Rabu, Agustus 11, 2010

Enggak Taraweh Malah Mati-Matiin TV, Kartu Parkir Ilang KTP Ditahan

Cerita ini masih ngebekas di otak. Proyeksinya masih kebayang nyata, karena terjadi beberapa jam sebelum gue memulai tarian jari di atas tuts keyboard untuk mengabadikannya di dunia maya. Cerita tentang KARMA.

*JENGG... JENGG... JENGG.... KOLL...!!*

Pada suatu hari di FISIP UI, tepatnya di kantinnya yang bernama Takor. Duduklah 4 orang pemuda yang sudah beranjak lulus. Windra, Mirzal, Aan, dan Mo. Eh, gak semuanya deng. Tebak aja siapa yang belom.

Mereka ber-4 merencanakan untuk mengambil seragam kebesaran saat seremonial kelulusan. Seragam itu bernama toga, yang pada kenyataannya benar-benar kebesaran, dengan bahan seperti poster film panas di bioskop Grand Theatre Senen. Sebelum berangkat ke gedung Rektorat (tempat dimana toga berada), ada berkas-berkas yang harus dipenuhi dahulu seperti bukti pembayaran dan print-an halaman pendaftaran wisuda sebagai syarat untuk memperoleh toga di gedung rektorat. Untuk itulah, mereka ber-4 tinggal beberapa saat di FISIP untuk melengkapinya.

Berkas telah selesai diurus, saatnya bergerak ke tempat dimana toga tersebut ditahan, Rektorat UI. Disana telah ada banyak calon sarjana mengantri untuk mengambil toga. Kalau menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia karangan Hutomo MA, definisi antri adalah berdiri berderet-deret memanjang menunggu untuk mendapat giliran. Sedangkan dalam gedung rektorat, kata mengeroyok lebih tepat dipakai. Karena masing-masing loket diserbu oleh banyak orang tanpa suatu urutan yang jelas. Random dan asal serobot. Perlu peluh keringat untuk dapet seonggok toga dan seamplop undangan wisuda.

Selesai ngambil itu semua, mereka semua kembali ke FISIP UI. Muter-muter sebentar sampai akhirnya tidak ada ide lagi dikepala. Mereka ber-4 hanya duduk termenung di depan Koperasi Mahasiswa yang penjaganya bernama Mas Nanang.

"Bosen nih," kata Mirzal memulai pembicaraan.

"Iya ya, sepi banget kampus" sahut Aan diikuti Windra, "Kemana kek' jangan disini"

Mirzal yang rambutnya keriting tidak jelas seperti Indomie kusut itu mencetuskan sebuah ide.

"Detos (Depok Town Square) yok, iseng aja wisata komentar!"

Ide itu diterima dengan baik oleh Aan dan Windra, tapi tidak halnya oleh Mo'.

"Gue balik aja yah, mau taraweh"

Suatu sikap yang cocok masuk ke dalam komik majalah Aku Anak Soleh. Sikap soleh yang tidak diikuti oleh ketiga temannya yang lain, yang tetap saja menuju Detos dengan tujuan durjana seperti wisata komentar. Wisata yang mengedepankan komentar kreatif atas suatu orang, barang atau situasi tertentu.

Sesampainya di Detos, mereka bertiga langsung menuju lantai atas, tempat dimana keramaian berpusat, tepatnya di daerah food court. Tetapi, sebelum bergerak menuju tempat tersebut, Windra ingin membeli kaset PS 2. "Kaset game sniper-sniperan", kata dia.

Sembari menunggu Windra milih-milih kaset. Mirzal dan Aan tidak ada kerjaan. Oleh karena itu mereka berdua ikut-ikutan liat kaset PS 2. Saat liat-liat kaset PS 2, mereka ketawa cekikikan., setelah itu ngakak. Bukan, mereka berdua bukan mendadak gila permanen. Mereka ketawa ngakak ngeliat game Grand Theft Auto San Andreas, salah satu game terbaik di PS 2, sukses dimodifikasi oleh para pembajak yang canggihnya melampaui Bill Gates, Mark Zuckerberg, atau Mark Hoppus sekalipun.


Ada GTA versi Limbad sama Deddy Corbuzier



Yang ini lebih keren. Dimodif ada OVJ, Tawa Sutra,
sama (Bukan) Empat Mata. Gak kebayang
kalo gangster pake muka Tukul,
perang sama Azis Gagap.


Hey, kata siapa Indonesia negara terbelakang dalam bidang teknologi? Gue yakin di belahan dunia mana pun gak bakal ketemu GTA dengan tokoh utama seorang pelawak atau pesulap dengan make up berlebihan yang matanya terlihat seperti habis kena bogem mentah.

Setelah puas ngomentarin game aneh, kedua makhluk dengan kadar iseng berlebih itu mulai kehabisan kerjaan. Mirzal melirik ke konter sebelah. Ternyata selain jualan kaset PS 2, toko yang terletak di tengah-tengah lantai itu jualan DVD. Bajakan, tentu saja. Karena bajakan, tentu konsumen perlu diyakinkan atas kualitas gambar, suara, dan subtitle-nya. Untuk itu disediakan satu pemutar DVD dengan TV bermerk LG.

Pikiran iseng menyeruak muncul. Kalau digambarkan menjadi ilustrasi, muncul tanduk kambing dari balik rimbunan rambut keriting di kepala Mirzal.

"Psst... An, ada tipi... merk-nya LG lagi. Pas bener!"

"Hah, kenapa emangnya?"

"Ini nihh..." Mirzal menunjukkan jam canggihnya. Sebuah kombinasi antara jam digital dengan remote TV. Kombinasi pas untuk orang iseng seperti dia.

"Liat.."

Seperti penjahat, dia meletakkan tangannya di atas tumpukan kaset DVD yang berbaris rapi. Setelah mengarahkan jam ke televisi yang sedang dipakai tersebut, dia langsung memencet tombol berlambang ON/OFF, menyebabkan kematian seketika dan mendadak.

"KENAPA NIHH!!??" Mbak-mbak yang jagain toko panik.

TV dinyalain lagi. Mbak-nya makin bingung, Aan dan Mirzal makin puas dan makin menjadi. Kali ini channelnya diubah. Gambar Super Junior, DVD yang dicoba saat itu, diganti sama bintik-bintik laksana ribuan semut yang lari-larian, ngerubungin layar TV.

"Yah!! Ini kok berubah" Mbak-nya mulai utak atik kabel belakang TV.

Pet. TV-nya mati lagi. Pet. Idup lagi. Bintik-bintik.

"Haduh, gimana nih, mana gak ada remote lagi" si Mbak panik. Ternyata TV itu gak ada remotenya.

"Yah, kagak ada remotenya? Gue kagak bisa balikin ke AV lagi" bisik Mirzal menyadari kegoblokannya.

"Heh? Tolol. Kesian mbak-nya itu gak ada remote"

"Kabur An"

"Ayok, ndra udah kan?"

Mereka bertiga cabut ke lantai paling atas. Sempet juga papasan sama mbak-mbak tukang kaset DVD yang ke tempat temennya minjem remote. Kasihan sekali engkau mbak. Smoking area di food court. Settingnya seperti tempat judi di film-film Cina yang isinya preman-preman yang kerjaannya ngerokok. Kalo di film Cina isinya preman Cina, di Detos isinya preman Ambon.

Di tempat inilah, mereka bertiga ngobrol sampe jam 8 malam.

***

Jam 8 malam, waktunya pulang.

Bertiga mereka beranjak dari tempat itu, menuju parkiran mobil yang terletak di belakang Detos. Tepatnya di parkiran Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Sambil jalan sempet juga matiin TV abang-abang konter HP. Kebetulan, merk TV-nya LG juga.

"Arrgghh..!! Kok lo matiin!?" kata abang tukang hape yang lagi duduk.

Tukang hape yang lagi berdiri kebetulan megang remote "Dih, apaan!!?? Bukan gue yang gantii...!!"

Oknum yang matiin TV tentu aja udah ngeloyor turun lewat tangga berjalan. Gak peduli kalo bakal terjadi pertumpahan darah antara dua abang konter hape itu. Mungkin mereka akan tawuran, saling timpuk Blackberry sama iPhone.

Sesampainya di parkiran FKM, langsung masuk ke mobil dan meluncur menuju parkiran motor FISIP. Aan harus ngambil motor disana. Tinggalah Mirzal dan Windra di dalam mobil, dimana Windra nebeng sampe Kober sana. Mereka berdua tertawa puas lepas dan ceria, hasil kerja mati-matiin TV orang.

Di tengah jalan menuju Gerbatama, Mirzal teringat kartu parkirnya. Oleh karena itu dia meminta tolong Windra untuk mengambil kartu parkir tersebut di dalam tas. Pada tempat dimana kartu parkir biasa terkulai, tidak ada ditemukan tanda-tanda barang tersebut ada disana. Lenyap, hilang, seperti menguap di udara. Agar lebih teliti, mobil dipinggirkan terlebih dahulu.

Diobrak-abrik lah mobil itu. Karpetnya diangkat, tiap laci dikorek, dan tiap sudut disapu. Hasilnya tetep aja nihil.

"Haduh, gimana nih?," kata dia. Panik.

"Ya mau gak mau bayar denda 50.000"

"Kalo bo'ong bilang satu dompet ilang semua gimana?"

"Udah kagak taraweh, ngerjain orang, masak tambah lagi bo'ong"

"Iye juga sih, udah dah. Pasrah. Gocap gocap dah"

Mobil dinyalakan, kopling diinjak, gas ditancap. Dengan gagah berani Mirzal memacu mobilnya menuju Gerbatama. Tempat dimana 4 Bapak Satpam berkumpul. Kumisnya pada baplang semua lagi. Mungkin itu salah satu syarat untuk jadi satpam UI.

"Hee... Pak, kartunya ilang..." Mirzal memasang senyum manis nan melas.

"Pinggirin aja dulu mobilnya"

Mobil langsung melipir ke samping trotoar.

"Udah dicari bener-bener? Gak ketemu?" Bapak Satpam berdiri di depan spion kanan.

"Iya pak, udah dibongkar mobilnya..."

"Ada dua opsi, yang pertama bayar denda 50.000. Yang kedua ngasih jaminan KTP ke pos, kalo kartunya ketemu langsung balikin."

"....."


"Yaudah dipikir dulu baik-baik ya" sambil dia balik ke pos satpam.

Mirzal berpikir sebentar. Setelah itu raut wajahnya berubah optimis. Kalau saja saat itu dijadikan komik, akan muncul awan kecil bergambar bohlam pijar yang bersinar terang di atas kepalanya. Dia ingat kalau KTP yang dia pegang udah abis masa berlakunya per 7 Agustus 2010. Sudah jelas opsi apa yang akan dipilih.

"Ini pak, jaminan aja" sambil nyerahin KTP begitu sampe nyamperin pos satpam.

"Sebentar ya saya catat dulu"

"Maksimal ngambilnya kapan pak? Soalnya saya udah jarang ke kampus"

"Kalau memang kesini, coba tanya aja ke pos. Kalau tidak ada, berarti udah dioper ke gedung biru"

Senyumnya makin jumawa, kalau di gedung biru KTP itu pasti bakal dibuang entah kemana.

"Baik Pak"

"Ini tanda terimanya, dicari dulu ya dirumah. Siapa tau besok pagi pas udah terang nyarinya bisa lebih enak"

"Iya Pak, mungkin tadi lagi gelap aja. Oiya Pak besok puasa, mohon maaf lahir batin dulu, maaf ngerepotin" 4 orang satpam itu disalam-salamin kayak lagi halal bihalal anak SD pas baru masuk abis dari libur lebaran.

Setelah itu dia langsung cabut ke mobil, kemudian cabut cepet-cepet. Takut satpam itu nyadar kalo yang dikasih itu KTP yang kadaluarsa, udah gak guna.

Kejadian itulah yang dinamakan karma. Sebelumnya dia puas ngerjain orang, setelah itu bales dikerjain kartu parkir. Makanya, menjelang Ramadhan jangan berbuat nista, karma jadinya. Kelakuan memilih wisata komentar ketimbang sholat taraweh yang menyebabkan itu semua.

NB :
Judul diatas didedikasikan untuk film-film yang memakai jalan cerita sebagai judulnya. Namun pada kisah kali ini, judul itu gak ekstrim kayak. : Seorang Anak Durhaka Mati Mayatnya Belah Tiga Belas.


2 comments:

innerlight mengatakan...

kan, uda puasa mulutnya dikuncir dlu ato dikepang lebih variasi tuh.hihihih.


anyway, mohon maaf lahir batin yeh, smga puasanya lebih baik lagi. :D

congrats uda mw wisuda, pas puasa pulak yeh. :D

Mirzal Dharmaputra mengatakan...

hahhahaa... gue Spike biasanya.