang baca tulisan gue jadi presiden Amerika kayak Barrack Obama, atau minimal supir president taksi. Siapa tau.

Ngomong-ngomong soal presiden Obama, dua hari ini Indonesia heboh akan kedatangan dia. Udah kayak nyambut Nabi Isa turun ke bumi. Kampus UI yang bakal dia kunjungi tiba-tiba penuh TNI dan bule-bule berbadan gede dan berkacamata item. Sangat kontras antara TNI yang hitam legam diterpa matahari sama bule yang putih bersih mandi pemutih. Mereka terlihat menenteng senjata. Yang TNI bawa senapan gede-gede, yang bule entah bawa apa dibalik jas-nya. Semua dilakukan untuk mengamankan daerah UI sebelum kedetangannya.

Saat beliau dateng, jalan Thamrin-Sudirman-Tol Dalam Kota ditutup. Khusus biar dia gak ngerasain kemacetan. Sesampenya di istana negara, semua menteri hadir disana. Disalamin satu-persatu. Bahkan salah satu menteri yang terkenal dengan ketidak-mauan-salaman dengan wanita yang bukan muhrimnya, ikut-ikutan nyosorin tangan Michelle Obama, sang first lady. Salaman yang menjadi perbincangan hebat karena beliau membantah nyosor, dia bilang si Ibu yang nyosor. Sayang, Bapak Menteri lupa ada teknologi bernama kamera. Mata merangkap otak, bisa melihat dan menyimpan memori.

Melihat kedatangan Mr. Obama di televisi, gue bisa menilai kalau dia seperti seseorang yang pulang kampung. Matanya berbinar, seakan menarik ingatan-ingatan dia saat disini. Masa-masa kecil dia, masa pembentukan dia menjadi sosok seorang Presiden. Dia satu-satunya Presiden yang memiliki kedekatan personal dengan Indonesia. Banyak orang bilang itu lebay, karena dia cuma sebentar disini. Sebenarnya itu bukan lebay, itu prestasi. Indonesia ternyata bisa membentuk personality seorang tokoh dunia, dimana personality itu dominan terbentuk pada masa kecil seorang manusia, sebagai dasar untuk menjadi dewasa.

Pret. Semua puja-puji itu sirna keesokan harinya, 10 November 2010. Di angkot 129 jurusan PAL - Pasar Minggu, di samping supir berlogat betawi yang memakai peci. Pagi-pagi jam 7 gue ada di PAL. Tujuan gue pengen ke Pasar Minggu untuk lanjut lagi ke Tendean. Mau tes kerja. Berusaha untuk promosi dari jabatan gue sekarang sebagai luntang-lantung profesional.

Yang namanya tes kerja, gue gak boleh telat. Gak boleh ngasih penilaian jelek. Untuk itu gue berangkat jam 6 pagi dari rumah, sedangkan janjiannya jam 9. Depok-Tendean sebenarnya deket, namun kemacetan selalu aja membuat yang dekat menjadi jauh, yang jauh mendingan puter balik, pulang, dan tiduran sambil garuk-garuk pantat.

Baru sampe Jalan Raya Bogor, yang mana dimana ada apa dan bagaimana, cuma seimpritan dari rumah, udah mulai macet parah. Kalau jalanan diibaratkan kue, dia adalah sebuah kue lapis. Lapisan pertama isinya motor, kedua angkot, ketiga mobil pribadi. Kemacetan ini gak seperti biasanya. Terlalu padat, penuh, dan pepet.

Hal itu imbas dari ditutupnya Jl. Juanda Depok. Dikarenakan Obama mau ngasih kuliah umum di UI, jalan ke arah Depok ditutup dan orang yang dari Depok dialihkan ke Jl. Raya Bogor. Truk, angkot, mobil pribadi, dan bus membaur jadi satu disana Padahal normalnya jalan itu cuma cukup untuk dua mobil aja. Alhasil, macet total jadi harga mati. Dari Juanda ke PAL aja butuh waktu 45 menit dari biasanya cuma 15 menit. Di PAL, gue langsung naik 129, ngeloyor ke Pasar Minggu.

Perjalanan di Kelapa Dua berjalan lancar. Pada awalnya. Keadaan mulai runyam saat angkot gue diberhentiin Kopassus disuruh puter balik. Jembatan UI resmi ditutup. Daerah itu dibikin steril juga menyambut Bapak Barry. Konklusi : Margonda tutup, Jembatan UI tutup. Cuma ada dua jalan yang masih dibuka, Jl. Raya Bogor atau terbang di langit pake baling-baling bambu.

Untungnya sopir angkot gue canggih. Dia langsung ngebelokin mobilnya ke jalan antah berantah. Gue gak tau ujungnya dimana. Yang pasti jalannya sempit, belok-belok, dan beberapa ada yang nanjak parah. Gue berasa ikut Jejak Petualang.

"Jalan ini alternatif untuk ke Ps. Minggu mas," Abang angkot sepertinya bisa membaca pikiran gue yang bingung dan rada-rada cemas. Takutnya gue dibawa ke Puncak dan disuruh kawin kontrak.

Belok sana, belok sini. Angkot bergerak tidak pasti dan gue gak ngarti. Kalo gue disuruh balik ke sana dan diminta untuk nunjukkin jalan, gue bakal ngasih GPS ke orang yang minta ditunjukkin jalan. Gue aja masih gak yakin apakah presiden di tempat itu masih SBY atau bendera yang dipake masih Merah Putih. Jangan-jangan kepala negara masih Adam Malik dan bendera masih Merah Putih Biru.

Jalan yang berkelok-kelok dan berliku itu ternyata tembus ke komplek Kopassus di daerah Cijantung. Tepat di depan Mall Graha Cijantung. Angkot gue bergerak menuju arah Condet dan voila, macet juga. Ratusan motor berjubelan di jalan dua arah tersebut. Ratusan motor yang harus diterjang sama abang angkot gue saat mau memutar balik, keluar dari kemacetan yang berpotensi membuat peci abang angkot hangus karena kepalanya menjadi sangat panas.

Selesai memutar balik, diiringi ratusan pasang mata yang menatap angkot gue dengan tatapan benci, angkot gue bergerak menuju Pasar Rebo. Dan, bisa ditebak dengan mudah, terjadi kemacetan parah. Mau gimana lagi, ini adalah jalan yang paling mendingan. Seenggaknya jalannya lebar dan masih bergerak walaupun cuma 3-4 km/hari.

Muke abang angkot udah nekuk, asem, dan kecut. Cocok buat bumbu rujak atau Ibu-ibu hamil. Udah muke bentuknya gitu, masih ada aja tukang buah dan tahu sumedang keliling ngegodain, "Macet ye be. Obama lewat, macet."

Abang angkot langsung ngeliatin, pasang muka sangar, "IYE. UDAH TAU!" Bikin tukang buah keliling itu kaget, trus kabur ngeloyor pergi. Masih untung dia gak dikeprok setir mobil. FYI, merk-nya MOMO lho. Setir racing buatan Italy. Tau bener tau kagak. Siapa tau buatan Pekanbaru, jadinya MOMO Geisha.

Abang angkot gue itu sebenernya orang baik. Sangat baik malah. Begitu gue bilang ada tes kerja jam pagi, dia langsung masuk tol. "Biarin aja lah mahal dikit. Kesian abisnya," duilah Bang, untung elo cowok. Kalo cewek udah gue lamar kali. Lagian mahal kalo kawinnya mesti ke Belanda dulu.

Suara mesin begitu menggelegar begitu masuk ke dalem tol, seperti ada di dalam mobil Formula 1. Bedanya kalo Formula 1 mobilnya ditempel stiker perusahaan. Kalo ini ada tempelan 'Selain Playboy Dilarang Masuk' lengkap dengan logo kelinci mesum yang dicoret. Gak sampe 20 menit, gue udah sampe di LP31 Pasar Minggu. Tempat gue janjian sama Mo, yang dipanggil tes kerja juga. Berkat abang angkot, gue bisa sampai tepat waktu, jam 9 tepat.

Pahlawan menurut gue bukan cuma orang yang fotonya ditempel di dinding-dinding lengkap dengan biodatanya, dipigura, dan harus dibeli terlebih dahulu. Pahlawan adalah orang yang berandil dalam kehidupan gue, berkontribusi walaupun cuma setitik jarum, ataupun sebesar alam semesta. Ibu, Bapak, teman, guru, atau orang-orang asing yang berjasa. Semua bisa menjadi pahlawan, entah itu diingat atau tidak. Gue akan berusaha mengingat setiap kebaikan yang diberikan oleh orang lain. Salah satunya melalui tulisan. Dan untuk kali ini, pahlawan gue adalah Abang Angkot.


SELAMAT HARI PAHLAWAN
"setiap orang bisa menjadi pahlawan bagi orang lain"


mari kita lanjut...