Rabu, Maret 16, 2011

Pagi!

Well, ini tulisan pertama gue setelah sebulan vakum. Bulan-bulan adaptasi, transisi antara nganggur, nyampah, dan online dengan batasan waktu tak terhingga dengan masuk kerja dari jam 10 pagi sampe jam 7 malem (kadang malah jam 12). Perubahan ritme kegiatan yang drastis itu memaksa gue untuk menata ulang prioritas kemana badan harus bergerak dan otak harus berpikir. Dari sekian banyak yang harus dikorbankan, salah satunya adalah kesenangan gue dalam menulis.

***

Hari ini hujan deras turun. Badai dan angin kuat yang terlihat seperti amukan brutal Dewa Angin menjadi penampil di panggung langit yang terlihat dari balik jendela kantor. Kontras dengan keadaan pada saat 2 jam sebelumnya, disaat terik masih menusuk seperti jarum dan panas seakan berusaha sekuat tenaga untuk membuat kulit ini meleleh.

Disini gue, di dalam bilik yang luasnya +/- 2x5 meter, duduk di depan komputer dengan koneksi internet yang aktif. Sebuah koneksi ilegal layaknya para penikmat listrik curian. Dari 4 komputer yang ada di ruangan, cuma komputer gue aja yang bisa dipakai untuk plesir ke dunia maya. Semua itu berkat taktik brilian gue, memanfaatkan kebaikan mas-mas bagian IT.

Setiap hari, gue masuk kantor jam 10 pagi. Setengah siang, lebih tepatnya. Dan bukan tanpa alasan gue memilih untuk masuk pas jam segitu. Pada jam 10, gue bisa dapet hiburan gratis dari parade "Penonton Lepas" atau "Penonton Bayaran" atau lebih sering disebut "Alay". Tapi sepertinya gue lebih suka menyebut mereka sebagai Penonton Bayaran. Karena mereka dibayar untuk menonton. Dan ya, fenomena itu telah menjadi profesi. Mencari uang dengan bergoyang.

Dandanan mereka unik-unik dan meriah. Seperti tadi pagi, disaat panas matahari membuat Jakarta jadi seperti di dalam Microwave raksasa, ada yang pake tebel bulu-bulu kayak di Siberia. Tinggal kasih harpoon gun, cocok jadi pemburu beruang putih.

Make-up tebel untuk laki-laki? Bukan lah suatu hal yang aneh. Entah kurang pede atau memang ingin memutihkan wajah. Ujung-ujungnya malah terlihat seperti dadu hitam dengan titik putih di tengah. Mukanya serem kayak Ving Rhames, kiblat dandanan tetep Dorce Gamalama.

Pada saat dimulainya acara, biasanya yang berdandan paling unik itu dipilih sebagai pemimpin. Berada di garis paling depan dan meng-koordinasi penonton lainnya untuk terus bergoyang dan meramaikan acara. Bisa juga disebut sebagai koordinator lapangan. Jika aja ada yang gak bersemangat atau goyangnya nanggung, mereka tidak akan segan untuk "memecat" mereka dari garis depan, tempat dimana muka mereka bisa disorot kamera. Mereka-mereka yang dipecat akan ditempatkan di daerah terpencil, di balik bayangan punggung orang-orang.

Untuk formasi, biasanya diatur oleh atasan dari atasan. Dalam hal ini induk semangnya. Koordinator penonton. Si koordinator penonton ini lah yang menentukan siapa-siapa aja di barisan depan, siapa yang di tengah, dan siapa yang di belakang. Dan pada saat sebelum acara, biasanya dia ngasih briefing untuk anak-anaknya.

Selain itu, ada juga sekuriti pribadi yang terdiri dari Ibu-Ibu para penonton. Orangtua yang mendukung karir anaknya sebagai penonton bayaran. Beliau ngejagain ratusan tas yang gak boleh dibawa saat mulai shooting. Setia dan sambil terkantuk-kantuk. Memastikan kalau tidak ada yang mendekati tas-tas tersebut kecuali pemiliknya masing-masing.

Mereka-mereka adalah para penonton bayaran. Dan kalo gue denger-denger, ada seleksi yang cukup ketat untuk menjadi koordinator lapangan. Gak bisa sembarangan orang. Ini membuktikan bahwa mereka telah menjelma menjadi suatu organisasi yang cukup rapih. Hal ini menjadi suatu bisnis dengan keuntungan yang lumayan besar. Supplier "Alay", sepertinya bisnis yang menggiurkan untuk dijalani.

*buru-buru ganti pakaian pake celana cucut warna merah dan baju kuning cerah

7 comments:

joe mengatakan...

ada ada saja jaman sekarang ini, bahkan penonton pun bayaran...

Anonim mengatakan...

sabar zal anggap aj sebuah perjuangan kn ada kepatah "berakit-rakit ke hulu berenang ketepian-bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian" heheheehehehehe.....

Samuel Yudhistira mengatakan...

Wah udah lama gak berkunjung ke sini, langsung nemu postingan seruu... ^__^

BTW kyanya jadi koordinator "ALAY" lumnayan juga tuh *tertarik*

Mirzal Dharmaputra mengatakan...

@ all : Terima kasih telah mengunjungi! =D

Ika mengatakan...

btw, penonton bayaran buat apaan sih?? sumpah, aku ga ngerti...
*udah lama ga ngikuti berita di indonesia*

Rizki Bulsarra mengatakan...

wah jal.. udh lama banget gw nggak ngebaca blog lo..gw pas lagi ngecek bookmark gw ketemu ikankriting..

mengenai kelompok kelas 'alay' Charles Darwin pernah menyatakan "survival of the fittest" perebutan tempat di tengah

gamers mengatakan...

ada juga ya komunitas alay gt?hahahaha

saya share game bgs nih

HON Indonesia
Forum Gamers
Gta Indonesia