Senin, Agustus 10, 2009

Java Rocking Land

Huff... Selesai juga petualangan gue selama 3 hari di pantai Carnaval. 3 hari penuh dengan dentuman bass, gebukan drum, dan lengkingan gitar berdistorsi tinggi di acara Java Rocking Land. Sebuah acara keren yang digagas oleh Peter F. Gontha, ditunggu lanjutannya om! Hehee.

Hari pertama konser tepat pada hari ulang tahun gue. Sekitar jam setengah 6 gue sampai di Pantai Carnaval Ancol. Disambut oleh 5 Macbook seksi yang dipake sebagai scanner barcode yang ada di tiket gue dan mbak-mbak seksi SPG Gudang Garam. Sayang, gue gak ngerokok. Kesan pertama yang gue liat dari venuenya, rapi dan luas banget. Cocok dijadiin sawah. Tapi serius, untuk acara yang baru digelar pertama kali, tata tempat-nya sungguh amat sangat rapi.

Diawali dengan Andra & The Backbone. Sebuah band yang digawangi Andra Dewa 19 sebagai gitaris. Gue sih gak berharap apa-apa dari band ini, cuma sebagai selingan, karena gue sering liat di TV dan penampilan mereka biasa aja. Ternyata performance live dia secara langsung jauh lebih keren dibanding di TV, walaupun minus improvisasi, tapi gue cukup menikmati penampilan mereka di panggung utama.

Selesai Andra & The Backbone, gue ke panggungnya Seringai, yang dikenal sebagai band cadas pecahan Puppen. Di panggung ini lah gue merasakan musik rock sebenarnya. Keras, cadas, dan menantang adrenalin. Membuat gue terpacu untuk bergoyang dan menabrakkan badan.
Dan walaupun musik mereka metal, aksi panggung mereka sarat akan pesan-pesan kepada negara ini. Seperti kemerdekaan menyuarakan pendapat yang dikekang melalui kasus Prita Mulyasari, Seringai berteriak "Bebaskan Prita!" dan membawakan lagu Mengadili Persepsi. Meskipun gak bakal kedengeran sama orang yang dimaksud, setidaknya mereka telah berbuat.

Setelah itu gue ngeliat Melee. Kibordis / vokalisnya oke punya, penampilannya gemilang. Tapi sayang, gak ditunjang dengan gitaris yang jago. Gaya mainnya msaih sama kayak gitaris amatir yang datar dan kagok (baca: gue). Gue sendiri gak dengerin lagunya, gak ngerti. Mendingan Rhoma Irama. Hehee.

Lanjut ke Koil, sebuah band yang udah lama malang melintang di ranah musik underground Indonesia. Mengusung musik industrial ala Nine Inch Nails dan mempunyai ujung tombak bernama Otong yang menamai dirinya sebagai JAV. Saat nonton Koil, itulah pertama kalinya gue nonton konser dengan vokalis seperti orang yang lagi disuruh nyanyi di kawinan. Gak siap dan bawa teks. Mending kalo cuma selembar, ini buku teks. Dan dia gak segan-segan bilang, "Anjing gue lupa lagi teks-nya" di tengah-tengah lagu. Sarap.

Tapi diluar aksi konyol itu, penampilan mereka keren. Kharisma seorang Otong sangat terasa dan aksi panggungnya yang seperti orang yang terlalu banyak minum Jack Daniels terasa sangat pas dengan musik metalnya. Di akhir konser, dia membanting gitar "Gibson" SG Series yang dia pake. Entah nyala apa enggak tuh gitar pas dia pake sebelumnya.

Penutup hari itu, Vertical Horizon. Gue cuma ngerti 3 lagu mereka. "You're God", "Best I Ever Had", dan "Everything You Want". Dan sebelom tiga lagu itu keluar, gue cuma bisa bengong dan masang muka dongo. Goyang-goyang seadanya dan nyanyi saat "You're God". Kemudian menatap bulan sambil bernyanyi lagu "Best I Ever Had". Oh, lagu ini membangkitkan banyak kenangan. Setelah lagu itu selesai, gue pulang dengan imaji gue yang terbuka karena lagu itu.

***

Hari kedua, Sabtu 9 Agustus 2009. Hari dimana grup legendaris dunia, Mr. Big, tampil di Pantai Carnaval Ancol. Jam setengah 5 gue udah sampai di venue dan langsung ngeliat penampilan The SIGIT, sebuah band Rock N' Roll asal Bandung yang sudah diakui reputasinya di dunia internasional. Penampilan mereka sangat atraktif dan unik. Mereka menyuguhkan aksi memainkan gitar listrik Gibson Les Paul dengan menggunakan alat gesek biola. Hasilnya? Bunyi yang sangat unik. Konser ditutup dengan ditimpuknya Rekti, sang vokalis, dengan stand mike oleh drummernya yang bergaya layaknya Dave Grohl - nya Nirvana. Mengobrak-abrik drum set yang udah dia mainin, seakan-akan berkata, "This Is Rock N' Roll!!". Musik penuh amarah.

/rif, sebuah band yang telah lama berkiprah di Indonesia. Gue berharap melihat penampilan sensasional dan menarik. Ternyata gue kecewa. Sound yang mereka keluarkan cempreng, persis kayak sound dangdut keliling. Alhasil 5 menit ngedenger kuping gue berasa sakit, kayak ditusuk-tusuk. Gue pun ngungsi agak menjauhi panggung dan mencari makanan. Weh, ada nasi asem berharga 30 rebu!

Seconhand Serenade yang merupakan salah satu headline pada hari itu gue lewatkan. Diganti dengan kegiatan menjual tiket berlebih ke calo di depan gerbang, dalam rangka mendapat uang untuk membeli sebungkus nasi asem. Gue seperti selebritis, dikerubungi banyak orang (baca:calo). Dan karena itu udah malem dan menghindari resiko gue diperkosa calo, tiket gue cuma laku 70 rebu. Tapi begitu gue agak menjauh dari pintu gerbang menuju parkiran, seorang bapak-bapak tua dateng ke arah gue. "Ada tiket lebih dek? Saya bayarin 130 deh". Asem. Kunyit. Kencur. Jamune mas?

Selesai makan, gue langsung merangsek ke bibir depan panggung menunggu aksi Mr. Big. Setelah nyempil-nyempil, gue dapet tempat yang sama sekali gak bisa dibilang nyaman. Ternyata ada ratusan orang yang berpikiran sama. Yah, walaupun gak gak di depan banget, tempat gue sekarang cukup bisa membuat gue leluasa memandang ke panggung.

Waktu menunjukkan pukul setengah 10 malem. Sedangkan Mr. Big maen jam 11. Selama 1 setengah jam ke depan, gue diharuskan berdiri sambil dempet-dempetan. Bertukaran keringat dan bau badan. Persis kayak di kereta ekonomi Jakarta-Depok, ditambah waktu satu jam dan minus pedagang tahu Sumedang. Gue berharap jadi Goku yang bisa terbang melayang, gak make kaki untuk berpijak. Kaki gue pegel banget. Tapi apapun yang terjadi, gue gak mau mundur. Mau topan dan badai menerjang, gue harus tetap di tempat ini. Merdeka!

Jam 11, Mr. Big main. Diawali dengan lagu Daddy, Brother, Lover, Litle Boy. Pegel di kaki sirna sudah, gue langsung melompat mengikuti hentakan lagu demi lagu. Penampilan Mr. Big sangat abnormal dan ajaib. Paul Gilbert memainkan gitar dengan menggunakan bor. Menginspirasi gue untuk maen gitar pake pacul. Billy Seehan mencabik bass seakan-akan bass adalah musuh yang harus digebukin sampe ampun. Duo bassis-gitaris itu adalah penampil utama dan penguasa panggung.

Tiap lagu selalu ada sesi mereka berdua pamer skill yang mumpuni, dan penonton bener-bener dibuat terpana oleh mereka berdua. Apalagi saat mereka berdua membawa alat perang berupa double-neck guitar dan double neck bass. Malam ini gue ngeliat orang-orang yang punya skill word class, kelas dunia, kelas wahid. Jari-jari mereka menari-nari di leher gitar. Beda banget sama jari gue kalo maen gitar, jari-jari gue jongkok kaku di leher gitar.

Seselesainya Mr. Big, gue tepar. Pengen rasanya amputasi kaki dan jalan pake kursi roda. Untungnya gue inget, gak ada yang mau dorongin. Gue pun bergerak tertatih ke Gudang Garam Dome, sebuah venue indoor ber-AC. Cocok untuk duduk santai sambil nyender dan lesehan di lantai dan ditemani oleh lagu-lagu menenangkan hati yang dibawakan oleh Efek Rumah Kaca yang sedang tampil pada saat itu. Situasi sempurna untuk relaksasi setelah 3 1/2 jam berdiri.

***

Hari ketiga, Minggu 9 Agustus 2009, hari terakhir festival Java Rocking Land. Gue dateng jam 3 sore untuk nonton SORE. Tapi ternyata itu belum cukup sore untuk SORE, penampilan mereka digeser jadi jam 6 maghrib, sehingga pada saat itu yang tampil adalah The Monophones. Gue ngeliat penampilan mereka sampe jam 4 sore, trus cabut ke panggung utama untuk ngeliat idola gue dari SMP dulu. Slank.

Walaupun gue udah lama idolain mereka, gue blom pernah ngeliat penampilan mereka secara penuh. Alasan utama gue, takut rusuh, Slank dikenal mempunyai massa brutal dan rusuh. Lebih baik cari aman. Di Java Rocking Land ini, panitia mempunyai ide unik. Dibanding meladeni para Slankers dengan tindakan represi, mereka memilih mengakomodasi para Slankers. Di depan panggung ditambahkan barikade ekstra yang membentuk kotak untuk memisah para Slankers, yang masuk tanpa biaya, dengan penonton lain yang membayar tiket untuk masuk ke acara itu.

Memang, para Slankers terlihat seperti hewan buas yang harus dipisahkan agar tidak menyerang orang. Tapi itu terbukti efektif, mereka jadi bebas untuk berekspresi sesuka hati. Dandandan mereka? Waow! Imajinatif. Celana mepet sampe mencret jadi andalan. Mengangkat bendera Slank sehingga baju ketatnya terangkat. Memamerkan belahan pantat yang sama sekali gak bagus untuk ditonton. Mereka dijadikan tontonan tersendiri tetapi mereka sama sekali tidak peduli. Mungkin di kepala mereka terucap, "Kami datang untuk musik!".

Performa Slank ciamik punya. Benar-benar mencerminkan nama besar mereka. Penuh dengan energi, keras, tetapi masih ada unsur lembutnya. Kaka sebagai frontman menjalankan tugasnya dengan baik. Dia berkomunikasi dengan penonton dan mengajak penonton untuk berdansa. Single "Terlalu Manis" menutup penampilan manis mereka dengan sempurna. Dua jempol untuk Slank.

Lanjut ke Aksara Stage, berniat ngeliat Sore. Sampai disana, ternyata bukan Sore. Yang ada band metal bernama Fall, Sore maen setelah mereka. Gitaris Echa sempet curhat panik ke gue sebelum naik panggung, "Anjrit, dapet nonton Mew gak ya?" sambil nyerahin Teh Botol berharga 10 ribu ke tangan gue. Minta tolong balikin ke abang-abangnya. Gue sendiri cuma ngeliat penampilan keren mereka cuma 4 lagu, kemudian brangkat ke panggung utama untuk nunggu Mew tampil.

Jam 7 malem, Mew tampil. Gue gak tau lagu pembuka dia apa, tapi keren. Lanjut ke lagu-lagu berikutnya, gue semakin terpana ngeliat penampilan mereka. Mereka bukan hanya menampilkan penampilan dari 5 orang yang bermain musik di atas panggung. Penampilan mereka diperindah dengan gambar-gambar yang dikeluarkan melalui screen yang terdapat di belakang panggung. Apik sekali melihat penampilan band asal Denmark ini.

Visualisasi seperti taburan bintang, anak kecil berwajah datar yang menari, kucing bermain biola, ditampilkan sesuai dengan lagu yang sedang dimainkan pada saat itu. Seakan-akan visualisasi itu adalah backing vocal sang vokalis, Bo Madsen. Ditambah lagi lagu-lagu Mew yang mempunyai getukan ganjil dan bebunyian aneh namun indah, mereka terlihat seperti band dari luar angkasa yang datang ke bumi.

Indah adalah kata yang tepat untuk menggambarkan penampilan mereka. Pada saat lagu Am I Wry? seluruh penonton bergoyang dan pada saat lagu penutup, Comforting Sound, suasana terasa sangat syahdu dan damai. Ditambah visualisasi ledakan sinar dari screen, penutup konser Mew terasa sangat memorable dan gak layak untuk dilupakan. Salute!

Selanjutnya gue duduk dulu selama setengah jam ngilangin pegel gue di kaki. Kemudian gue iseng pengen nyoba makan di Jimbaran, mengingat gue sangat gak puas dengan uang 30 ribu untuk nasi asem, mendingan sekalian aja nambah agak mahal tapi dapet pelayanan memuaskan dan tempat duduk. Ralat. Tempat duduk aja. Pelayanan buruk. Makanannya lama. Saat gue menunggu, sayup-sayup terdengar Third Eye Blind (3EB) mulai maen. Gue gelisah dan resah. Untung gak basah.

Selesai makan, yang cuma 10 menit dari waktu menunggu 30 menit, gue bergerak menuju panggung 3EB. Jangan sampai salah ketik, karena kalau sampai tertulis BE3 lagu mereka berubah jadi "Kerinduan". Ternyata konser mereka gak jelek, malah bisa dibilang bagus, walaupun gak sebagus Mew dan Mr. Big. Walaupun gue gak ngerti lagu mereka tapi gue bisa menikmati musik yang mereka bawakan. Apalagi vokalisnya sangat komunikatif dan rajin berinteraksi dengan penonton. Membuat suasana menjadi akrab dan hangat.

"Semi Charmed Life" adalah satu-satunya lagu yang bisa gue nyanyikan di konser. Setelah lagu itu abis, gue cuma goyang-goyangin kepala gak ngerti kayak pajangan mobil. Konser 3EB akhirnya ditutup dengan parade kembang api yang fantastik. Kembang api itu sukses melukis langit hitam Pantai Carnaval Ancol. Gue mendongak ke atas mengagumi kreasi para seniman kembang api, kemudian bersin selama 15 menit karena sisa mesiu yang jatoh masuk ke idung.

3 hari yang sangat melelahkan dan menyenangkan. Sebuah konser Rock internasional pertama di Indonesia dan gue ada di sana menjadi bagian dari konser tersebut. Semoga ke depannya akan ada konser besar seperti ini di Indonesia.

"Mr. Liam Gallagher, Thom Yorke, and Julian Casablancas!! Come Here!!"

Ciaoo...

7 comments:

Awe mengatakan...

aiiih pantes gak ada traktir2 diabasin buat rocking land sihh!!
tp gpp lah lo turut membuktikan kalo indonesia masih aman2 aja..

Awe mengatakan...

wah ke rocking land tho, pantes gak ada traktiran huuu...

Mirzal Dharmaputra mengatakan...

itulaahhh.. anda pengertian sekalii... hahaaa

Anonim mengatakan...

anjeeeng. gw kagak nonton mew!!! dateng lagi kek itu band, gw udah apal lagunya dari dulu tuh padahal.
tau gitu gw beli tiket lebihan lo, murah cuma 70rebu.

Mirzal Dharmaputra mengatakan...

heh, ikan, bukan anjeng... hahaaa...

enak aja, kalo sama lo gak dijual 70 rebu. Nilai segitu nilai "Terpaksa". Kalo sama lo.. yaaa... 150 rebu lah. Heheee

lalalaras mengatakan...

nduth,
maaf yah, bukan aku mau merusak ekspektasi, harapan, impian dan asa kamu, tapi OASIS BUBAR!!!
Sekali lagi
OASIS BUBAR!!!

tapi tapi,
mari kita berharap supaya radiohead dan the strokes datang tahun depan, yeah

Mirzal Dharmaputra mengatakan...

haduh.. itu bohong, itu dusta.. cuma settingan ajah.. OASIS masih ada!! *masih gak percaya*

huhuuu..