Rabu, Agustus 05, 2009

Komodo Terancam

Pagi ini, setelah melihat Endah N' Rhesa di O Channel, gue memencet remote TV gue untuk mengubah channel ke stasiun TV lain. Trans TV - Derings, ada seorang cewek sok-sok maen gitar di depan tenda sirkus dan bernyanyi dengan nada FALS. Gak menarik. Gue mengganti ke channel lain. Indosiar - Kissvaganza, dua orang cewek berdandan lebih , lagi memandu panggung yang dihadiri oleh band bernama O'rens. Nama macam apa itu? Gak menarik.

Jari gue berhenti memencet remote di TV One, lagi ada pembicaraan tentang Pulau Komodo. Gue tertarik untuk menonton pembicaraan yang terlihat seru itu. Sejauh ini yang gue tahu tentang Pulau Komodo cuma keikut sertaannya dalam pemilihan 7 keajaiban dunia, dimana gue sangat mendukung sekali dan berharap Pulau Komodo dapat termasuk dalam 7 keajaiban dunia.

Ternyata topik pembicaraan ini bukan dukungan atas Pulau Komodo, tetapi tentang sengketa. Pemerintah berencana membangun pertambangan di daerah ini. Mereka berargumen bahwa pertambangan ini jauh dari Taman Nasional. Dan walaupun mereka bersikeras bahwa bukan seluruh Pulau Komodo yang dijadikan daerah tambang, tetapi mereka berencana memindahkan spesies Komodo yang terdapat di pulau itu ke Bali, di luar habitat aslinya. Untuk apa?

Apa yang terjadi dengan pemerintah? Di saat seluruh rakyatnya bersusah payah mengangkat nama dan martabat Indonesia di dunia Internasional, mereka justru seakan ingin menghancurkan martabat Indonesia dengan merusak ekosistem yang ada. Pemerintah Daerah malah mendukung rencana ini dengan cara memberikan izin kepada investor China untuk membangun tambang tersebut.

Menurut narasumber di TV One, gue lupa namanya siapa, pokoknya dia penentang didirikannya tambang di Pulau Komodo. Jarak antara tambang dengan Taman Nasional tidak lah jauh seperti yang di-klaim oleh pemerintah yang terhormat tersebut. "Ibaratnya seperti Pulo Gadung - Cempaka Putih", kata beliau untuk menggambarkan jarak sebenarnya dan menurut gue itu tidak jauh. Sekitar 10 Km. Sedangkan sebuah tambang akan mengeluarkan dampak kerusakan yang sangat luas, dan bisa jadi satu Pulau Komodo akan merasakan dampak tersebut.

Sejauh yang gue liat, blum ada tambang yang tidak merusak lingkungan sekitarnya. Tambang di Tembagapura, bisa diliat melalui Google Earth, terdapat lubang raksasa yang sangat dalam. Berikut adalah efek kerusakan yang ditimbulkan oleh tambang, yang gue kutip dari blog Dewa Gumay :

Industri pertambangan pada pasca operasi akan meninggalkan banyak warisan yang memiliki potensi bahaya dalam jangka panjang, antara lain; Lubang tambang (Pit), Air asam tambang (Acid Mine Drainage), dan Tailing.

Lubang Tambang. Sebagian besar pertambangan mineral di Indonesia dilakukan dengan cara terbuka. Ketika selesai beroperasi, perusahaan meninggalkan lubang-lubang raksasa di bekas areal pertambangannya. Lubang-lubang itu berpotensi menimbulkan dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan kuantitas air.

Air lubang tambang mengandung berbagai logam berat yang dapat merembes ke sistem air tanah dan dapat mencemari air tanah sekitar. Potensi bahaya akibat rembesan ke dalam air tanah seringkali tidak terpantau akibat lemahnya sistem pemantauan perusahaan-perusahaan pertambangan tersebut. Di pulau Bangka dan Belitung banyak di jumpai lubang-lubang bekas galian tambang timah (kolong) yang berisi air bersifat asam dan sangat berbahaya.

Air Asam Tambang. Air asam tambang mengandung logam-logam berat berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dalam jangka panjang. Ketika air asam tambang sudah terbentuk maka akan sangat sulit untuk menghentikannya karena sifat alamiah dari reaksi yang terjadi pada batuan. Sebagai contoh, pertambangan timbal pada era kerajaan Romawi masih memproduksi air asam tambang 2000 tahun setelahnya.

Lubang Tambang. Sebagian besar pertambangan mineral di Indonesia dilakukan dengan cara terbuka. Ketika selesai beroperasi, perusahaan meninggalkan lubang-lubang raksasa di bekas areal pertambangannya. Lubang-lubang itu berpotensi menimbulkan dampak lingkungan jangka panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan kuantitas air.

Air asam tambang baru terbentuk bertahun-tahun kemudian sehingga perusahaan pertambangan yang tidak melakukan monitoring jangka panjang bisa salah menganggap bahwa batuan limbahnya tidak menimbulkan air asam tambang. Air asam tambang berpotensi mencemari air permukaan dan air tanah. Sekali terkontaminasi terhadap air akan sulit melakukan tindakan penanganannya.

Tailing. Tailing dihasilkan dari operasi pertambangan dalam jumlah yang sangat besar. Sekitar 97 persen dari bijih yang diolah oleh pabrik pengolahan bijih akan berakhir sebagai tailing. Tailing mengandung logam-logam berat dalam kadar yang cukup mengkhawatirkan, seperti tembaga, timbal atau timah hitam, merkuri, seng, dan arsen. Ketika masuk kedalam tubuh mahluk hidup logam-logam berat tersebut akan terakumulasi di dalam jaringan tubuh dan dapat menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan.

Celakanya, tidak ada aturan di Indonesia yang mewajibkan perusahaan pertambangan melakukan proses penutupan tambang secara benar dan bertanggungjawab. Kontrak karya pertambangan hanya mewajibkan perusahaan pertambangan melakukan reklamasi, dalam pikiran banyak pelaku industri ini adalah penghijauan atau penanaman pohon semata. Jauh panggang dari api.

Menurut gue, itu udah sangat gawat. Dan pemerintah mau memberikan dampak tersebut pada Pulau Komodo? Gue gak tahu mau bilang apa lagi untuk mereka. Mereka boleh aja membangun tambang, gue gak memungkiri itu, hasil-hasil tambang juga diperlukan untuk menambah devisa negara dan pemerintah juga dapat menarik keuntungan lain dari keberadaan tambang tersebut.

Tapi tolong, jangan di tempat yang berpotensi menarik keuntungan dari Eco-Tourism seperti Pulau Komodo. Emangnya gak ada tambang di tempat lain? Yang memang dikhususkan sebagai daerah pertambangan. Kalo menurut gue, perbuatan pemerintah ini sama aja kayak penge-bom yang udah membuat reputasi Indonesia sangat jatuh di dunia internasional.


Pak Bupati yang terhormat, apakah anda sudah bosan dengan keindahan ini?

Ciaoo...

0 comments: