Sabtu, Agustus 29, 2009

Dua Dunia, Satu di Tengah

27 Agustus 2009, Kamis pagi yang dingin. Mata gue masih sepet banget dan badan masih pengen selimutan di selimut hangat bercorak Liverpool. Sayangnya, keinginan itu harus dipendam. Pintu kamar gue membanting terbuka. Mata gue masih merem, gue cuma ngedenger suara langkah mendekat. Tiba-tiba ada yang narik selimut gue yang nyaman itu dan mulai berteriak setinggi 5 oktaf tanpa vibrasi.

"BANGUUUNNNNN.....!!!!"

Ternyata itu nyokap gue, mungkin membuat gue trauma melalui teriakan melengking adalah cara terbaik untuk ngebangunin gue. Itu terbukti efektif. Mau gak mau gue harus bangun kembali ke dunia nyata. Gue ngeliat keadaan sekitar, masih jam 6 pagi. Heh. Pagi banget gue udah disuruh bangun. Padahal biasanya puasa-puasa gini gue bangun jam 1 siang. Seakan ngerti sama gue yang masih bingung tentang apa yang harus gue lakukan selanjutnya, nyokap memberi tuntunan.

"Mandi sana! Kita berangkat ke Wisuda Abang!"

Oiya, gue lupa. Hari ini abang gue wisuda di Balairung UI Depok dan gue harus ikut kesana, bukan untuk diwisuda juga, tapi cuma untuk foto. Foto keluarga merayakan wisuda. Terus terang, gue males ikutan. Bukan karena gue gak seneng abang gue wisuda, tapi karena wisuda kali ini adalah wisuda untuk angkatan 2005. Angkatan gue.

***

Gue sampe di Balairung jam setengah 8 pagi. Keadaan udah rame. Banyak orang sliweran make toga. Wajah mereka senang, bangga, dan lega. Terutama saat nyamperin gue dan berkata, "Lo belom lulus jal?". Sungguh, pada hari itu gue sangat alergi dan bosen dengan kalimat pertanyaan itu. Untuk mengatasi pertanyaan itu, gue harus mempersiapkan diri dengan beberapa alternatif jawaban pembelaan diri. Perasaan gue di tempat itu kayak anak sekolah yang gak naek kelas. Dulu pas gue sekolah, perasaan ini gak sempet gue rasain. Inilah saatnya.

Setelah foto keluarga, abang gue masuk ke barisan Fakultas MIPA yang ladi ngantri untuk masuk ke Balairung. Disinilah gue bingung, mau masuk ke barisan FISIP, gue males. Ikutan abang gue? Males juga. So, daripada ngerasa sendiri di tengah keramaian, mendingan gue sendiri sambil menyepi. Gue memilih duduk di bawah pohon sambil baca Maryamah Karpov yang udah lama gak gue selesaiin, sambil nungguin temen-temen senasib gue -belum lulus- mau dateng juga ke Balairung.

Jam 9 pagi, satu per satu temen gue pada dateng. Saat inilah gue punya temen main. Sama-sama nungguin orang wisuda. Gue langsung bergerak ke deket danau, tempat dimana mereka berkumpul. Kita ngobrol-ngobrol sambil menyampaikan harapan untuk menyusul 6 bulan nanti. Semoga.

Prosesi wisuda ternyata memakan waktu lama. Jam 11 prosesi itu baru kelar. Ditandai dengan perginya para guru besar UI melewati karpet merah yang sengaja dipasang untuk mereka. Mereka terlihat pintar dan gagah. Untungnya gak ada yang kepeleset, jatoh nyusruk, bisa ilang itu wibawa. Setelah itu keluarlah para wisudawan/wati keluar dan foto-foto di berbagai spot yang ada.

Mengingat konci mobil ada di gue, gue langsung misah dari temen-temen gue ke bokap dan nyokap yang tentunya mau langsung cabut untuk ke tempat kerja masing-masing. Gue menunggu di tempat yang udah disepakati sebelumnya dan nganter mereka berdua ke parkiran mobil. Udara amatlah panas. Mobil mungkin bisa dipake buat masak.

Seselesainya nganterin bokap nyokap, gue kembali ke tempat temen-temen gue berkumpul. Untuk ke ketmpat itu gue harus melewati Rotunda, lapangan gede yang ada tepat di depan gedung rektorat UI. Perjalanan gue sangat jauh dan harus gocek sana, gocek sini layaknya Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo. Bedanya kalau mereka menggocek defender lawan, gue menggocek orang-orang yang lagi foto. Di sepanjang lapangan, banyak banget orang foto-foto. Kalo ada yang lagi foto dan secara kebetulan gue lewat, mereka bakal tereak, "YAH! Ada ORANG!". Gue bingung, yang difoto itu apa donk? Kadal?

Posenya aneh-aneh. Ada yang nunjuk rektorat, ada yang sambil ngangkang, tiduran, nungging, dsb. Pakaian toga ternyata membuat orang gila sesaat.

Puas ngobrol-ngobrol di Balairung, gue dan kawan-kawan -belum lulus-, brangkat ke FISIP untuk sholat dan rehat sebentar dari udara panas yang menyiksa itu. Gue ikut mobil temen gue yang parkir di depan MUI -mesjid UI-. Ternyata di belakang Balairung, ada pemandangan lain. Banyak orang berpakaian putih-putih dan pake Jakun -Jaket Kuning-, juga lagi foto-foto. Kalau mereka bukan merayakan kepergian. Tapi kedatangan mereka di UI.

Mereka juga terlihat senang dan gembira. Muka-muka segar yang belum tau kejamnya kuliah. Ada juga yang lagi kumpul sambil duduk lesehan dengan muka bingung, ngedengerin seniornya yang entah ngomong apa, sambil nyoret-nyoret kertas atau buku. Mungkin mereka nulis, "Senior kampret, panas nih!".

Selain anak-anak baru, yang disebut MaBa -Mahasiswa Baru, terlihat juga mahasiswa berjakun dengan pakaian bebas lagi jualan bunga. Mahasiswa ini biasanya panitia dari suatu acara yang sedanng pontang panting nyari dana untuk ngadain acara tersebut. Selain bunga ada juga kaos, tas UI, dll. Gue jadi punya ide untuk menjual batu Balairung, untuk kenang-kenangan para wisudawan, tapi gak jadi. Takut gak ada kembalian.

Sesampainya di mobil, gue langsung cabut ke FISIP, meninggalkan dua dunia yang kontras itu. Satu dunia merayakan kepergiannya dari kampus UI untuk melanglang buana, menggapai cita-cita. Dunia lainnya merayakan keberhasilannya masuk ke kampus UI, mempunyai hak untuk make jaket kuning dan merasakan kebanggaan jadi anak UI. Gue, berada di tengah-tengah, mengamati dua dunia itu.


Ciaoo...

3 comments:

ruli mengatakan...

guy in the middle,,,

Mirzal Dharmaputra mengatakan...

fish in the middle.. hehee

Mirzal Dharmaputra mengatakan...

wah, ada mantan copet berkunjung.. tolong ajarkan saya menjadi Insyaf juga.. saya suka malak anak SD.. hehee.. salam kenal!!