Rabu, April 15, 2009

Pesta Demokrasi

Weww... Pesta demokrasi bernama Pemilu udah lewat hampir seminggu, gue baru bisa nulis tentang itu sekarang. Sebenernya udah pengen nulis dari sehari sesudahnya, tapi berhubung gue musti ngawal sodara2 gue dari luar kota keliling Jakarta Raya, keinginan itu gue tunda sesaat. So, here it goes...

Sehari setelah Jamiroquai, gue menjalani satu pesta lagi. Tapi kali ini gak ada hingar bingar musik dan kebyar lampu sorot. Yang ada pak RW nerima warganya satu2 dan hansip yang selalu mengawasi jalannya proses pemungutan suara dengan seksama. Pada awalnya sih gue berniat mau Golput. Mengingat kurang simpatiknya gue atas pergerakan partai politik, terutama caleg2nya, dan gue membenci mata kuliah Sistem Politik Indonesia. Tapi atas imbauan Jay Kay di atas panggung yang berucap, "You must vote tomorrow, not many people have this chance...", pikiran gue langsung berubah. Mungkin para politisi harus-nya mengundang artis mancanegara seperti Jamiroquai untuk kampanye, bukan artis dangdut kapiran yang cuma bisa goyang pantat dan dada dengan suara bercengkok seadanya.

Dengan mengenakan T-shirt putih bekas dipake tidur bergambar The Beatles, celana panjang agar terlihat rapi sedikit, dan jaket untuk menutupi belel-nya kaos, gue menuju ke TPS 48 pada jam 10.00. Setelah menunggu gak beberapa lama, gue dipanggil masuk menuju bilik suara. Gue diberikan tiga kertas suara.

Surat suara pertama untuk anggota DPD, membuka surat suara secara full aja membutuhkan perjuangan sendiri. Surat suaranya gede banget! Hampir aja gue jait dan dijadiin sarung buat sholat atau dibawa kerumah buat jadi selimut. Tapi berhubung gak boleh dibawa pulang, gue mengurungkan niatan itu, daripada dikeprok Hansip. Selain ada gambar2 parpol, dibawahnya ada nama2 entah siapa. Gue bingung, sebenernya itu surat suara apa daftar absen SD 05 PAGI?

Surat suara kedua untuk DPRD, gedenya sama kayak yang pertama. Ngebukanya juga susah, nutupnya apalagi. Surat suara ketiga untuk anggota DPR, disini gue lebih bingung lagi. Cuma ada foto2 orang-entah-siapa-itu dan namanya masing2. Gue liatin satu2, mukanya gak ada yang gue kenal. Dan tipe wajah mereka sama, seakan pengen bilang ke gue "Pilih gue donkk... plisss....". Tapi ada satu nama yang gue inget, namanya aslinya entah siapa tapi ada nama panggilan di dalem kurung bertulisan DIBO PISS, dan jangan harap gue milih dia menjadi angota DPR dengan nama sekonyol itu. Mungkin gue akan berubah pikiran kalo nama dia dibuat lebih konyol lagi, contohnya PI PISS.

Pada akhirnya gue menuju pojok kiri bawah kertas suara dan menuliskan, "PERTAMAX GAN!!" untuk melambangkan ini adalah Pemilu pertama gue dan "Maaf mas, calonnya GAK ADA YANG DIKENAL". Mau milih juga males, kayak milih kucing dalem karung, tangan gue pasti abis dicakarin tuh kucing. Abis nulis2 gue langsung lipet2 surat suara dengan susah payah dan masukkin ke kotak pemungutan suara.

Kelar Pemilu, Pesta Demokrasi terbesar, termegah, dan termewah, berita2 di Televisi pada umumnya berisi hasil perolehan suara peserta Pemilu dan 2 jenis berita memalukan. Yang pertama, ada ribut2 dan berantem di TPS karena hal sepele. Contohnya karena petugas TPS nganterin nenek2 ke bilik suara ada yang tereak, "ITU TIDAK NETRALLL...!!!CURANGG...!!!". Oke, mungkin dia takut terjadi pemerkosaan di tempat umum. Yang kedua adalah banyak caleg yang depresi karena kalah dalam Pemilu, gue sebenarnya kasihan sama mereka karena udah bertaruh banyak materi untuk dipilih walaupun banyak yang tidak mau memilih. Yah, mungkin ini rezeki-nya para psikolog.

Yang pasti... kota menjadi bersih kembali...

Ciaoo...

0 comments: