Waktu menunjukkan jam 11 pagi menuju siang, panas terik menyelimuti tanah Depok yang selalu diwarnai kemacetan panjang. Gue ada di kantin kampus bersama dua orang temen gue, Apis dan Mo. Mereka berdua sebentar lagi mau masuk kelas di gedung G lantai 4. Sebuah gedung tanpa lift, seringkali membuat napas pendek sesampainya di kelas. Terancam sendirian di kampus, tanpa kerjaan apapun, membuat otak iseng gue merajalela.
Gue denger dari mereka kalo di kelas mereka bakal diadain kuis, entah hadiahnya apa, mungkin TV 24 karat berwarna merah marun. Mendengar kata "kuis", membuat gue semangat untuk nebeng di kelas mereka. Tujuan gue ikut kuis bukan untuk nge-tes kemampuan gue, apanya yang mau di-tes dengan kemampuan yang pas-pasan? Tujuan gue untuk ngisi lembaran kuis dengan jawaban Ala Mirzal - "Sebuah Jawaban Ngaco, Tanpa Arah Yang Jelas".
Setelah perkuliahan selesai, sang dosen mulai meminta kita untuk mengeluarkan kertas selembar. Kuis dimulai. Pertanyaannya adalah, "Apakah perbedaan presiden sebagai kepala negara dengan kepala pemerintahan?". Hmmm. Sebuah pertanyaan cukup sulit, harus sedikit kreatif untuk menjawabnya. Gue langsung mengambil bulpen item pinjeman dari apis, menggoreskannya di kertas putih bergaris bagian kiri paling atas.
Nama : Jumadilakir Riswanto Udin
Jurusan : ******* (sensor, biar keliatan rahasia)
NPM : 090601135Y
Berikut adalah jawaban (ngaco) yang gue tulis :
Perbedaan mendasar dari Presiden sebagai kepala negara dengan kepala pemerintahan adalah dari panggilan dia kalo lagi jalan di jalanan. Kalo Presiden sebagai kepala negara, dia akan dipanggil dengan sebutan "Raja", atau "King" di daerah Inggris sana. Panggilan ini penuh dengan kewibawaan jika dibandingkan dengan panggilan Presiden sebagai kepala pemerintahan yang dipanggil "Press..!!". Seperti Pasar Inpres. Untungnya bukan, "Prett..!!" seperti bunyi kentut.
Hal kedua adalah pakaian. Kalau seorang Presiden sebagai kepala negara, dia akan mencabai jubah beludru dengan mahkota berlapis emas dengan ornamen batu rubi dan berlian. Terlihat sombong dan arogan. Presiden sebagai kepala pemerintahan memakai setelan jas, kemeja, dan dasi. Lengkap seperti seorang pesulap tanpa tongkat. Kalau saja ditambahkan tongkat, niscaya Presiden akan terlihat seperti pesulap dengan sulapan template yang selalu dipanggil untuk mengisi acara ulang tahun anak bocah. Emang mau Presiden kayak gitu!?
Perbedaan mendasar yang paling krusial dari keduanya adalah bentuk badan. Presiden sebagai kepala negara badannya gendut karena dia gak ngapa-ngapain, selalu ditemani Perdana Menteri, selir / gundik, dan pembantu-pembantunya. Sebel deh. Enak banget idupnya. Selain itu, nama dari seorang Presiden sebagai kepala negara selalu memiliki nomer di belakangnya. Persis kayak antrian. Contoh : Louis I, II, II, dst.
Tapi perlu diingat, tolong bedakan antara King dengan King Kong! Itu sangat berbeda!
Setelah waktunya abis, gue langsung ngumpulin kertas jawaban penuh dengan teori baru tersebut ke dosen yang duduk dengan manis di meja depan. Gue gak tau apa yang akan terjadi begitu dosen meriksa kertas jawaban yang gue buat. Gue sih mengharapkan jawaban yang gue paparkan tersebut menjadi suatu teori yang baru, dibukukan, dan nama gue akan terkenal sepanjang masa seperti Gossen dengan teori Law Of Diminishing Return -nya. Kalau itu memang kejadian, gue akan bersiap menagih uang royalti. Namun, untuk saat ini lebih baik gue bersiap untuk gak melangkahkan kaki ke kelas itu lagi. Biarlah kertas jawaban itu menjadi sebuah misteri. Misteri Jumadilakir Riswanto Udin, seorang mahasiswa yang terganggu mentalnya.
Ciaoo...
Gue denger dari mereka kalo di kelas mereka bakal diadain kuis, entah hadiahnya apa, mungkin TV 24 karat berwarna merah marun. Mendengar kata "kuis", membuat gue semangat untuk nebeng di kelas mereka. Tujuan gue ikut kuis bukan untuk nge-tes kemampuan gue, apanya yang mau di-tes dengan kemampuan yang pas-pasan? Tujuan gue untuk ngisi lembaran kuis dengan jawaban Ala Mirzal - "Sebuah Jawaban Ngaco, Tanpa Arah Yang Jelas".
Setelah perkuliahan selesai, sang dosen mulai meminta kita untuk mengeluarkan kertas selembar. Kuis dimulai. Pertanyaannya adalah, "Apakah perbedaan presiden sebagai kepala negara dengan kepala pemerintahan?". Hmmm. Sebuah pertanyaan cukup sulit, harus sedikit kreatif untuk menjawabnya. Gue langsung mengambil bulpen item pinjeman dari apis, menggoreskannya di kertas putih bergaris bagian kiri paling atas.
Nama : Jumadilakir Riswanto Udin
Jurusan : ******* (sensor, biar keliatan rahasia)
NPM : 090601135Y
Berikut adalah jawaban (ngaco) yang gue tulis :
Perbedaan mendasar dari Presiden sebagai kepala negara dengan kepala pemerintahan adalah dari panggilan dia kalo lagi jalan di jalanan. Kalo Presiden sebagai kepala negara, dia akan dipanggil dengan sebutan "Raja", atau "King" di daerah Inggris sana. Panggilan ini penuh dengan kewibawaan jika dibandingkan dengan panggilan Presiden sebagai kepala pemerintahan yang dipanggil "Press..!!". Seperti Pasar Inpres. Untungnya bukan, "Prett..!!" seperti bunyi kentut.
Hal kedua adalah pakaian. Kalau seorang Presiden sebagai kepala negara, dia akan mencabai jubah beludru dengan mahkota berlapis emas dengan ornamen batu rubi dan berlian. Terlihat sombong dan arogan. Presiden sebagai kepala pemerintahan memakai setelan jas, kemeja, dan dasi. Lengkap seperti seorang pesulap tanpa tongkat. Kalau saja ditambahkan tongkat, niscaya Presiden akan terlihat seperti pesulap dengan sulapan template yang selalu dipanggil untuk mengisi acara ulang tahun anak bocah. Emang mau Presiden kayak gitu!?
Perbedaan mendasar yang paling krusial dari keduanya adalah bentuk badan. Presiden sebagai kepala negara badannya gendut karena dia gak ngapa-ngapain, selalu ditemani Perdana Menteri, selir / gundik, dan pembantu-pembantunya. Sebel deh. Enak banget idupnya. Selain itu, nama dari seorang Presiden sebagai kepala negara selalu memiliki nomer di belakangnya. Persis kayak antrian. Contoh : Louis I, II, II, dst.
Tapi perlu diingat, tolong bedakan antara King dengan King Kong! Itu sangat berbeda!
Setelah waktunya abis, gue langsung ngumpulin kertas jawaban penuh dengan teori baru tersebut ke dosen yang duduk dengan manis di meja depan. Gue gak tau apa yang akan terjadi begitu dosen meriksa kertas jawaban yang gue buat. Gue sih mengharapkan jawaban yang gue paparkan tersebut menjadi suatu teori yang baru, dibukukan, dan nama gue akan terkenal sepanjang masa seperti Gossen dengan teori Law Of Diminishing Return -nya. Kalau itu memang kejadian, gue akan bersiap menagih uang royalti. Namun, untuk saat ini lebih baik gue bersiap untuk gak melangkahkan kaki ke kelas itu lagi. Biarlah kertas jawaban itu menjadi sebuah misteri. Misteri Jumadilakir Riswanto Udin, seorang mahasiswa yang terganggu mentalnya.
Ciaoo...
20 comments:
masya allah, parrraaahhh. tar anak2 kelas itu diinterogasi ma tu dosen. trus kalo gada yang ngaku, tu dosen ngancem bakalan ngasih nilai D ke smua anak2 di kelas itu.. NAH LHO!!!!!
ahjahahahaa... semoga aja gak gitu!
Yaolloh....semoga tuh dosen ga mendadak stres lantaran merasa ga berhasil mendidik mahasiswa...
@mita : mungkin dia bilang gini, "APAKAH INI SALAH SAYAAA!!???" *sambil terjun dari lantai 47*
*ngakak*
jawaban lu keren!
psti dpt A lah itu mah.hahahaha
@Sara : pastinya ! itu jawaban jenius dari seoranf filsuf bernama Mirzal. Hahahaaa.
kalah lah itu dosen lu. lu lbi master dr dia. cb d suru duduk d bangku murid aja d. lu gntiin dia ngajar gih.hahaha
Lo mesti na msk jurusan filsafat aj zal.gw aj kagum bgt lo bs menelaah tuh pertanyaan dr sudut pandang yg berbeda n mendalam.
Standing applause bwt lo..
Hehe...
blom pernah khan ada teori dari sudut pandang orang sarap!? hahaaa
orang sarap dan gendut...jgn lupa identitas lo yg itu donk..hehe
ih parah bgt lo minta di geplak!belom lulus tp macem2!!
@ crazy lil : weh, bcandaannya pake bawa2 lulus skarang.. blagu nih sarjana! hahahaaaa
Jawaban yang cerdas dan menggelitik, sobat!Hahaha...
Konon, salah satu bentuk kecerdasan sesorang adalah apabila dia memiliki kejenakaan argumentasi. Dalam bahasa Psiko-sosio linguistik hal itu disebut apa yao? hehe..
Salam kenal...
@Bahauddin Amyasi : itu disebut kegilaan yang disadari dan dimanfaatkan dengan baik. Hahhaaa
wkakakka, ngakak gw bacany!!gk kbayang mukany si syafuan rozi pas baca jwbn kuis lu,hahhalol!!great job gan!lanjutkan..
itu yah nama dosennya?? Gue kagak pernah tau sampe skarang!
yoi namany syafuan, rada weird emg orgny, tp gpp yg pnting PIP gw A sm dia,wkakakka.
Syafuan Rozi sudah baca kok, ha..ha..ha..just the way you are, my student! But don't talk only try to make good implemention too...!
Kita semua murid dan guru kehidupan kok...zaman bergerak, waktu merebak, kerja bertindak, pahala dan amal dihitung....PIP, hanya pengantar untuk masuk ke politik kehidupan yg fana...menuju babak baru kehidupan yg sebenarnya nanti..: )
kamu yg weird..goblog!
A...mimpi lho, F..utk yg tak beradat, dosesnnya namanya ntek nyahok...boggolok weird lho!
yg weird tu lo yang nulis blog ini, jahanam lho!
Posting Komentar