Senin, Januari 03, 2022

Bye 2021, Welcome 2022

Suara kembang api yang meledak di langit biasanya selalu menjadi latar belakang pada pukul 00:00 saat malam pergantian tahun baru. Biasanya, suara tersebut akan terus menggema dan menggelegar sampai pukul 02:00. Banyaknya acara yang berlangsung di sekitar rumah saya yang berlokasi di Matraman membuat saya setidaknya merasakan gegap gempita susasana pergantian tahun tanpa harus berdesak-desakan di lokasi acara.


Kawasan Monas, Ancol, dan Senayan biasanya menjadi episentrum kerumunan masyarakat yang merayakan malam pergantian tahun baru. Hotel di sekitar kawasan biasanya penuh oleh orang-orang yang mau merasakan suasana tersebut tanpa harus berlelah-lelah menyetir balik setelahnya. Karenanya, lazim ditemukan ada kendaraan yang berhenti di tempat yang bukan seharusnya di pagi hari, seperti mobil yang tiba-tiba berenang di bunderan HI, menyelam ke dasar kali, atau bergaya sombong mengkangkangi separator busway.


Saya, seperti tahun-tahun sebelumnya, menikmati malam pergantian tahun baru dengan bersemayam di rumah. Bukan karena Corona tapi karena emang males aja. Sebelumnya, pada saat malam pergantian tahun baru di rumah, saya selalu bergadang sambil nonton Warkop DKI, Home Alone, atau menikmati acara-acara spesial yang diadakan stasiun-stasiun televisi ternama. Acara-acara spesial yang selalu menghadirkan artis-artis terbaik seantero negara. Sekarang, pada saat malam pergantian tahun 2021 ke 2022, tidak ada perubahan yang berarti. Saya tetap menonton televisi tercinta.


Kemajuan teknologi membuat segala sesuatu menjadi mudah dan terprediksi. Dulu kita mungkin tidak bisa mengetahui kabar keluarga atau teman kita yang terpisah kota, pulau, atau bahkan negara. Mendengarkan suara saja sudah menjadi suatu kemewahan, karena kita harus bayar ongkos telepon yang harganya selangit dengan menggunakan SLI 001/007. Melihat gambar, kita harus menunggu foto diambil, dicetak, dan dikirim melalui ekspedisi pos. Kalaupun gambar kita terima, bisa jadi pada saat ketemuan langsung akan terlihat berbeda karena surat terlambat sampai akibat terselip di kantor pos sehingga foto yang dikirim merupakan gambar yang diambil pada saat 3,5 tahun yang lalu.


Sekarang kita bisa melihat langsung kenalan atau keluarga kita yang berada nun jauh disana dengan menggunakan video call. Langsung tanpa jeda. Bisa jadi mereka matanya sembab sehabis nangis nonton Layangan Putus, riang gembira karena habis dapet giveaway, atau pucat karena sedang sakit kena Covid.


Acara televisi juga semakin ditinggalkan karena orang-orang tidak sabar menunggu jadwal. Romantisme menebak-nebak alur cerita sinetron yang episode barunya baru keluar di minggu depan sudah berkurang. Layar Emas RCTI yang dahulu selalu menjadi andalan kita apabila tidak sempat menonton film-film Box Office di bioskop sudah tiada. 


Tidak sempat nonton di bioskop atau tidak punya uang, lebih tepatnya.


Sekarang kita hanya butuh langganan streaming service seperti Netflix, Disney+, HBO Max, dan banyak jenis lainnya untuk dapat menikmati film Box Office tanpa harus menunggu jadwal yang ditentukan oleh para stasiun televisi. Legal tanpa harus menyelam dalam iklan-iklan situs judi atau pornografi yang bersliweran bagai sampah lautan di situs-situs download atau streaming film ilegal.


Hal ini juga didukung oleh fungsi televisi yang semakin meluas. Dulu kita harus membeli antena PF-Goceng agar bisa menangkap gelombang siaran yang beredar di udara. Sedangkan sekarang kita bisa menonton apa saja dengan adanya TV android tanpa perlu repot-repot menangkap gelombang siaran dengan antena atau meminta bantuan perangkat eksternal lainnya.


Pada malam pergantian tahun baru 2022, saya sedang rebahan di depan televisi sambil menonton ulang Spiderman 2. Film popcorn istilahnya. Film yang ringan, menghibur, dan tidak perlu banyak berlogika atau berpikir keras untuk memahami dan menikmati jalan ceritanya.


00.00


Suara ledakan kembang api mulai meletup di luar. Teriakan anak-anak kecil, "TAHUN BARU WOYY!" yang kebetulan lewat di depan rumah juga sempat menyusup ke dalam. Ingin rasanya keluar tapi terlalu malas berkerumun. Kondisi pandemi sedikit banyak mengurangi intensitas keseruan pergantian tahun 2021 ke 2022. Tidak lagi ada acara di Bunderan HI, Monas, dan Ancol karena status kita masih waspada akan Corona. Varian Omicron yang baru-baru ini muncul memaksa pemerintah membatasi dan melarang kerumunan.


Keriuhan ledakan kembang api pada malam pergantian tahun kali ini hanya bertahan sekitar 30 menit. Mungkin ini akibat menurunnya kondisi ekonomi akibat pandemi. Jika sebelumnya kembang api diadakan oleh para penyelenggara acara, sekarang kembang api dibeli oleh masing-masing orang sehingga mereka hanya bisa beli seadanya. Siapa juga yang rela membeli uang untuk diledakkan disaat harga cabe rawit menyentuh 100.000 / kg, elpiji 12 kg 175.000, dan minyak goreng 20.000 / liter.


Ah, andaikan harga barang-barang bisa diturunkan dengan perintah seperti tes PCR. Pasti kita bisa beli kembang api dan petasan lebih banyak lagi.


2 comments:

Unknown mengatakan...

Wuahh sudah lama tidak mampir ke halaman ini.

BTW... Happy new year!! Yeah...dua tahun belakangan sejak pandemi merajalela memang agak lain sih perayaan tahun baru-nya...yah semoga tahun depan bisa beli petasan banting kembali hehehe

Mirzal mengatakan...

Happy new year too!! Moga2 pandemi selesai di tahun ini namun WFH lanjut di tahun2 berikutnya hahaha