Kamis, Mei 28, 2009

The Adventure Of Monday Market : Searching For Cheap Stuff

Minggu kemaren, tepatnya hari Kamis 21 Mei 2009, gue bertualang. Petualangan kali ini bukan ke pantai, gunung, dan lembah seperti yang udah-udah. Petualangan kali ini ke tengah kota Jakarta. Ke Pusatnya Jakarta bernama Jakarta Pusat. Jakarta Pusat-nya berada di kecamatan Senen. Lebih tepatnya, gue pergi ke Pasar Senen. Well, gak ke Pasar Senen yang terkenal dengan tenda biru-nya itu, tetapi agak ke belakang sedikit. Melewati patung perjuangan dan taman yang baru aja dipugar lebih bagus. Gue menuju Poncol.

Daerah Senen, terutama Poncol, mempunyai mitos yang sangat melegenda. Sebuah legenda menyeramkan yang gue percayai pada saat SD dahulu. Pada dasarnya emang daerah Senen dan sekitarnya itu terkenal sebagai pusat kriminalitas. Banyak penjahat-penjahat tengik yang berbau tengik suka berkeliaran disana. Poncol, sebagai salah satu distrik Senen (Senen emang udah kayak kota sendiri), dikenal sebagai daerah terkeras. Rumor yang beredar pas gue SD dahulu adalah berita Poncol Ulang Tahun. Ulang Tahun ala Poncol bukan seperti acara ulang tahun pada umumnya.

Biasanya kalo ulang tahun ada kue, makanan, dan tamu-tamu bernyanyi bersama untuk merayakan bertambahnya tahun (atau menurut gue, berkurangnya umur). Perayaan ulang tahun ala Poncol adalah mencari kuping. Yaps, kuping. Bukan kuping kucing atau babi yang dicari, tapi kuping manusia. "Zal, lo balik cepet-cepet gih.. Hari ini Poncol Ulang Tahun dan lagi nyariin kuping", kata temen gue waktu itu. Petuah ini selalu gue inget sampe sekarang. Kata dia kuping-nya itu bakal dipotong buat dijadiin kalung. Dengan wawasan minim gue pada saat itu (mmm... sampe sekarang deh kayaknya), tentu aja gue percaya 100%. Padahal kalo dipikir-pikir, kalo ada orang yang jalan-jalan make kalung kuping di lehernya, dijamin jangka waktu dia di jalanan gak lama karena udah ditangkep Polisi atau digebukin warga sekitar. Minimal diplorotin celananya dan disuruh tiduran di aspal.

Sekitar jam 2 siang gue sampe di Senen. Mengingat rawannya parkir di daerah Poncol, kita sepakat parkir di Mall Atrium. Gue bertiga sama temen gue, Aan dan Apis.Kelar parkir motor, kita langsung jalan kaki menuju Poncol. Pada awalnya kita linglung. Kita bertiga udah lama banget gak ke Poncol dan sempet nyasar ke tempat jualan alat musik, padahal niat kita kesana mau nyari baju atau celana 2nd yang masih oke. Ternyata kita salah gang, dan kita terlihat seperti orang tablo yang baru dateng ke Jakarta.

Saat udah menemukan jalan yang benar, kita langsung mencari barang-barang murah meriah. Gang yang kita susuri cukup panjang, dan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menjual baju, sepatu, celana, dsb. Bagian kedua menjual rantai, mesin tik, busi, velg motor, dll. Bahkan ada mixer usang disana yang belum tentu bisa terpakai dan kipas-nya kipas angin. Belum lagi ada alat-alat dan komponen elektronik maupun otomotif yang gak jelas fungsinya apa. Mungkin jika Tony Stark dilepas di gang Poncol ini, dia bisa membuat pemacu jantung dengan sumber tenaga dari gear sepeda yang digerakkan oleh hamster. Kemudian menciptakan Iron Man Poncol, yang terbuat dari bodi motor, lelehan velg mobil, dan bangkai stereo usang.

Keluar dari gang itu, gue ke sebelahnya. Ada jalan aspal yang tidak ditutupi tenda seperti gang itu. Disini barang yang dijual lebih aneh-aneh lagi. Ada sarang semut yang diakui bisa meningkatkan vitalitas. Ada kocokan berkarat buat mixer, cocok untuk ibu-ibu yang mau membuat Cake Tiramisu Berkarat. Adalagi penjual yang gue namakan, Abang Penjual Segala. Nama itu gue ciptakan karena dia menjual segalanya. Ada sepatu, kalo di toko konvensional kita akan bertanya pada pegawai tokonya, "Sepatu ini ada nomernya gak?". Kalau dengan abang penjual segala, pertanyaan kita adalah "Sepatu ini... ada sebelahnya gak?". Karena sepatu yang dijual abang itu, cuma ada sebelah. Blum lagi kacamata gagang setengah, dan radio yang tidak bisa berputar lagi. Mau cari kuas tipp-ex (inget! kuas-nya aja, gak sama botolnya)? Abang ini menyediakan itu semua. Lebih anehnya lagi, ada aja yang mau beli. Harga? Tergantung kemurahan hati sang pembeli.

Muter-muter di Poncol, kita gak dapet apa-apa. Barang-barang yang ada disana lagi jelek. Padahal biasanya kita bisa dapet barang branded dengan kualitas oke punya dan harga murah meriah. Tanpa putus asa, kita semua menuju tempat pemberhentian selanjutnya, Pasar Senen. Pasar Senen saat ini udah tidak bertenda biru lagi. para pedagang yang biasanya ngemper di aspal udah punya toko-nya masing-masing. Di tempat ini, keberuntungan mulai datang. Aan dapet vest yang oke dengan harga cuma 30 rebu saja. Sedangkan gue mulai melirik-lirik banyak barang-barang bagus ada disana, tapi masih blum gue beli, karena masih mau keliling-liling buat nyari barang yang lebih oke. Sehingga sampailah kita di sebuah toko kecil yang dijaga seorang bapak-bapak batak yang tinggi, berkumis baplang, dan memakai sweater Adidas hijau muda berstrip kuning. Di toko itu, Aan menemukan satu jaket lumayan bagus berwarna item.

"30 rebu", kata Aan memulai penawaran.

"Eh, Jangan lah laii, tambahi lah 10 ribu lagi untuk beli rokok nanti pulang", tolak sang abang atas tawaran Aan.

Kemudian Aan diem dan ngelanjutin milih-milih jaket. Saat dia milih-milih jaket, gue ngeliat si Abang ngambil kantong kresek warna item dan ngebungkus jaketnya pake plastik itu padahal Aan blum setuju sama harganya. Gue mengira ini cuma strategi dagang dia biar kita beli, makanya gue diem aja. Kelar milih-milih, kita berniat untuk cabut. Jaket yang dipilih itu masih kurang oke, lagian abangnya juga gak setuju sama penawaran 30 rebu itu.

"Tidak jadi beli kau!? Kau jangan main-main lah disini, kau nawar dan saya udah setuju tapi kamu gak jadi!!", kata si Abang begitu kita mau cabut sambil nyodorin bungkusan berisi jaket itu ke Aan.

"Tapi bang, saya khan belom setuju sama harganya... Lagian abang maen bungkus aja", Aan membela diri.

"Bukan begitu! Tadi kau bilang 40 ribu dan udah setuju! Sekarang gak mau bayar! Jangan main-main lah disini!! Mana 40 ribu", si abang mendekat dengan posisi meminta duit ke Aan.

Kita sukses dipalak. Dipalak secara alus, dimana kita disuruh membeli barang secara paksa. Tadinya kita berniat kekeuh mempertahankan argumen. Tapi mengingat banyaknya temen-temen si Abang Batak ini ngedatengin kita, kita mengurungkan niat itu, daripada nama kita tinggal jadi kenangan. Kenangan buruk lagi. Aan ngeliat lagi jaket itu, ternyata resletingnya rusak, kita pun berharap itu bisa menjadi alasan kita untuk gak jadi beli jaket itu.

"Kalau gitu pilih yang lain!", sambil mendorong Aan menuju tokonya lagi.

Dia pun langsung milih-milih jaket di dalem toko dengan setengah hati. Suasana tegang, gerak gerik kita bertiga diawasi oleh satu kawasan sekitar toko itu. Takut kabur mungkin. Jaket-jaket yang lain busuk semua. Ada yang depannya bagus tapi belakangnya beset-beset. Ada yang bentuknya bagus tapi warnanya butek banget. Ada yang warnanya bagus dan mengkilap, tapi ternyata baju abangnya. Akhirnya pilihan terakhir kembali ke awal yaitu jaket item ber-hoodie tercinta itu.

"Saya mau beli, tapi resletingnya harus bener", kata Aan.

"Gampang ituu... gampang...", Abang penjual baju itu manggil temennya. Temennya itu langsung pergi buat nyari resleting. Abang kumis baplang yang kejam itu kemudian masuk ke dalam, ngambil botol aqua 1 liter dengan air berwarna ijo di dalemnya. Apakah itu kencing? Tentu enggak. Abang itu bukan sedang menjalani terapi pengobatan alternatif. Itu adalah bir, alias Tuak Batak. Pantes aja dia uring-uringan. Ternyata dalam pengaruh alkohol. Tadinya gue mau sok serem juga belagak mabok abis minum alkohol, tapi gue baru inget kalo alkohol yang gue pake bukan diminum, tapi di dengkul buat nyembuhin borok. Gue gak jadi ngamuk.

Gak beberapa lama, temennya balik. Jaket itu langsung dicoba. Ternyata masih gak bisa dikancing. Aan langsung ngasih jaketnya lagi ke dia. Sama temen si abang brengsek itu, resleting jaketnya ditang, dipalu, dan bahkan digigit. Untungnya gak diemut. Ada sedikit kepuasan di mata kita ngeliat abangnya kesusahan kayak begitu. Kejam emang. Lagian siapa suruh maksa kita beli jaket. Sebelum beli, tentu kita butuh melihat penderitaan mereka terlebih dahulu.

Setelah memperkosa resleting itu sekian lama, akhirnya resleting itu berhasil juga dibenerin. Temen-nya abang brengsek merayakan keberhasilannya itu dengan meminum Tuak Batak setengah liter. "Mau? Coba aja... Enak ini", kata dia setelah mergokin kita lagi ngeliatin dia dengan pandangan heran, marah, dan konyol. "Enggak bang", kata gue. Gue gak mau kena rabies. Setelah resletingnya selesai kita diperbolehkan pergi dari situ. Setelah dari abang-abang itu, kita udah gak nafsu lagi nyari-nyari barang. Kita memutuskan untuk pulang.

Begitulah pengalaman gue ke Senen. Untuk pertama kalinya dipalak secara alus. Gue kira Poncol tempat yang paling sangar. Ternyata justru di Pasar Senen lah kita kena kayak begituan. Tapi gue gak mau dendam sama abang itu. Mungkin dia lagi kesusahan. Sembelit menahun, istri kabur kawin sama adeknya, bisnis rugi melulu, dan pungutan liar yang pasti merajalela. Belum lagi biaya sewa tokonya yang mahal. kehidupan di Senen emang keras dan orang-orang disana ikut terbawa keras. Yah, anggep aja ini jadi pelajaran gue bertiga untuk :

Mabok dulu sebelom pergi ke Senen

Pake aer tape.

Hehee...

Ciaoo..
mari kita lanjut...

Senin, Mei 25, 2009

Fishlosophy

Ikan…

Ikan adalah suatu makhluk hidup aer yang mempunyai mata selalu melek, punya kulit berlendir , mulutnya selalu megap2, dan punya sisik di badannya.

Ikan….

Knapa yaa gue punya panggilan kayak gitu. Apakah kulit gue bersisik?? Pas gue periksa gak kok, khan gue pake Red-A. Berlendir?? Gak banyak2 amat. Suka mangap2?? Iya sih kalo lagi bengong. Punya insang?? Apakah pantat yang bisa bernapas dapat dianggap insang?

Ternyata smua itu bukan sebab musabab gw dipanggil ikan. Cerita sebenernya kenapa gue bisa dipanggil dengan panggilan azab kayak begitu adalah waktu gue kelas 1 esempe, kalo gak salah (eh?) apa esde yaa??pokoknya pas sekitar tahun ’98 gitu pas piala dunia. Bokap gue jadi korban PHK di kantornya. Bwat menyangga kehidupan keluarga, dimanfaatkanlah garasi yang ada di samping rumah gue bwat dibikin toko ikan yaitu toko yang menjual ikan dan kelengkapannya (tas, kacamata, pakean dalem, semuanya bwat ikan..)

Saat itu gue suka (dipaksa, lebih tepatnya..) jaga toko. Hal ini sangat membosankan. Bayangin aja saat-saat liburan dimana gue seharusnya berleha-leha, ongkang-ongkang kaki, dan senam pagi, diganti sama buka toko dari jam 8 pagi sampe jam 8 malem. Kegiatan gue disana cuma bengong, ngeliatin ikan cere, ngubek-ngubek cacing, dan ngegodain ikan cupang. Dan itu semua udah menjadi rutinitas gue. Kalau pun gak liburan, gue disuruh pulang cepet-cepet untuk menunaikan tugas negara itu.

Hal berharga yang gue dapet dari pengalaman gue menjadi tukang ikan profesional adalah : JANGAN BELI MAKANAN ABANG-ABANG YANG PAKE GEROBAK. Gak nyambung? Tentu tidak, khan udah diketok termos isinya es. Jadi waktu itu gue nemenin bokap buat beli cacing idup buat makanan ikan di belakang RS CIPTO. Bentuknya glenyer-glenyer gitu (coba tentukan sendiri kata yang tepat menurut EYD), seperti ager-ager tapi bergerak-gerak, dan biasanya mereka suka nongkrong di bantaran kali yang kotor. Di hari Minggu yang cerah gue berangkat kesana.

Sampe disana gue ngeliat seorang bapak-bapak, rambutnya keriting dipotong cepak, gendut, pake celana pendek, dan gak pake apapun di atasnya. Badannya item dan udel bodong buteknya bertebaran kemana-mana. Dia lagi ngubek-ngubek sesuatu di gerobak bertulisan SOTO MIE JAKARTA. Di sepanjang jalan itu emang banyak gerobak-gerobak jualan kayak mie ayam, bakso, dll. Sesekali tangannya piknik ke balik celana pendeknya itu dan kembali meramu (calon) makanan. Yang lebih horornya, bokap gue ternyata berniat ketemu dia.

Setelah ngomong-ngomong sebentar, dia langsung masuk ke rumah. Sekeluarnya dari rumah, dia ngebawa satu serokan gede dan baskom lusuh berwarna item. Kemudian dia nurunin tangga menuju kali yang ada di bawah. Dia memulai perburuan cacing. Mungkin bapak ini termasuk pencari cacing profesional dengan jam terbang puluhan tahun. Terlihat dari cepetnya dia ngambil cacing, cuma beberapa menit dan baskom plastik itu udah penuh dengan cacing-cacing. Dia pun naik, ngambil bangku kecil, dan ngaduk-ngaduk cacing itu. "Banyak kotoran", kata dia menjelaskan ke gue yang melihat dengan rasa takjub.

Saat dia ngaduk-ngaduk keluarlah banyak kotoran dari sana. Bentuknya item-item gak jelas dan kadang-kadang ada plastik bekas sobekan plastik bungkus makanan ada disana. Kali di Jakarta emang unik, mungkin kalo dikuras bakal muncul satu kota terpendam macam Atlantis ada disana. Kalo orang Atlantis diceritakan tegap-tegap dan ganteng. Manusia kali Jakarta udah termutasi menjadi monster kali yang mempunyai kuping di kaki dan tangan di pantat. "Udah nih", si bapak ternyata udah selesai ngebersihin cacing itu. Dia langsung masukkin cacing itu ke plastik dan nyerahin ke gue. Bokap gue langsung nyelesaiin transaksi dan kita langsung cabut. Kemudian, bapak-penjual-cacing kembali ke aktifitas awalnya : Mempersiapkan SOTO MIE JAKARTA. Itu dilanjutkan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Huek. Nama yang lebih pantes adalah SOTO CACING KALI JAKARTA.

Usaha toko itu ada sampe gue masuk SMA 68 tercinta itu. Pada waktu gue kelas 2 itu lagi jamannya kata - kataan bokap. Bukan cuma nama, tapi juga pekerjaan dan bahkan fakta fiktif. Ada yang dikatain bapaknya udah meninggal padahal blom, ada yang dibilang bapaknya tukang kawin, dan ada juga yang dibilang bapaknya koruptor kelas kakap.

Gue dengan sukses pada ngata-ngatain temen-temen SMA gue itu. Hidup terasa damai. Gue bisa ngata-ngatain orang tanpa orang itu bisa bales kata-kataan gue. Tapi mimpi buruk terjadi saat temen gue berkunjung ke rumah dan ngeliat (bekas) garasi rumah gue. Temen gue sejak nginjekkin kaki ke toko udah ketawa-ketawa bajing tupai marmut. Sampe di atas dia langsung menciptakan kata-kataan buat gue yaitu...

Yak benarr…!!!

Tukang Ikan..

Awal-awal gw dikatain gitu brasa banget keki’-nya. Gue dikatain manusia mutant yang bernapas bukan pake idung tapi pake celah yang ada di leher gw kayak ikan cupang. Kalo napas bunyinya, "Ngopp... Ngopp...". Tiap gue keringetan abis olahraga, yang nyentuh gue bakal tereak, "Anjing! Belendir!".

Tapi lama kelamaan gue semakin kebiasa sama kata-kataan itu. Lambat laun kata ‘Tukang’ diilangin jadinya cuma ikan doank. Gue cuma bisa pasrah. Di SMA 68 itu nama gue lebih dikenal IKAN daripada nama bagus di akte kelahiran gw MIRZAL DHARMAPUTRA, kalo di 68 nama kelahiran gw berubah jadinya IKAN DHARMAPUTRA. Malah banyak ada yang kenal sama gue dan tertawa bersama tapi gak tau nama asli gue..huhu.. Sungguh menyedihkan.

Lulus esema dan duduk di bangku kuliah. Tadinya gue mau merintis identitas gue yang sebenarnya. Tiap kenalan sama orang, mata gue memandang optimis ke dia, gestur meyakinkan, dan bilang "Nama gue Zal.. Mirzal..". Persis kayak James Bond. Tapi gue lebih mirip James Bond lagi sembelit yang udah seminggu gak boker. Tapi niatan gue dirusak oleh temen-temen SMA gue yang ikutan masuk satu kuliahan sama gue. "Yaelaahhh...!! Belagu lo Mirzal.. Mirzal... Namanya Ikan!! Ikancut!!", itulah yang mereka bilang saat gue memaparkan identitas setting-an gue.

Ikannn…

It’s my new identity…

Yah, seenggaknya panggilan ini lebih gampang diinget dari nama asli gue. Hehee.

Ciaoo...
mari kita lanjut...

Sabtu, Mei 23, 2009

Kendaraan Umum

Pernah naik kendaraan umum(kenum)?? Gue yakin pasti pernah semua lahh seenggaknya seumur idup sekali naek angkot pernah khan…naek kenum itu lebih berwarna dibanding naek kendaraan punya sendiri..karena di dalem kenum itu ada berbagai macam orang, ada yang giginya gingsul, ada yang bulu idungnya nongol, ada yang serem, ada yang lucu, ada yang mempunyai bau badan menyaingi bau sampah, ada yang ngedengerin musik pake earphone tapi folumnya bisa nyaingin speaker, ada yang mesum., dll…

Gue mau cerita skarang pengalaman2 lucu gue selama naek berbagai macam kenum (bus way, bis, mikrolet, apb, angkot biru depok, kereta, gerobak sampah, sampe blangwir pemadam kebakaran..)

Pertama yang blog gue sebelumnya..liat aja…

Kedua.. Gue naek angkot sekitar jam 8 malem gitu dari gunadarma pondok cina mau pulang..sampe di kober naeklah dua orang pengamen, yang satu nangkring di pintu trus yang satu lagi nyanyi di depan gue (bukan dia privat nyanyi sama gue lohh tapi tempat duduk gw deket sama bangku cadangan di angkot) dia nyanyi 11 Januari – Gigi dengan birama 4/4 jatuh pada ketukan ke 23, udah tau donk vokal armand tuh gimana..yang kalo bilang S itu eshhh…n’ kaloo bilang de jadi jhe..

sebebelash januari bertemu..

menjalani kishah cinta ini..

naluri berkata engkaulah..

milikku..

lagi bait itu gue merasa ada benda cair yang nimbrung di pipi gue..gue kira ujan atau ada orang iseng dari luar nyemprot angkot (iseng bgt yaa…?), gue cuekin aja..

reff. :

kau bawa jhiriku

ke jhalam hidupku

kau basuh jhiwaku..dengan rasha shayang..

shenyummu juga pejhihmu ajalah hijupku.

Kau shentuh cintaku..

Jhengan lembut..

Jhengan shejuta warnaa..

Gue udah mulai curiga sama keadaan sekitar. Masalahnya pas bagian dia nyebut D dan S benda cair misterius itu mampir mulu di pipi gue. Dan akhirnya gue menemukan sumber air tersebut berasal dari mulut pengamen yang lagi nyanyi itu. Gila juga dia produksi aer, bagus dikirim aja ke afrika bwat nolong daerah kering… udah gitu nyemprot pipi gue lagi dan bau ...(kok tau??soalnya dengan gobloknya gue ciumm..), gue ngindar aja miringin badan ke kanan..ehhh..anginnya ternyata ke arah situu…tetep aja gue kesemprot.. yaudah ke kiri..jadi gue di angkot udah kayak di film matrix ngindar2 pluru. Muka gue terkontaminasi. Semoga aja gue gak kena Herpes gara-gara itu.

Ketiga waktu naek kereta api. Waktu itu hari masih pagi dan gue naek kreta Jakarta-depok itu skitar jam setengah 8..

“Jgeess..jgeess..jgeess…” (kereta Jalan)

“shheeeettt………” (kereta berenti)

Kereta setengah 8 udah dianggep anak tiri sendiri sama PJKA, sampe di stasiun Pasar Minggu kretanya musti nongkrong dulu bwat nunggu pangeran express lewat soalnya kereta gue masih rakyat jelata, gak boleh jalan cepet-cepet dan harus selalu manunduk.

Di kereta itu gue rame-rame sama temen gue, salah satu temen gw itu ada yang namanya nenek. Biarpun tua, tetapi dia punya kisah yang sama sekali gak bisa gue dan dia lupakan. Ceritanya kereta lagi diem di Pasar Minggu…tiba2 ada bunyi..

“PSHHHTTTTTT…”,

Bunyinya kenceng banget dari bawah kereta. Dan itu bukan suara kentut! Waktu itu lagi anget2nya berita kecelakaan kereta. Kereta-kereta lagi hobi meledak. So pasti semua penumpang pada panic at the disco! Berlarian lah semua isi kereta keluar awur2an banget keadaanny. Yang kocak ada pengemis yang nyeret2 kaki gitu belagak gak bisa jalan tapi tiba2 dia lari kenceng banget keluar..haha..Gue sendiri karena saking bingungnya jadi gak panik masih aja di dalem kereta. Gue cuma berdiri diantara 2 pintu keluar aja, pintu kanan itu ada peronnya pintu dan kiri gak ada. Langsung ke rel dan tinggi kalo mau loncat dari pintu situ. Pas keadaan udah adem lagi barulah mereka pada masuk lagi. Kemudian tiba-tiba dari pintu kiri, gue mendengar ada suara memanggil.

“kannn…kannn….” (dalam hati : “??? jangan2 kuntilanak??masak pagi2??”)

Gue ngelongok keluar..ehh..ternyata si nenek udah nongkrong aja di bawah nyugsep gara2 kepanikan mau keluar kereta..berhamburan semua isi tas dia kayak mek ap, lipstick, bedak, dll.. (yg gw heran gak ada buku..)..

“kann..tolongin gue donkkk…”

Yaudah gue tolongin aja dia pake uluran kaki ..(gak lah.. pake tangan..emang gue atlit senam..) setelah gue tolongin barulah dengan kejam gue ketawain puas. Mungkin obsesi si nenek ini jadi atlet lompat indah professional tapi gak kesampean jadinya bikin cabang olahraga baru yaitu lompat kereta.

Pas udah turun temen gue, Iman, nyamperin gue..

“Jall..jall…tadi lo denger gak ada suara psshhhtt dari kreta..”

“Iya, lo denger juga? Lo di gerbong mana !!??”, kata gue

“Itu khan gara2 gw narik rem darurat, gue kira itu apaan makanya gue tarik aja..”

Yeilah ini mahasiswa, umur udah bangkotan tapi gak tau kalo yang warna merah trus bisa ditarik di dalem kereta itu gunanya bukan bwat manggil masinis ato’ pelayan bwat mesen makanan ato’ bwat bunyiin klakson kereta, tapi bwat bikin kereta nye-top alias ngerem,. Nenek yang ada di samping gue langsung ngamuk2 sama Iman. Gara2 dia narik tuh rem darurat si nenek jadi nyungsep dari kereta api..hahahha… Dan dia jadi atlit loncat indah dari kereta pertama di dunia.

Begitulah sebagian pengalaman2 unik gue waktu naek kenum,ada banyak sih yang laen tapi lupa.

Ayo ayo hidup kenum!!!

Lestarikan Badak Jawa!!*lho?*

mari kita lanjut...

Kamis, Mei 21, 2009

Calon Presiden 2009

Pemilu legislatif baru aja usai, hasilnya juga udah diumumin. Tapi tugas memilih belum selesai. Masih ada satu pemilihan lagi, yaitu pemilihan Presiden. Oleh karena itu, karena dorongan kuat dari masyarakat sekitar (pada umumnya yang mendorong gue adalah masyarakat yang divonis tidak waras (umumnya = semuanya)), gue mengajukan diri untuk menjadi calon Presiden.


Profil Calon Presiden
  • Mirzal adalah seorang bocah yang terlahir dari keluarga biasa dan pernah bermain dalam film layar lebar berjudul "Bocah Ingusan Pipis Berdiri". Gaya hidupnya selalu bersahaja dan santun kepada orang tua. Terbukti dari kebiasaannya yang sering membantu nenek-nenek nyebrang jalan sekalipun nenek-nenek tersebut sama sekali tidak berniat nyebrang.
  • Selalu menduduki peringkat satu sewaku sekolah di EXTRAODINARY ELEMENTARY SCHOOL, sebuah sekolah internasioal bertaraf domestik, selama 9 tahun disana tidak pernah kehilangan peringkat tersebut. (Populasi kelas = 2 orang -> 1 orang dinyatakan idiot akut)
  • Sangat disukai oleh dosen di masa-masa kuliah-nya . Saking cintanya para dosen dengan Mirzal sehingga dengan senang hati mengikutkan dia pada mata kuliah yang dia ajarkan secara terus menerus tanpa diperbolehkan melanjutkan ke mata kuliah yang lain.
  • Mempunyai prestasi yang luar biasa, yaitu sebagai pemenang dalam kompetisi cerdas cermat berjudul "People Vs Animal". Terlihat bahwa tingkat kecerdasan seorang Mirzal di atas rata-rata. Cerdas.
  • Merupakan seorang pengusaha abon dengan metode membuat abon yang sangat brilian. Dimana seekor sapi utuh yang masih idup ditepokin berulang-ulang pake raket rotan sedemikian rupa sehingga menjadi abon.
  • Amat pintar menarik wanita, terutama di jika jalan di tempat ramai. Selalu menjadi pusat perhatian di segala situasi dan keadaan apa pun. Hal ini berhubungan dengan profesinya sebagai maling kolor.
Pemilihan Komeng sebagai Wakil Presiden memiliki pertimbangan yang sangat matang. Dimana sosok Mirzal yang begitu serius dan berwibawa, di kalangan tukang tambal ban, diimbangi dengan sifat Komeng yang jenaka. Di saat sang Presiden sedang terdesak oleh suatu demo yang menentang kebijakan yang telah dibuat, Komeng akan diumpanin untuk melawak. Kalo pun para demonstran seandainya gak ketawa, seenggaknya yang digebukin bukan Mirzal. Brilian.

Program Kerja
  • Mengganti panggilan Presiden menjadi Raja. Entah apa sistem pemerintahan-nya. Pokoknya musti Raja. Karena panggilan Raja akan terdengar sangat keren sekali. Luffy dari komik One Piece aja pengen jadi Raja Bajak Laut, bukan Presiden Bajak Laut. (Oke, itu ENGGAK NYAMBUNG). Ini berkaitan dengan gambar poster yang menampilkan dengan titik-titik jenggot. Seenggaknya kalau gak berhasil jadi Presiden, Mirzal bisa menjadi Raja Dangdut.
  • Mempersunting Asmirandah sebagai Ratu.
  • Membangun sebuah mall 20 tingkat yang menjual kolor semua. Mall tersebut akan menjadi Mall khusus kolor pertama di dunia. Jika sekarang ada Mall of Indonesia (MoI), pada nantinya akan ada Mall of Kolor (MoK). Sungguh perubahan unik yang akan ditawarkan oleh Mirzal.
  • Memberikan vaksin anti sembelit kepada seluruh rakyat Indonesia. Walau pun tujuan pemberian vaksin ini tidak jelas, seenggaknya Mirzal telah memberikan sesuatu kepada rakyatnya.
  • Menghukum koruptor kelas kakap dengan cara "Tarian Pantat Ala Sinchan" sambil telanjang keliling Indonesia. Ini merupakan shock therapy kepada para koruptor biar gak korup lagi.
  • Pergi Haji Bila Mampu. (Ini Program Kerja Apa Rukun Islam?)
Deskripsi Poster Kampanye

ZALOME. Bukan, ini bukan orang Batak lagi bilang Salome alias Satu Lobang Rame-rame. Tapi ini singkatan mirZAL-kOMEng. Menusung jargon GELISAH. Gelora Liar Sarat Hasil. Memang.. jargon ini mirip judul-judul film tahun 90-an seperti Gelora Liar Mamah Muda Menghadapi Om Petrus. Tetapi patut dipahami maknanya yang amat sangat dalam. Pasangan ini mempunyai semangat tinggi untuk mengangkat derajat Indonesia di kalangan interlokal internasional dan menyengsarakan men-sejahterakan rakyat Indonesia. Dengan semangat tinggi tersebut tentu aja menciptakan suatu hasil yang berguna bagi Republik Indonesia.

Kalau pasangan lain menyerukan, "Lanjut Gan..!!", Mirzal mempunyai copy write "Menjawab Masalah dengan Masalah". Niscaya kalo ada rakyat menyampaikan masalahnya kepada Mirzal, dia akan menjawab, "Yahh.. saya juga susah.. istri sakit-sakitan, jemuran di rumah belom diangkat, TV rumah mati kesamber petir... Mana anak nangis melulu lagi, udah demam 3 hari..". Kemudian rakyat tersebut akan iba, lupa akan masalahnya, dan bahkan balik membantu dia dengan rasa iba yang mendalam. (Raja apaan nihh..!!?? hahaaa...).

Kalau diperhatikan dengan seksama, foto pasangan ini memakai pita di rambutnya. Ini bukan bermaksud mendukung banciisme, tapi makna dari pita ini adalah pasangan ini akan mengikat seluruh lapisan masyarakat. Dari atas-bawah, kaya-miskin, tua-muda, dan gila-waras. Memang pita merupakan suatu benda yang sederhana. Tapi mengandung makna luas.

Susunan Kabinet Anti-Mencret

Menteri Kesehatan : Ponari

Menteri Ekonomi : Dukun Duplikator Duit

Menteri Pendidikan : Tukul Arwana

Menteri Kewanitaan : Olga


Demikian presentasi saya sebagai Calon Presiden Indonesia 2009. Pasangan ini sangat menjanjikan. Menjanjikan Indonesia menuju pintu gerbang kesedihan kebahagiaan sejati dan kesuksesan. Ayo pilih ZALOME!! Ingat Indonesia butuh perubahan!! Walaupun ngaco yang penting berubah!! Berubahh...!!! SATRIA BAJA HITAMMM...!!!!

Ciaoo...


mari kita lanjut...

Selasa, Mei 12, 2009

Posting Emosional

Hari dimulai saat gue bangun kesiangan jam 7 pagi, padahal gue kuliah jam 8. Perasaan panik langsung menyeruak seketika. Gue langsung siap-siap mandi, makan, sikat gigi, dan menyiapkan buku untuk mata kuliah nanti (Yang terakhir cuma fiktif belaka, buku kuliah gue cuma sebuah binder dengan kertas seadanya). Setelah rusuh ngeberantakin rumah sana-sini, gue berangkat dari rumah tercinta jam 7.45. Seperti biasa, panas terik dan hororrik, bikin badan bau tengik.

Sampe depan gang, seperti biasa, gue nyetopin angkot pake kaki. Setelah angkotnya berhenti,dengan suka cita gue naik di depan di samping pak supir yang dengan seenak jidatnya ngerokok, mengeluarkan asep layaknya pabrik karet. Gue jadi ikan asep. Perjalanan gue lalui dengan ditemani MP3 Samsung kesayangan gue.

Saat sampe di ujung trayek gue ngeliat ke dalem dompet dan berharap ada duit 1000 dua biji dan 500 sebiji. Tapi apa mau dikata, itu hanya angan belaka. Adanya cuma 1000 sebiji dan 500 sebiji juga. Selain itu gak ada lagi duit kecil, adanya 50 rebu-an semua (Semua = Selembar). Gue bingung. Ada 3 pilihan :

  • Ngebuka pintu sebelum mobilnya berhenti ala film Hollywood, guling-gulingan di aspal, dan langsung cabut naek angkot berikutnya.
  • Kentut tepat di bawah idung abangnya, berharap dia pingsan dengan senjata biologis mematikan produksi gue.
  • Dengan muka memelas bilang ke abangnya,”Yahh bang, uang saya gede semua... adanya segini *sambil nunjukkin duit 1500*”

Analisis gue, pilihan pertama bisa menimbulkan resiko kerusakan tulang permanen atau borok segede bola voli. Selain itu, baju jadi kotor dan sampe kampus gue bakal dikira korban banjir yang berenang di kolam lumpur. Pilihan kedua sangat kejam, resiko maksimal yang dialami adalah terjadi penyempitan saluran pernapasan akut karena menghirup zat buang yang terlalu banyak mengandung toksin berbahaya,yang pada akhirnya menyebabkan kematian mendadak. Lagian kalo abangnya pingsan, mobil gak ada yang nyetir dan kemungkinan nyemplung ke kali meningkat 100%. Gue pun memilih pilihan ketiga, dan untung aja abangnya baik, dia nerima duit itu. Tapi gue ditunggu di Villa Genggong, Cimanggis malemnya (hahahaa.. gak lah, gue masih normal!).

Turun dari angkot, gue tetep bingung. Knapa? Karena masih ada 2 angkot yang musti gue naikin dan gue gak yakin mereka punya kembalian. Celingak-celinguk kanan kiri, gue menemukan ide bagus. Di seberang jalan ada tukang pulsa yang buka, kalo gue beli pulsa disana pasti dia punya kembalian. Dengan mata terfokus pada jalanan dan tukang pulsa, gue berjalan dengan niatan untuk nyebrangin jalan.

*CEPRETTTT...!!!*

Gue berasa gak asing sama bunyi itu, dan kaki kiri gue tiba-tiba terasa licin. Gue langsung ngeliat apa yang terjadi dengan kaki kiri gue. Sial. Ada seonggok tokai yang lagi nongkrong di pinggir jalan, warnanya coklat muda, bentuknya bulet-bulet panjang, dan semua itu menjadi rata dengan tapak sepatu gue.Yaps, sepatu gue sukses nginjek tokai. Sial. Padahal nanti siang gue presentasi, dan gue sama sekali gak berniat ngasih pendengar gue bau aroma terapi tak sedap. Untuk membebaskan sepatu gue dari jerat tokai yang terkutuk, gue jalan sambil nyeret kaki kiri. Kali ini gue sukses jadi Ikan Ngesot Berdiri.

Sesampenya di kampus jam 8.45, niat awal udah gak mau masuk, tapi untungnya malaikat baik di pikiran gue menang. Gue memutuskan masuk ke kelas dan mengikuti mata kuliah Akbi dengan baik dan benar. Matkul ke-2, Agama, setelah gue inget-inget ternyata minggu kemaren dosennya bertitah kalo gue disuruh bawa Quran, tapi yang gue bawa malah Koran. Takut disetrap di depan kelas, jewer kuping, dan dua kaki diangkat (gimana coba?), gue pun keliling-keliling nyari temen gue yang biasanya bawa Quran, tapi ternyata dia belom dateng.

Gue ngeliat ke arah Musholla. Aha! Di dalem musholla pasti ada banyak Quran, so gak masalah dong kalo gue pinjem bentaran. Gue masuk ke dalem, belok kanan menuju rak buku. Ada tulisan : DILARANG MEMBAWA KELUAR di atasnya. Gue nengok kiri... nengok kanan... tangan menjemput Quran yang ada dan sedetik kemudian ZEPP!! Quran-nya sukses gue masukkin ke dalem tas. Gelagat gue persis kayak maling BeHa. Ini merupakan sebuah inovasi mutakhir ala Mirzal,dimana biasanya orang ke mesjid buat nyolong sendal dan sepatu, sedangkan gue nyolong Quran. Tapi kelar dipake tentu aja gue balikin lahh...

Jam 12, gue lagi ngaso di kantin. Siap-siap mau presentasi jam 1. Tiba-tiba terdengar lagu Magic Numbers – Forever Lost dari kantong gue yang menandakan ada telpon masuk.

“Zal.. zal..”, kata suara di ujung sana.

“Ya, knape..!?”, agak kesel karena waktu ngaso-nya terganggu

“Makalah udah lo print blom... ??”

Ajegile kutu kupret. Gue disuruh print. Awalnya gue ngerjain tugas translate bagian gue, udah gue kerjain. Dia bilang tugas yang gue bikin gak menyeluruh, gue perbaikin. Abis itu gue diminta bikin Power Point, gue kabulkan permintaannya. Dan sekarang dia minta gue nge-print? DIKIRA GUE DORAEMON!! Yang bisa ngabulin permintaan dalam sekejap. Gue langsung tolak mentah-mentah tugas itu, ogah banget kerjaan numpuk semua di gue. Gue pun lanjut ngaso.

Tiba-tiba ada SMS masuk, gue diminta pinjemin laptop sama in-focus. Ya oloh ini orang pada apa maunya sih? Minta-nya banyak amat kayak ibu-ibu hamil. Pengen gue tereak, "ARGGHHH..!!!!" di tengah kantin. Takut di- DO karena alasan tidak waras, gue urungkan niatan itu, dan berhubung dua alat ini krusial buat presentasi, mau gak mau gue kabulin permintaanya. Dari kantin gue langsung lari ke sekretariat, takut keabisan udah dipinjem orang lain. Keadaan sungguh hectic.

Untungnya dua alat itu ada, belom ada make.Gue langsung ke kelas nyiapin alat-alatnya. Gak beberapa lama, paraibu-ibu hamil dateng dan seenaknya (kembali) ngritik kalo hasil tugas gue jelek. Gue menanggapi dengan dingin.Sedingin makan es mambo di kutub utara. Saat presentasi, tugas yang dia bikin (tugas yang udah gue bikin, tapi diubah-ubah sam si Ibu Hamil) diketawain dosen.Gue pun bilang ke si ibu-ibu hamil, “Makanyaa... kalo translate gak usah semua, jadinya gak nyambung...”.Dan gue ikut tertawa... puas... lepas...

Ciaoo...

mari kita lanjut...

Senin, Mei 04, 2009

Hari Yang Panas

Panas, suatu keadaan yang sangat gue benci. Panas bisa membuat badan gue menjadi keringetan, keringet yang mengering akan membuat badan lengket, dan lengketnya badan tanpa dibarengi dengan mandi menyebabkan menebalnya lapisan daki di atas kulit gue. Panas yang hiperbolis membuat gue bawaannya pengen marah-marah mulu, hal ini sangat mengganggu proses akademis gue. Ini penting sekali. *sok serius, maklum efek panas di lengan gue... hehee*

Hari ini sangat panas. Sejak gue menginjakkan kaki di pekarangan rumah, panas udah menyambut gue dengan riang gembira. Perjalanan gue ke kampus bagaikan berjalan di Gurun Sahara sambil makan bakso dan pake sweater lapis tiga, rasanya sesek banget. Sampe di kampus gue butuh beberapa saat dulu buat ngambil napas dan me-recall pikiran jernih gue yang udah butek itu. Sialnya pas masuk kelas, AC kelas juga ikut-ikutan mati. Sungguh sumpek.

Kelar kuliah, gue rehat dulu di kantin kampus. Di tempat itulah gue kongkow-kongkow sama temen gue (Aan, Melisa, Nitya) dan sepakat untuk nonton film di Margo City, niatnya sih mau nonton X-Men. Sesampenya disana, film-film yang ada ternyata mengecewakan semua. Kita lupa kalau kita berada di daerah sub-urban, dimana Jurassic Park 1 aja masih Coming Soon. Joni sang pembawa film belum sampe kemari dengan roll film X-Men.

Gak jadi nonton, kita pun merubah rencana dari nonton jadi karaokean di NAV. Setelah booking tempat untuk jam 4, kita bergerak menuju Solaria untuk makan dulu karena waktu masih menunjukkan pkl. 14.25. Gue mesen menu favorit gue kalo kesana, Chicken Cordon Bleu. Dan seperti biasanya, Solaria mempunyai motto “Pesan sekarang, sampai besok, sampai cepat,uang kembali”. Sambil menunggu kita ngobrol-ngobrol dulu, dan gue sempet ke WC untuk pipis.

Sepulangnya dari WC, makanan gue udah dateng. Di saat inilah terjadi tragedi memilukan. Sebagai orang Padang, gue mempunyai kebiasaan kalo setiap makanan harus ada rasa pedesnya walaupun Cuma sedikit. Gue meraih botol cabe yang ada dan mulai nyemprotin cabe ke makanan gue. Di depan gue ada Nitya, seorang Jawa tulen yang fanatis dengan makanan manis. Sangat takut dengan cabe, sebutir biji cabe bisa membuat dia meminum air 3 galon untuk menghilangkan pedesnya itu. Dengan sombong gue bilang kedia, “Gini nih Nit cara naro cabe...”.

Semprotan pertama gue cuma berhasil mengeluarkan sedikit cabe. Nggak puas dengan pencapian itu, gue berniat mengeluarkan cabe lebih banyak dengan memencet botolnya lagi. Tapi ternyata salurannya mampet, cabenya ngambek gak mau keluar. Gue mencoba untuk mencet,ngocok, dan goyang-goyang tuh botol sialan biar cabenya bisa keluar, tapi gak berhasil-berhasil juga. Gue mulai beranalisa untuk menemukan sebuah solusi. Dan karena tingkat kecerdasan gue di atas rata-rata lumba-lumba idiot, gue berhasil menemukan solusi dalam waktu yang singkat.

Gue memutuskan untuk menambah tenaga pencetan gue ke botol. Dengan bertambahnya tenaga, maka apapun yang mengganjal di saluran cabe itu bisa keluar bersamaan dengan cabe yang di dalem botol dan gue bisa melanjutkan makan dengan bahagia. Happily Ever After.

Percobaan ke-1 : *Pencetan mulai keras* -> Hasil :Gak mau keluar

Percobaan ke-2 : *Dikerasin lagi* -> Hasil : Masih gak mau keluar

Percobaan ke-3 : *Dengan tenaga maksimal* -> Hasil : Terdengar bunyi ,”CROTTTTTT....!!!!!” yang keras diikuti dengan lepasnya tutup botol.

Percobaan ketiga gue berhasil mengeluarkan cabe di botol. Bukan cuma sebagian, tapi semua cabe ludes keluar dan tumpah di makanan gue. Tetapi bukan cuma itu, kerasnya pencetan gue berbanding lurus dengan derasnya cabe yang nyumprat ke piring dan makanan gue. Ini menyebabkan cabe tersebut nyiprat kemana-mana, terutama ke badan dan muka gue, dan gue sukses jadi manusia cabe.

Pada awalnya gue bengong, dan Melisa yang ada di sebelah gue cuma ketawa-tawa atas ketololan gue. Tapi lama kelamaan gue tereak, “PANASSSS....!!!!” . Cipratan cabe itu berhasil kepala, badan, lengan, dan kaki gue. Gue panik sambil ngelap spot-spot yang kena cabe, lama kelamaan cabe yang nempel itu mulai memanas di kulit. Melisa yang tadinya ketawa malah tereak,”MATA GUE...!!MATA GUE!!” persis kayak tereakan orang yang matanya tiba-tiba copot di tengah jalan *emang ada yang kayak gitu?*. Ternyata mata dia kena cabe dan dia langsung ngacir ke WC buat ngebersiin matanya. Gak beberapa lama, gue juga berangkat ke WC untuk bersihin cabe, minimal yang ada di muka gue.

Kelar ngebasuh cabe, bukannya mendingan, panasnya malahan semakin menggila. Muka gue panas banget,serasa dipentokkin ke penggorengan teflon anti-lengket *sekalian promosi... hehe*. Dan karena meja tempat tragedi udah berantakan,kita pindah ke meja sebelah. Di meja itu gue mulai makan tuh makanan. Chicken Cordon Bleu gue berubah nama jadi Chicken Cordon Bleu Mercon. Bentuknya kayak abis kena mencret dan rasanya pedes banget. engkaplah sudah rasa panas menjalar di bagian tubuh gue. Kali ini di lidah. Belum lagi panas di badan dan lengan gue makin menggila. Untuk mengurangi rasa panas itu, gue menemukan kembali ide brilian : Nempelin gelas es teh manis ke kulit. Dan gue sukses terlihat seperti menjalankan terapi pengobatan alternatif dengan menggunakan media gelas es teh manis Solaria.

makanan gue, seperti kena apa ya...?? *CENSORED*

TKP (Tempat Kejadian Perkara)

Pengobatan Alternatif Ala Mirzal


Pas lagi makan, iseng-iseng gue ngelirik ke meja sebelah. Mbak-mbaknya lagi ngebersihin meja sambil senyam senyum sendiri, muka dia seolah-olah berkata , “Dodol jangan dipelihara mas... ”

Oh, gue nyesel ngatain Nitya.

Ciaoo...

mari kita lanjut...

Sabtu, Mei 02, 2009

Sehari di Kuningan

Melanjutkan posting gue sebelumnya, setelah gue melewati jalan Pantura yang ajaib tersebut, akhirnya gue berhasil sampai ke Kuningan sekitar jam 10 malem. Pertama yang kita cari begitu sampe disana adalah : MAKANAN, terakhir gue makan sekitar jam 12 siang dan efek dari tereak-tereakan sama ketawa ngakak adalah tenaga berkurang banyak yang bisa menyebabkan lemas tak tertahan dan muncul orkes keroncong campur sari di perut gendut gue.

Juragan kita di daerah Kuningan itu adalah Heru, seorang sunda tulen yang selalu menyisipkan huruf H di setiap pengucapan kata-kata dengan penekanan yang berlebih. Dia ngajakin kita makan di Mir Koclok Cirebon (Gak, gue gak salah ketik), tempatnya ada di pinggiran jalan. Disana gue menggila dan menghabiskan uang gue untuk makan makanan unik tersebut. Bentuknya seperti mie tek-tek biasa, uniknya adalah di atas mie tersebut ditambahin kuah putih menyerupai susu yang kental akan rasa merica. Mie koclok anget di tengah udara dingin = Mantapz.

Kelar makan, kita diajak ke alun-alun kota untuk foto-foto sebentar. Kelar bernarsis ria kita langsung menuju persinggahan terakhir kita hari itu yaitu rumah nenek-nya Heru. Kita langsung bablas tidur untuk kemudian bangun jam 4 pagi. Rencananya kita mau ke tempat pemandian air panas sampe jam 6, abis itu berangkat ke Curug Ciputri. Kita pun terbuai dengan mimpi masing-masing.

Dengan tendangan kungfu dari salah satu temen gue, entah siapakah itu, gue berhasil kebangun jam 4 pagi. Seperti biasa, gue melakukan ritual suci yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Boker sambil berdiri. Kemudian tereakan dan gedoran seseorang di pintu membuat gue menyelesaikan ritual suci tersebut lebih cepat. Peristiwa sakral tersebut dengan berat hati gue sudahi.

Kita pun berangkat ke pemandian air panas dan sampe disana tepat jam 5 pagi. Parkiran-nya aja masih sepi dan kita agak takut-takut mau naro mobil disitu karena tempatnya gelap banget dan gak ada yang jagain. So, kita bergerak ke depan pintu gerbang pemandian dan berharap boleh parkir disana karena masih pagi jalanan blom rame.

"Misi mang, mau parkir disini bisa gak? Mau mandi bentar, di parkiran sepi...", kata Windra yang menjadi co-pilot.

"Gak bisa atuh.. disini gak boleh parkir... kalo mau parkir di belakang sana", kata si mamang penjaga pemandian.

Karena males untuk balik lagi ke parkiran yang lumayan jauh dari tempat pemandian itu, kita inisiatif buat parkir di gedung sebelahnya. Selesai ngerapiin parkiran, kita bergerak ke pemandian dan birahi untuk nyebur udah membumbung tinggi. Mungkin kalo ada air termos tumpah ke lantai kita udah langsung guling-gulingan di lantai karena sakin pengennya berendem di aer panas.

"Maaf mas, kolamnya lagi dikuras.. tutup...", kata si mamang sialan.

Kancut robek. Bukannya bilang pas kita nanya boleh parkir apa enggak, giliran udah capek-capek parkir mobil dia malah bilang kolamnya lagi dikuras. Pengen rasanya menguras muka si mamang dan menggantinya jadi tempayan gosong yang udah bolong dasarnya. Setan. Kita berjalan lunglai ke mobil dan ngeliat patung kuda di samping pemandian. Patung kuda disini dibikin sangat mendetil, sampe titit-nya dibikin segede bagong. Bukan apa-apa, khan bikin ngilu buat yang baru ngeliat. Hehee.

Selesai dari pemandian sialan itu, kita makan dulu di deket rumah. Makan bakwan dengan dengan bonus cabe rawit yang pedesnya minta ampun di tengahnya. Gak lama setelah makan temennya Heru dateng sambil bawa mobil pick-up bwat ngejemput kita berangkat ke Curug Ciputri. Perjalanan ke Curug di bak belakang mobil pick-up membuat gue merasakan sensasi luar biasa. Indra peraba, pencium, dan penglihatan gue dimanjakan dengan angin sejuk, udara segar, dan pemandangan bagus. Gue seperti anak bocah yang dibawa jalan ke Dufan untuk pertama kali. Girang gumirang.

Di sebelah kiri ada bocah berpikiran porno


Di Curug, awalnya gue cuma nyelupin kaki dulu pada awalnya. Oiya, gue lupa jelasin di awal. Curug itu sebuatan Sunda untuk aer terjun. Untuk mencapai curug yang satu ini tidak sesulit waktu di Ujung Kulon, dimana gue musti menempa fisik dan tertusuk duri di kaki. Cara menjangkaunya gampang dan aer terjunnya lebih lebar. Pada akhirnya gue gak bisa menahan gejolak gue untuk berenang, dengan semangat setinggi gunung gue langsung ngebahasahin diri di aer terjun. SEGERRRRRRR....!!!!!


Curug Ciputri

Selesai mandi-mandi, kita langsung berangkat pulang. Tadinya kita mau disana lebih lamat tapi mengingat tujuan awal kita ke Kuningan adalah untuk ngadirin kondangan yang di Cirebon, kita pun bergegas cabut. Dan gue kembali naek di bak belakang. Kali ini udara dingin menusuk kulit dua kali lebih dalam. Di tengah jalan menuruni gunung, kita parkir di sekitar bangunan BTS pemancar sinyal henpon. Niatnya mau foto-foto disana, karena view-nya sungguh luar biasa. Tapi dibanding foto-foto, gue lebih tertarik menguping.

Di bangunan sebelah BTS ada dua orang pemuda sedang tepon-telponan. Sungguh kasian mereka, untuk bisa berhubungan dengan dunia luar dia harus manjat-manjat ke atas bangunan. Pada awalnya dia pake bahasa Sunda, tapi pas kita dateng dengan bergaya dia ganti jadi bahasa Indonesia campuran Sunda dengan gaya (sok) keren. Mungkin kalo dia tilpun dengan volume suara kecil, gue gak bakal niat nguping. Sayangnya dia ngomong tereak-tereakkan, mungkin satu kota Kuningan yang berada tepat dibawahnya bisa mendengar semua omongannya.

"Haloo... Halooo..!! Yuli yaa..!!!", kata mas-mas (kayaknya dia lagi PDKT)

"Iya nih, Yuli sekarang mah udah sombong sama akang... akang denger-denger gosip mah katanya Yuli udah punya cowok pisannnn!!!"

"Haloo...Halooo..Haloo..!!!" (bahkan disebelah BTS pun sinyal masih seret... sungguh kasian)

"Yaudah deh sinyalnya susah!! Next time kita calling-calling lagi ya!!"

dua penantang maut

Kalimat terakhir itulah yang bikin gue dan Windra, yang ternyata ikut-ikutan nguping ketawa ngikik tertahan. Karena mau ketawa kenceng-kenceng kita takut ketauan nguping dan terancam dilelepin di aer terjun. Gue sih santai punya insang, gue ngerinya Windra bisa mati keabisan napas. Hehee. Lagian belagak pake bahasa Inggris segala, biar dikira turunan Pangeran Charles kali sama gebetannya, padahal turunan Pangeran Kegelapan.

Ciaoo...
mari kita lanjut...